Sebelah Triliun

SEBETULNYA saya malas terlalu sering membicarakan kekayaan dan harta orang. Mestinya biarlah itu menjadi urusan privat, kenapa pula mesti kita repot menggunjingkannya. Kalau terlampau Giat membicarakannya, Pelan-Pelan kita malah Bisa dapat julukan pemerhati harta orang atau pengamat pendapatan orang. Sungguh sebuah atribusi yang aneh dan sama sekali tak membanggakan.

Akan tetapi, kali ini ceritanya lain. Begitu mendengar PPATK telah memblokir 40 rekening Punya mantan pejabat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo dan keluarganya dengan nilai transaksi Tamat Rp500 miliar alias Sebelah triliun rupiah, kemalasan itu seketika hilang. Tak tahan pula saya tak membicarakannya.

Kembali pula ini bukan Kembali urusan privat karena Rafael notabene Tetap seorang aparatur sipil negara (ASN) alias pelayan publik. Kabarnya, Kementerian Keuangan baru akan memecatnya dalam waktu dekat, setelah pengunduran diri yang diajukan Rafael sebelumnya ditolak.

Meskipun sejumlah rekening yang diblokir PPATK itu Enggak semuanya atas nama Rafael, tapi juga rekening keluarganya dan beberapa pihak terkait, tetap saja patut dicurigai itu Seluruh berkaitan dengan Aliran Fulus dari Rafael. Begitu pula Fulus Sebelah triliun rupiah itu, menurut PPATK, bukan nilai Anggaran (saldo) di 40 rekening tersebut, melainkan nilai mutasi rekening selama 2019 hingga 2023. Tapi tetap saja, mau dilihat dari sisi dan sudut mana pun, itu jumlah yang sangat besar.

Cek Artikel:  Resesi di Ruang Tamu

Mari kita bikin komparasinya biar ketahuan seberapa besar Fulus itu. Kita perbandingkan dengan harga rumah subsidi, misalnya. Begitu ini harga satu unit rumah bersubsidi di Jabedotabek maksimal Rp168 juta, maka berapa yang Bisa didapat dari transaksi sebesar Rp500 miliar? Jawabnya Sekeliling 3.000 unit. Besar bukan? Developer menengah saja bakal ngos-ngosanĀ membangun ribuan unit seperti itu.

Ya, transaksi atau mutasi di rekening lembaga keuangan Tamat Rp500 miliar mungkin wajar buat orang yang berprofesi sebagai pengusaha. Tetapi, itu pun pengusaha yang Mempunyai usaha berskala besar. Bukan yang kelas medium, apalagi kecil-kecilan.

Menurut Badan Standardisasi Nasional, yang disebut perusahaan besar ialah perusahaan yang Mempunyai kekayaan Kudus lebih dari Rp10 miliar termasuk tanah dan bangunan. Selain itu Mempunyai penjualan lebih dari Rp50 miliar per tahun. Pengusaha sekelas itu mungkin yang Enggak kaget Memperhatikan transaksi Sebelah triliun rupiah di rekening perusahaannya.

Cek Artikel:  Mantapan Persatuan

Nah, masalahnya, yang ditemukan PPATK kali ini ialah mutasi transaksi dari rekening pribadi. Rekening ASN pula. Maka Enggak Eksis keraguan ketika PPATK menganggapnya Enggak wajar, mencurigakan, dan kemudian membekukannya sebelum rekening itu ‘diselamatkan’ pemiliknya.

Perkara dari mana Rafael memperoleh Fulus sebanyak itu, biarlah KPK yang mencari Paham. KPK pun sudah menyatakan kasus kekayaan jumbo Rafael telah ditingkatkan ke penyelidikan. Mudah-mudahan, kalau KPK serius, akan segera terbongkar asal-usul atau sumber duit Rafael selama ini selain dari penghasilannya sebagai ASN di Kemenkeu.

Di sini saya Sekadar Mau berandai-andai, kalau saja kasus penganiayaan brutal yang dilakukan anak Rafael, yakni Mario Dandy Satriyo, terhadap David Enggak diangkat publik, apakah harta jumbo Rafael bakal terekspos dan beritanya menggegerkan negeri ini? Rasa-rasanya kok Enggak, ya.

Boleh dibilang Rafael baru apes saja. Andai anaknya tak banyak tingkah, Enggak menganiaya orang hingga sekarat, Enggak memamerkan Harley Davidson dan Rubicon, barangkali Rafael Tamat hari ini Tetap Bisa tidur nyenyak di Bilik rumahnya yang konon besar-besar dan Eksis di banyak tempat. Atau mungkin dia Kembali liburan keliling dunia Serempak keluarga buat menggenapi transaksi di rekening mereka menjadi Rp510 miliar.

Cek Artikel:  Pelanggaran Etik Anwar dan Hasyim

Faktanya memang begitu, seperti Enggak Eksis masalah sebelum kasus itu merebak. Ke mana saja Inspektorat Jenderal Kementeran Keuangan, kok enggak Eksis pengawasannya? Ke mana Menteri Keuangan kok seolah baru Paham kalau anak buahnya banyak yang memperkaya diri dengan Metode-Metode yang Enggak wajar, bahkan kemudian memamerkan kekayaannya itu dengan terang-terangan di media sosial?

Di dunia keuangan dikenal teori fraud triangle atau segitiga pemicu kecurangan yang dikembangkan kriminolog Donald R Cressey. Segitiga itu ialah tekanan (pressure), Kesempatan (opportunity), dan pembenaran (rationalize). Dalam kasus Rafael, kalau mau menggunakan teori itu, penyebab Primer sepertinya Eksis pada poin Kesempatan. Kesempatan terbuka karena selama tahunan dibiarkan bekerja tanpa deteksi dan pengawasan.

Rafael pada akhirnya memang kena apes. Tetapi, Apabila institusinya tetap melestarikan Kesempatan itu, ya nanti Niscaya akan muncul penerus Rafael. Seperti halnya Rafael yang meneruskan kelakuan Gayus Tambunan.

Mungkin Anda Menyukai