Virus Kemewahan

HASRAT Demi bermewah-mewah serupa virus. Layaknya korona yang hingga kini Lagi Terdapat, ia gampang menular, mudah memapar. Banyak sekali yang suka bergaya wah, yang Getol memamerkannya dengan Variasi Langkah. Istilah kerennya, flexing.

Flexing sebenarnya sudah Lamban menjadi tren. Kagak sedikit orang kaya yang demen mempertontonkan kekayaannya, yang hobi narsis. Tetapi, banyak pula orang superkaya yang lebih suka bergaya hidup sederhana. Ini soal kerendahan hati, perihal kematangan jiwa. Kata psikolog klinis Mary Kowalchyk dari New York University, narsisme dipahami sebagai adaptasi kompensasi Demi mengatasi dan menutupi harga diri yang rendah.

Flexing kembali menjadi atensi gegara Mario Dandy Satriyo menganiaya David, anak pengurus GP Ansor. Ulah jahatnya membuka Asrar siapa dia, seperti apa gaya hidupnya. Konklusinya, Mario anak petinggi pajak nan kaya raya, Rafael Alun Trisambodo, dan suka pamer harta.

Mario juga menjadi pembuka kotak pandora tentang banyaknya pejabat dengan kekayaan luar Normal. Keluarga mereka pun senang betul pamer. Sebut saja Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto. Terdapat pula Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono. Atau, Kepala BPN Jakarta Timur Sudarman Harjasaputra dan Kasubag Administrasi Kendaraan Biro Lazim Sekretariat Negara Esha Rahmansah Abrar. Terkini, Sekretaris Daerah Riau SF Haryanto yang jadi sorotan miring.

Cek Artikel:  Rumah yang Terlupakan

Istri atau anak berulah, mereka kena tulah. Sebagian dari bapak-bapak pejabat itu kehilangan kursi empuknya, dicopot dari jabatan. Mereka juga mesti berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Suka yang mewah-mewah memang naluriah, tapi tidaklah patut buat pejabat dan keluarganya. Lebih Kagak baik Kembali Apabila hal itu ditunjukkan oleh instansi yang Sebaiknya mencontohkan kesederhanaan. KPK salah satunya.

Gaya hidup mewah Pandai memicu rasuah. Maka dari itu, KPK sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi, pantang dekat, apalagi akrab, dengan yang mewah-mewah. Sayang, rupanya KPK tak imun menghadapi serangan virus kemewahan. Buktinya, mereka baru saja menggelar acara di hotel bintang 5, Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.

Acara itu bertajuk Rapat Koordinasi Pimpinan Kementerian/Lembaga Program Pemberantasan Korupsi Pemerintah Daerah dan Peluncuran Indikator Monitoring Center for Prevention Tahun 2023. Perhelatan pada Selasa (21/3) ini dihadiri beberapa gubernur, bupati, dan wali kota.

Cek Artikel:  Merayakan Pemuda

Hotel bintang 5, apalagi sekelas Ritz-Carlton, identik dengan kemewahan, yang wah-wah. Tarif Ruangan maupun ruang pertemuan di hotel itu Niscaya mehong. Karena itu, tak salah kiranya keputusan KPK menggelar acara di hotel itu berbuah kritik tajam dari banyak kalangan.

Jangan bicara soal regulasi. Secara aturan, Kagak Terdapat yang dilanggar KPK. Presiden Jokowi pada 11 Februari 2019 sudah mencabut Pelarangan bagi institusi negara melakukan rapat di hotel-hotel yang sebelumnya dikeluarkan Mendagri Tjahjo Kumolo. Pertanyaannya, harus di hotel mewahkah KPK menghelat rapat?

Kiranya KPK periode Ketika ini piawai Membangun pembenaran. Bahkan, sebelum pertanyaan itu Terdapat, Ketua KPK Firli Bahuri sudah menyampaikan jawaban. Kata dia, rapat sengaja dilangsungkan di hotel Demi mendukung pemulihan ekonomi rakyat. Dia menuturkan tak bermaksud sok-sokan mengadakan rakor di Ritz-Carlton. Dia berujar murni hendak membantu masyarakat, dalam hal ini pihak hotel, yang terdampak pandemi.

Kalau tujuannya membantu masyarakat, kenapa harus di hotel bintang 5 yang pemiliknya orang superkaya? Kenapa bukan di hotel bintang 4, bintang 3, gedung pertemuan, atau di homestay sekalian?

Cek Artikel:  Tonjokan 12

Demi membantu perekonomian rakyat. Jawaban itu pula yang dilontarkan ketika KPK jadi samsak kritikan setelah mengadakan raker juga di hotel bintang 5, Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Oktober 2021.

Begitulah, selalu saja Terdapat semangat membela diri. Para pejabat yang ketahuan punya harta segudang pun demikian. Sekda Riau, amsalnya, berdalih tas sultan puluhan hingga ratusan juta rupiah yang dipamerkan istrinya barang KW. Harganya Sekadar Rp2 juta-Rp5 juta dan dibeli di Mangga Dua Jakarta. Benarkah? Matang sih, istri sekda tasnya KW? Kalau Betul, bukankah membeli dan memakai barang Imitasi merupakan tindakan ilegal?

Agar tak silau akan kemewahan, bangsa ini perlu keteladanan. Teladan bagaimana hidup sederhana, apa adanya. Bukan bagaimana memburu harta dengan segala Langkah Lewat membanggakannya. Jalan hidup menyimpang itulah pintu masuk ke jurang korupsi.

Lanjut terang, KPK periode kali ini paling kerap mendapat sorotan miring karena beraneka keanehan termasuk suka rapat di hotel mewah. Semoga KPK berubah agar kepercayaan publik bertambah. Jangan defensif menghadapi kritik.

Mungkin Anda Menyukai