Merayu Israel demi Palestina

PANDANGAN Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 RI Jusuf Kalla soal perhelatan Piala Dunia U-20 sebenarnya menarik. Tetapi, boleh jadi sudah telat. JK menyebut ajang Piala Dunia Sepak Bola U-20 mestinya Pandai menjadi momentum bagi Indonesia sebagai tuan rumah Kepada mengajak Israel dan Palestina menuju meja perundingan.

Menurut Ketua Standar Dewan Masjid Indonesia itu, Indonesia Sepatutnya Pandai mengambil kesempatan tuan rumah Piala Dunia U-20 sebagai momentum upaya perdamaian Palestina dan Israel. Kedatangan tim nasional Israel dalam ajang FIFA itu mestinya Pandai dibaca sebagai bukti peran aktif Indonesia dalam memperjuangkan hak bangsa Palestina Kepada merdeka melalui jalur dialog Kepada perdamaian kedua pihak.

Tetapi, yang semestinya kini Enggak selaras dengan yang senyatanya. Jangankan menjadikan kesempatan tuan rumah Piala Dunia U-20 sebagai bagian dari amanat konstitusi Kepada menciptakan perdamaian dunia, berbagai elemen di Tanah Air menolak mentah-mentah kehadiran timnas U-20 Israel yang sudah lolos kualifikasi dari Area Eropa.

Dua penolak Israel itu bahkan pejabat nomor satu di dua Area tempat Piala Dunia U-20 itu digelar: Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Keduanya kader PDIP. Keduanya mendasarkan penolakan atas amanat Bung Karno (yang dianggap ‘bapak ideologis’ PDIP). Presiden pertama Indonesia itu memang pernah memerintahkan agar Indonesia menolak bertanding melawan Israel dalam event olahraga karena menganggap negara di Teluk itu sebagai agresor.

Cek Artikel:  Trisula KPK tanpa Kode Etik

Seperti yang pernah terjadi pada penghujung 1950-an. Ketika itu, ajang Kualifikasi Piala Dunia 1958 Area Asia memasuki putaran kedua. Indonesia dapat dikatakan nyaris menyegel tempat di putaran final Piala Dunia di Swedia Kalau Enggak Terdapat intervensi politik Global dalam konflik Israel-Palestina.

Ketika itu, Indonesia berada di Grup 1 Berbarengan Mesir, Sudan, dan Israel, tetapi Enggak Terdapat satu pun tim yang bersedia menghadapi Israel. Hal itu disebabkan Indonesia yang sedang mengumandangkan perlawanan terhadap neokolonialisme menganggap Israel sebagai penjajah Palestina.

Dalam wawancara dengan Historia, kapten timnas Indonesia Ketika itu, Maulwi Saelan, menyatakan bahwa menghadapi Israel sama saja dengan mengakui Israel sehingga ia mengikuti perintah Presiden Sukarno yang anti-Israel Kepada Enggak berangkat melawan Israel.

Tetapi, itu dulu. Geopolitik telah berubah. Negara-negara yang dulu gigih menolak menghadapi Israel dalam Variasi event olahraga kini sudah mengubah pandangan politik mereka. Bahkan, mereka mulai paham bagaimana Metode yang lebih pas ‘merayu’ Israel agar mau ke meja perundingan.

Cek Artikel:  Menteri atau Buzzer

Mereka bahkan menggunakan olahraga sebagai ‘alat’ diplomasi, selain perdagangan. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Yordania, Turki, dan Mesir, bahkan bukan Enggak mungkin Libanon dan Iran, telah merintis jalan menyelami apa maunya Israel tanpa meninggalkan sokongan kepada Palestina. Negara-negara itu meyakini jalan dialog dan perundingan lebih efektif mewujudkan kemerdekaan Palestina.

Geopolitik di Timur Tengah Bahkan sedang adem. Bara panas yang kerap mencapai titik didih kini sedang diikhtiarkan Kepada disiram ‘air diplomasi’ yang Asem, yakni jalur perdamaian. Apalagi, konflik antara Palestina dan Israel sudah berlangsung 70 tahun. Tiga kali di antaranya meledak menjadi perang besar, yakni 1948, 1967, dan Perang Yom Kippur 1973.

Ironisnya, setiap kali perang, Area Arab termasuk Palestina semakin banyak dikuasai Israel. Karena itu, jalan kemerdekaan bagi Palestina bukannya mendekat, yang Terdapat malah menjauh, bahkan Palestina kian banyak kehilangan.

Dalam kondisi seperti Ketika itu, satu-satunya jalan yang terbaik Kepada memperjuangkan dan memulihkan hak-hak bangsa Palestina ialah melalui jalan dialog menuju perdamaian. Itulah jalan yang kini dirintis di Timur Tengah dan diikuti sebagian besar Grup perjuangan di Palestina, tapi ironisnya Bahkan seperti ditolak di Indonesia.

Cek Artikel:  Tengah-Tengah Utang

Bagus kiranya pandangan Jusuf Kalla Kepada direnungkan. Dalam posisi geopolitik Dunia seperti Ketika ini, yang harus diperkuat Indonesia ialah mengenal kedua pihak, Palestina dan Israel. Tujuannya agar dapat mendorong mereka maju ke meja perundingan yang adil dan permanen, apalagi Indonesia mengakui solusi dua negara merdeka yang hidup berdampingan secara damai: Palestina dan Israel.

Apalagi, JK sosok yang Benar Kepada berbicara resolusi konflik, bicara Keyakinan, juga sepak bola. Ia juru damai berbagai Area konflik. Ia kini Ketum Dewan Masjid. Ia juga pernah mengelola klub sepak bola Makassar Istimewa.

JK, juga kita Seluruh di Indonesia, Niscaya Mau Menonton Palestina segera merdeka, diakui dunia, dan rakyatnya hidup dalam kedamaian. Kita, mestinya, juga anti terhadap segala bentuk politisasi kasus Palestina-Israel di ranah apa pun, lebih-lebih Kembali di ranah olahraga.

Mungkin Anda Menyukai