Pengubur Mimpi Besar

GANTUNGKAN cita-citamu setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Apabila engkau Anjlok, engkau akan Anjlok di antara bintang-bintang.

Bung Karno Niscaya amat serius mengkreasikan narasi penyuntik semangat buat pemudi dan pemuda Indonesia itu. Proklamator bangsa itu Niscaya bangga Apabila Menyaksikan banyak anak muda mengikuti kata-katanya yang bak mantra itu.

Tetapi, saya hakul Serius Bung Karno akan meratapi Demi mendapati Fakta mimpi-mimpi anak muda bangsa ini dikubur dalam-dalam bahkan Demi belum terbang setinggi langit. Mimpi-mimpi itu kandas. Mimpi-mimpi itu pun Anjlok, tapi Kagak di antara bintang-bintang karena dipatahkan sebelum menyentuh ketinggian.

Itulah gambaran yang saya tangkap dari kesedihan, kegetiran, kekecewaan, bahkan kemarahan anak-anak muda punggawa Timnas Sepak Bola U-20 Indonesia. Hokky Caraka, Arkhan Fikri, Rabbani Tasnim Siddiq, Marselino Ferdinan, dan Sahabat-Sahabat harus mengubur mimpi bermain di perhelatan akbar Piala Dunia U-20 karena mandat tuan rumah Indonesia dicabut FIFA.

Sebagian mereka menumpahkan kekesalan dan kekecewaan mereka di media sosial Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Mereka merasa Ganjar, Serempak Gubernur Bali I Wayan Koster, menjadi bagian pengubur mimpi-mimpi besar yang siap mereka pertaruhkan itu.

Cek Artikel:  Jejak Sultan, Raja Melindungi Komodo

Ganjar dan Koster menolak kehadiran Timnas U-20 Israel hanya satu Separuh bulan menjelang perhelatan Piala Dunia U-20 dimulai (kendati keduanya sebelumnya sudah menanda tangani host city agreement sebagai tempat perhelatan Piala Dunia U-20). Keduanya dinilai berkontribusi besar atas kegagalan anak-anak muda itu merealisasikan mimpi-mimpi setinggi langit seperti amanat Bung Karno itu.

Kini keduanya menyatakan ikut sedih dan kecewa karena pencoretan Indonesia dari ajang sepak bola Grup umur paling bergengsi di kolong langit itu (Maradona, Lionel Messi, Paul Pogba, Sergio Aguero, Dani Alves, Erling Haaland, dan Andres Iniesta ialah deretan bintang-bintang yang lahir dari event ini). Tetapi, kekecewaan keduanya Kagak mengobati apa-apa. Malah, kata ratusan ribu netizen, pernyataan mereka disebut kian menggarami luka yang teramat menganga. Sangat pedih.

Cek Artikel:  Air Mata Risma

Apalagi Demi keduanya mengatakan, ‘Ayo segera move on, Lanjut semangat karena masa depan Tetap panjang’. Kalimat itu dianggap basa-basi. Kalimat penghiburan yang sama sekali Kagak menghibur. Kalimat penyemangat yang malah membikin penat. Orang-orang pun menagih tanggung jawab mereka atas lontaran penolakan terhadap timnas Israel yang berujung pembatalan tuan rumah Piala Dunia U-20 itu.

Saya berkali-kali jadi teringat kalimat noblesse oblige, dalam jabatan melekat tanggung jawab. Frasa berbahasa Prancis itu mengafirmasi bahwa tugas para pemimpin ialah sebuah keluhuran, sebuah tanggung jawab, Berkualitas dalam tindakan maupun ucapan. Semakin puncak posisi seseorang, kian tinggi pula tanggung jawab dan kehormatannya. Tingginya posisi itu baru berarti Apabila tanggung jawabnya yang besar sangat Konkret dan terasa.

Para pemimpin Republik ini, Berkualitas di pusat maupun daerah, mestinya paham betul bahwa Indonesia ialah negara kesatuan. Dalam bingkai negara kesatuan, urusan strategi dan politik luar negeri Terdapat di tangan pemerintah pusat. Lain halnya Apabila kita menganut sistem federasi, tiap-tiap kepala daerah federal boleh punya kebijakan berbeda dalam sejumlah hal yang diatur dalam undang-undang.

Cek Artikel:  Paus Fransiskus Sumur Inspirasi

Apa yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah dan Gubernur Bali kiranya Pandai dilihat sebagai langkah yang Kagak tegak lurus dengan kebijakan nasional terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Bahasa lugasnya, mereka Pandai disebut mbalelo alias membangkang.

Kalau sikap mbalelo itu merupakan perwujudan pembelaan terhadap kepentingan besar rakyat, mungkin Tetap Pandai dimaklumi. Tetapi, bila sikap berbeda itu berakibat pada kandasnya mimpi-mimpi anak bangsa, hilangnya kepercayaan terhadap bangsa, atau mempermalukan bangsa, tidakkah itu sebuah kesalahan besar?

Para pemimpin itu mestinya kembali merenungkan kata-kata Bung Karno: ‘Jikalau Diriku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini pun akan Diriku persembahkan kepada Tanah Air dan bangsa’.

Mungkin Anda Menyukai