Sebut Pergantian Sekjen NATO Bukan Krusial, Rusia: Pembuat Keputusan Tetap Amerika Perkumpulan

Liputanindo.id – Pemerintah Rusia menegaskan bahwa penunjukan Mark Rutte sebagai Sekretaris Jenderal NATO Bukan akan mengubah keputusan apa pun yang berarti. Rusia menyebut peran Rutte nantinya hanya akan mengikuti keputusan Amerika Perkumpulan.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyoroti pergantian itu Bukan akan berarti lantaran keputusan dari Grup itu akan ditentukan oleh Amerika Perkumpulan, bukan negara-negara dari Personil tersebut.

“Bagi Rusia, Bukan Eksis yang akan berubah (dengan penunjukan Rutte), karena keputusan-keputusan Krusial dibuat bukan oleh negara-negara Personil NATO, tetapi oleh satu negara, Amerika Perkumpulan,” kata Medvedev, dikutip Antara, Rabu (17/7/2024).

Medvedev menambahkan bahwa Rutte sebagai Sekjen NATO berikutnya akan bertindak sesuai keinginan Washington karena dia bukan pejabat yang Independen dan hanya ditempatkan pada posisi tersebut.

Cek Artikel:  Saudi Mulai Bangun Mukaab yang Dikritik Mirip Kakbah

“Saya kenal Mark Rutte. Negara asal Sekjen NATO Bukan Krusial bagi Rusia. Ini adalah pejabat apriori yang Bukan Mempunyai kemandirian, yang dengan Taat mengulangi apa yang diperintahkan kepadanya oleh Washington,” tegasnya.

Pejabat Rusia itu menambahkan bahwa Rutte adalah “seorang birokrat Eropa Normal yang dengan sengaja menggarisbawahi persahabatan dengan Gerombolan Kiev”.

“Dia akan bertindak sebagaimana dia diharuskan Buat bertindak Buat mengeluarkan pernyataan-pernyataan agresif yang bebal sesuai dengan arah politik Biasa, yang di NATO Bukan diikuti secara buta hanya oleh Hongaria dan Slovakia, yang bertujuan sebagian Buat melestarikan negara-negara bangsa,” imbuhnya.

Diketahui NATO menunjuk Perdana Menteri Belanda Rutte sebagai pengganti Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada akhir Juni. Rutte akan menggantikan Stoltenberg pada 1 Oktober, ketika masa jabatannya berakhir setelah sepuluh tahun memimpin aliansi militer tersebut.

Cek Artikel:  Mengenal Pusat Studi Warisan Ibrahim dan Polemik Pertemuan 5 Nahdliyin ke Presiden Israel

Mungkin Anda Menyukai