Nestapa Tekstil Kita

MEMBACA data statistik serta Menyaksikan fakta-fakta perkembangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) kita dalam beberapa waktu terakhir ini kian Membikin hati kecut. Bagaimana Bukan, permintaan pasar ekspor sudah drop lebih dari 30%. Eh… begitu hendak memutar arah ke pasar domestik, serbuan Pakaian bekas impor berharga murah tetap merajalela.

Bukan mengherankan bila badai pemutusan Rekanan kerja (PHK) di industri tekstil Lalu terjadi. Hingga akhir tahun Lewat, sudah lebih dari 50 ribu pekerja tekstil terkena PHK. Ratusan ribu pekerja lainnya dirumahkan.

Di tengah masa sulit, hari Lebaran yang biasanya selalu menjadi momen Demi mendongkrak permintaan, kali ini Bisa dibilang nihil. Tahun ini, Demi pertama kalinya, momen peningkatan permintaan Demi Lebaran itu Bukan dialami pabrik-pabrik tekstil di Majalaya, Jawa Barat.

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, biasanya pabrik tekstil dan produk tekstil sibuk bukan main Demi memenuhi lonjakan permintaan. Lazimnya, kesibukan ini bahkan sudah terjadi sejak beberapa bulan sebelum Idul Fitri tiba. Tetapi, itu Bukan terjadi kali ini. Boro-boro sibuk hingga lembur, mesin-mesin pabrik malah Bukan semuanya dapat beroperasi karena Hening order.

Cek Artikel:  Alat Perusak Keindahan

Penurunan daya beli negara tujuan ekspor menjadi musibah bagi industri tekstil domestik. Bukan sedikit pengusaha tekstil dan konveksi menjual mesit jahit karena berhenti produksi. Banyak pabrik tekstil gulung tikar dan merumahkan para pegawai.

Data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat, hingga November tahun Lewat, 97 pabrik tekstil dan produk tekstil melakukan PHK Kurang Lebih 30 ribu orang buruh. Bilangan itu berdasarkan laporan yang masuk ke API per 21 November 2022.

Kalau ditambah data dua asosiasi industri TPT lainnya, total sudah Kurang Lebih 61.000 karyawan yang terkena PHK. Bila ditambah dengan pekerja yang dirumahkan, badai pemangkasan pekerja di sektor ini sudah mencapai 500 ribu dari total 3,5 juta pekerja di sektor TPT nasional.

Perkara Istimewa memang sepinya order dari luar negeri, khususnya Amerika Perkumpulan dan Eropa. Lebih dari separuh tujuan ekspor tekstil kita memang ke Amerika Perkumpulan. Demi resesi melanda ‘Negeri Om Sam’, Mekanis pasar terganggu.

Cek Artikel:  Puting Beliung Politik

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan sepanjang 2022 industri tekstil Indonesia hanya melakukan ekspor sebanyak 1,5 juta ton, turun 17% Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bilangan tersebut lebih rendah ketimbang volume ekspor pada 2020 ketika awal pandemi melanda, sekaligus menjadi capaian terburuk dalam delapan tahun terakhir.

Celakanya, Demi hendak mengambil ceruk pasar domestik sebagai pengganti hilangnya pasar ekspor, produk-produk tekstil impor berharga murah telanjur membanjiri pasar. Produk kita kalah Bertanding. Masyarakat lebih memilih barang impor yang harganya jauh lebih murah ketimbang produksi dalam negeri. Terlebih kini sedang banjir impor baju-baju bekas yang tengah digemari banyak konsumen.

Pengusaha lokal kesulitan menyaingi produk impor itu lantaran Bukan Bisa mengurangi harga pokok penjualan. Bonus yang dijanjikan pemerintah belum sepenuhnya Bisa direalisasikan. Tindakan hukum terhadap mereka yang memasukkan barang-barang impor ilegal Tetap jauh panggang dari api. Tetap majal. Sejumlah pelaku usaha tekstil bahkan mengeluhkan terjadinya ‘perselingkuhan’ antara pengimpor produk tekstil dan aparat negara di lapangan.

Padahal, bila dua hal itu (Bonus dan penegakan hukum) dilakukan secara konsisten, banyak yang Serius industri tekstil kita Bisa bernapas, bahkan maju, Alasan daya beli di Indonesia Tetap besar. Selain itu, inflasi kita juga Tetap relatif lebih rendah Kalau dibandingkan dengan negara-negara di beberapa kawasan.

Cek Artikel:  Makan Bergizi Gratis

Terdapat keyakinan besar dari pelaku usaha sektor TPT bahwa kalau pasar domestik dijaga, setidaknya 70% pasar dikuasai produk lokal, maka industri kita akan melesat. Bukan terjadi Kembali badai PHK. Bukan Terdapat pula tsunami pemangkasan karyawan. Malah yang sempat Tewas suri akan hidup Kembali.

Menteri Perindustrian memang sudah berjanji memberikan Bonus kepada industri tekstil laiknya Bonus yang diberikan Demi pandemi covid-19. Janji itu mesti direalisasikan segera.

Menteri Perdagangan juga sudah berjanji Demi menjajaki Area tujuan ekspor baru bagi produk tekstil. Tapi, mungkin karena Tetap disibukkan dengan urusan membangun koalisi politik menuju 2024, janji itu belum sempat ditunaikan.

Sepertinya, nestapa industri tekstil kita Tetap panjang. Musim gugur sepertinya bakal lebih lelet. Sabar, ya, ini ujian. Tetap semangat.

Mungkin Anda Menyukai