Melawan Amerika

JUDUL di atas terkesan gagah dan heroik. Maklum, Amerika Perkumpulan ialah raja dunia. Siapa berani melawan ‘Negeri Om Sam’, bersiaplah Buat terkucil dan diisolasi. Begitulah tatanan dunia berpuluh-puluh tahun dihela.

Bahkan, sejak empat Sepuluh tahun terakhir, Amerika Perkumpulan (AS) ialah ‘penentu’ tunggal arah Mendunia. Uni Soviet sudah bubar. Rusia terlalu lemah Buat mengganggu kedigdayaan AS. Iran memang sering melawan, tapi sporadis saja. Kuku-kuku sang adidaya teramat dalam mencengkeram dunia.

Di bidang ekonomi, Amerika ialah raksasa. Negeri yang dipimpin Joe Biden itu Mempunyai produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia, Adalah mencapai US$25,04 triliun. Bilangan itu setara dengan seperempat dari total PDB seluruh negara di dunia yang berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) mencapai US$101,56 triliun per 2 November 2022. Indonesia, yang PDB-nya US$1,29 triliun, hanya seperdua puluh limanya Amerika.

Tetapi, kini, AS mulai ‘dijauhi’ sejumlah negara. Bahkan negara yang selama ini menjadi sekutunya. Ini terlihat dari mata Doku, dedolarisasi, hingga tren pergaulan Mendunia yang bak arus balik. Dalam soal mata Doku, misalnya. Kini Eksis upaya ‘membuang’ dolar AS. Di antaranya dilakukan negara-negara yang bergabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan South Africa/Afrika Selatan).

Cek Artikel:  Ngos-ngosan Menjamin Jebakan

Sebuah laporan dari Livemint, media asal India, pada akhir Maret Lewat mengindikasikan bahwa mata Doku baru aliansi ini akan diamankan dengan emas dan komoditas lain. Arab Saudi, sebagaimana ditulis Wall Street Journal, juga akan menggunakan yuan sebagai mata Doku dalam perdagangan minyak dengan Tiongkok. Kini mulai dikenal istilah ‘dari petrodolar’, alat Salin akan ‘berganti petroyuan’.

Di segi pergaulan Global, AS pun mulai ‘dilupakan’ beberapa negara, termasuk sekutu dekatnya. Sebut saja Arab Saudi yang tiba-tiba membina Rekanan kembali dengan Iran, di Dasar mediasi Tiongkok.

Belum Tengah Prancis, seusai Presiden Emmanuel Macron menemui Presiden Tiongkok Xi Jinping, pekan Lewat.

Macron mengatakan Eropa harus mengurangi ketergantungannya pada AS. Eropa, tegasnya, harus menghindarkan diri dari terseret ke dalam konfrontasi antara AS dan Tiongkok dalam kasus Taiwan. Macron bahkan secara terbuka dan berani mengatakan bahwa Prancis memang sekutu Amerika Perkumpulan, tapi Prancis bukan ‘bawahan’ Amerika. Prancis malah siap memimpin aliansi strategis Eropa menjadi negara adikuasa ketiga.

Cek Artikel:  Kepekaan Etis Budaya Mundur

Kondisi ini persis seperti yang dinubuatkan sejarawan ternama AS, Alferd McCoy. Ia pernah memprediksi kedigdayaan Amerika akan runtuh pada 2017. Gejala pelemahan ini sudah tampak sejak Donald Trump menjadi presiden AS. Trump, ujar McCoy, mempercepat penurunan AS. “Abad Amerika mungkin sudah compang-camping dan memudar pada 2025, serta Bisa berakhir pada tahun 2030,” kata McCoy.

Kenaikan harga, upah yang stagnan, dan daya saing Global yang mulai pudar akan segera datang. Ia menyebut biang pemudaran terjadi karena adanya pembiaran AS yang selama puluhan tahun dalam kondisi defisit. Celakanya defisit itu bertumbuh karena ‘peperangan yang tak henti-hentinya dilakukan AS di negeri-negeri jauh’.

Dolar AS akan kehilangan statusnya sebagai mata Doku cadangan dominan dunia. Perubahan ini akan mendorong kenaikan harga yang dramatis Buat impor Amerika. Biaya perjalanan ke luar negeri Buat turis dan Laskar AS juga akan meningkat.

Cek Artikel:  Terkungkung Mazhab Utang

Adikuasa dan adidaya yang Lalu memudar, pada gilirannya Kagak Bisa membayar tagihannya, Amerika kemudian akan Lalu ditantang oleh kekuatan seperti Tiongkok, Rusia, Iran, dan lainnya Buat menguasai lautan, ruang angkasa, dan dunia maya. Walhasil, kiranya kita akan segera menyaksikan Lalu memudarnya Amerika, bahkan amat mungkin runtuhnya Penguasaan Amerika.

Fakta ini, Kalau kita cerdas Memperhatikan gelagat dan gelanggang geopolitik serta geoekonomi Mendunia, mestinya Bisa jadi momentum Krusial. Kira-kira Bisa sebangun dengan kondisi Ketika Bung Karno memanfaatkan tarik-menarik dan unjuk kuasa dua blok besar dunia. Ketika itu, Bung Karno menginisiasi Gerakan Nonblok. Sayangnya, gerakan itu belum Tiba Bisa merekatkan kerja sama ekonomi hingga menjadikan Nonblok sebagai kekuatan penyeimbang yang diperhitungkan.

Kini, mestinya situasi berubah. Kita sudah lebih jauh mengenali bagaimana geopilitik dijalankan di tataran Mendunia. Kita juga sudah berkali-kali menjadi pemimpin kerja sama aliansi negara-negara berpengaruh di dunia. Tinggal pertanyaannya, secerdas itukah kita membaca fakta-fakta di depan mata itu?

Mungkin Anda Menyukai