Jangan Berkhayal

Eksis ajakan Krusial dari KH Bahaudin Nursalim soal bagaimana kita mestinya menjalani hidup. Kata Gus Baha, begitu ia akrab disapa, jalani hidup dan kehidupan ini dengan kegembiraan. Selain itu, jangan banyak berkhayal.

Dalam sebuah kajiannya, Gus Baha mengulas ‘jangan banyak berkhayal’ ini dengan mengutip pendapat ulama besar Sufyan ats-Tsauri tentang Maksud zuhud (hidup sederhana). Kata Imam Sufyan, sebagaimana dikutip Gus Baha, zuhud bukanlah dengan memakan makanan yang kasar.

Zuhud bukan pula dengan memakai pakaiaan yang jelek. Bukan itu ukuran zuhud. Itu namanya zuhud penampilan. Zuhud yang sesungguhnya ialah dengan Tak banyak berkhayal.

Kata kunci ‘jangan berkhayal’ itu kiranya selaras dengan gonjang-ganjing gaya hidup pejabat dan keluarga pejabat yang akhir-akhir ini menjadi sorotan tajam. Kasus terakhir ialah ketika Wali Kota Bandung Yana Mulyana ditangkap tangan oleh KPK dalam kasus dugaan korupsi proyek terkait dengan program Bandung Smart City dan pengadaan CCTV dan jaringan internet di Kota Bandung.

Eksis sejumlah barang bukti disita. Salah satunya sebuah sepatu bermerek terkenal, Louis Vuitton tipe Cruise Charlie Sneaker 1A9YN8. Menurut situs Formal Louis Vuitton, sepasang sepatu ‘ramah lingkungan’ tersebut seharga US$1.590 atau setara Rp23 juta. Harga sepatu itu dua kali lipat gaji pokok wali kota di Indonesia.

Cek Artikel:  Tragedi Kali Bekasi

Sebelum kasus Yana, Eksis kasus pejabat di Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo. Eksis juga pejabat di Ditjen Bea Cukai. Eksis pula pejabat Dishub DKI Jakarta. Pun sejumlah pejabat beserta keluarga yang mengoleksi barang-barang mewah. Padahal, akumulasi barang-barang itu amat jomplang bila dibandingkan dengan profilnya yang menjadi abdi negara. Pendapatan Tak seberapa, kok Dapat menumpuk barang-barang mewah hingga bernilai puluhan miliar rupiah? Begitu pertanyaan yang berkecamuk di kepala publik.

Lewat, apa hubungannya dengan ajakan Buat Tak berkhayal? Kiranya terang-benderang banyak dikemukakan oleh para Spesialis dan tokoh Religi ataupun tokoh spiritual bahwa khayalan ialah pangkal Esensial keinginan dan keserakahan. Khayalan itu melampaui kemampuan. Maka, Apabila khayalan Lalu berkecamuk, sedangkan kemampuan Tak kunjung tiba, muncullah tindakan korupsi, maling, merampok.

Khayalan itu Distrik privat. Begitu juga gaya hidup sesorang sebagai turunan dari khayalan memang Distrik privat. Ia menjadi hak setiap orang, asal Tak mengganggu orang lain. Tetapi, Distrik privat itu Dapat menjadi urusan publik bila menyangkut pejabat publik. Gaya hidup pejabat bukan sekadar ranah privat karena Eksis hak publik yang melekat dalam kehidupan pejabat.

Cek Artikel:  Rakyat kian Mantab

Kehidupan pejabat disokong publik. Gaji mereka diambil dari pajak rakyat. Karena itu, gaya hidup pejabat pun Tak boleh lepas dari pengawasan publik. Rakyat Malah wajib kepo dengan kehidupan pejabat karena Eksis hak publik Buat Paham, digunakan Buat apa saja Doku rakyat yang sudah dibayarkan melalui pajak tersebut.

Karena itu, wajar belaka bila publik mengoreksi gaya hidup pejabat. Gaya hidup yang berpangkal dari keinginan Dapat menjadi cermin dari keserakahan yang Tak bertepi. Dari gaya hidup Dapat bermuara pada korupsi.

Godaan Foya-foya pejabat dan keluarganya yang Tak berujung, yang bersumber dari keinginan dan khayalan, Membangun rakyat harus Lalu membayar Buat sesuatu yang Tak mengenal kata cukup. Orang, juga sejumlah pejabat, kian tergoda berkiblat pada mazhab Kyrene yang didirikan Aristippus. Mazhab itu menawarkan ajaran Foya-foya sebagai tujuan kehidupan etis, tujuan hidup yang dianggap paling mulia dari setiap Mahluk.

Cek Artikel:  Sang Penjaga Negeri

Segala tindakan Mahluk akan dianggap Berkualitas apabila tindakan tersebut mendatangkan kenikmatan yang berpangkal pada kesenangan. Mahluk yang bijaksana, kata pengikut mazhab itu, ialah Mahluk yang mencari kenikmatan sebesar-sebesarnya di dunia ini.

Paham seperti itu begitu sukar dibendung. Kata Aristoteles, kebutuhan Mahluk itu Tak terlalu banyak, tetapi keinginannyalah yang relatif Tak terbatas. Padahal, kebutuhan dan keinginan ialah dua sisi yang berbeda. Era kini, industri modern bekerja keras hingga sukses mengubah keinginan menjadi motif kebutuhan.

Kiranya Benar seruan Imam ats-Tsauri agar kita jangan banyak berkhayal. Ketimbang Lalu berkhayal dan menganyam keinginan tak bertepi, para pejabat dan calon pejabat sebaiknya lebih banyak-banyaklah membaca literatur tentang gaya hidup. Banyak-banyak pula mendengar Petunjuk para bijak bestari agar Tak terjerembap dalam kubangan korupsi yang berujung ‘berumah’ di jeruji besi.

Mungkin Anda Menyukai