Teka-teki Pertemuan SBY-Jokowi

ADA peristiwa menarik di Istana Bogor, Senin (2/10). Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau yang akrab disapa SBY menyambangi Joko Widodo, presiden yang sedang berkuasa saat ini. Itu bukan kali pertama mereka bertemu. Pada 9 Maret 2017, kedua pemimpin itu juga terlihat berbincang dan minum teh bersama di beranda belakang Istana Merdeka, Jakarta.

Seusai pertemuan senja kala itu, kepada wartawan SBY antara lain mengutarakan keinginannya agar ada wadah tempat berkumpulnya para mantan presiden dengan presiden yang sedang menjabat. Intinya, ia ingin silaturahim semacam ini bisa diteruskan di masa mendatang.

Cita-cita itu pun terwujud di Istana Bogor. Tetapi, berbeda dengan pertemuan enam tahun silam, pertemuan SBY-Jokowi kali ini tertutup bagi wartawan. Pihak Partai Demokrat, partai yang dibina SBY, menyebut pertemuan itu cuma membahas masalah politik kebangsaan dan politik kenegaraan. Apabila membahas masalah kebangsaan, mengapa harus dilakukan tertutup? Bukankah sebaiknya publik tahu permasalahan seperti apa yang sedang dihadapi saat ini dan solusi apa yang ditawarkan kedua pemimpin bangsa tersebut?

Cek Artikel:  Mempertanyakan Urgensi DPA

Akan tetapi, sayang pertemuan selama 1 jam itu dilakukan dalam keadaan tertutup. Publik hanya bisa menduga dan berdoa semoga bukan sekadar membicarakan masalah bagi-bagi kursi di tengah kencangnya isu reshuffle kabinet. Kembali pula, kalaupun ada dugaan semacam itu, kiranya hal yang wajar. Itu karena selain pernah dan sedang menjabat sebagai presiden, kedua pemimpin itu ialah politikus, yang setiap manuver atau tindak tanduknya kerap dikaitkan dengan kekuasaan.

Terlebih Partai Demokrat baru saja melabuhkan dukungan dengan bergabung ke koalisinya Prabowo, bacapres yang selama ini terkesan lebih mendapat restu Jokowi. Apalagi, beberapa hari sebelumnya, Ketua Biasa PDIP Megawati Soekarnoputri pun secara tegas telah menutup peluang menduetkan kadernya, Ganjar Pranowo, dengan Prabowo pada Pilpres 2024. Apakah SBY juga ingin menyodorkan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY, yang juga ketua Partai Demokrat, untuk mendampingi Prabowo? Hmm… entahlah.

Cek Artikel:  Generasi Emas yang Cemas

Sejumlah pengamat menilai, pertemuan itu juga dapat dibaca sebagai momentum bagi Jokowi untuk lepas dari bayang-bayang ketua umum PDIP, partai yang selama ini mengusungnya. Apakah ia ingin mencari keseimbangan baru di tengah dugaan renggang hubungannya dengan PDIP dan Megawati? Sepertinya hanya Jokowi, SBY, dan Tuhan yang tahu.

Mungkin Anda Menyukai