Selalu Berulang, Ini Tanda Pembeda Kejang Epilepsi dengan Bukan Epilepsi

Selalu Berulang, Ini Ciri Pembeda Kejang Epilepsi dengan Bukan Epilepsi
Ilustrasi(freepik.com)

SAAT anak mengalami kejang-kejang, sebaiknya orangtua tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa anak terkena epilepsi. Dokter spesialis anak Irawan Mangunatmadja mengatakan ada perbedaan antara kejang yang menandakan epilepsi dan kejang bukan epilepsi. 

Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak. Epilepsi lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit ayan. Epilepsi pada anak bisa karena kerusakan otak akibat sang ibu yang terinfeksi, kekurangan oksigen atau mengalami gizi buruk.

Kata Irawan, kejang yang disebabkan epilepsi ditandai dengan gerakan seluruh tubuh, gerakan bola mata dan wajah ke satu sisi. Selain itu, ia juga mengatakan kejang pada epilepsi terjadi berulang.

Baca juga : Ini yang Harus Dilakukan Kalau Anak Mengalami Obesitas

Cek Artikel:  Perawatan Pascatransplantasi Maksimalkan Hasil Tanam Rambut

“Kita bisa membedakan gerakan kejang-kejang, yaitu dari gerak bola matanya. Kalau ada gerakan seluruh tubuh dan gerakan bola mata ke satu sisi, mungkin saja itu terkena epilepsi,� kata Dokter Spesialis Anak, Irawan Mangunatmadja, dalam Instagram Live RSCM Kencana, Jumat (25/3).

Ia menjelaskan, kejang epilepsi terjadi berulang selama beberapa detik sampai menit. Kejang yang dialami anak juga harus dipastikan dengan ciri-ciri yang sama. Kalau kejang berlangsung lama, lebih dari hitungan menit bisa dipastikan bukan epilepsi.

Irawan menuturkan ada ciri yang khas dari anak yang terkena epilepsi. Orangtua bisa memperhatikan saat anak sedang bermain. Apabila anak yang sedang asyik bermain lalu tiba-tiba termenung, berhenti sejenak kurang lebih selama 20 detik dengan bola mata yang disebutkan tadi, dan itu terjadi berulang, Irawan menyarankan untuk segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan apakah anak terkena epilepsi.

Cek Artikel:  Kondusifkah Konsumsi Minuman Berenergi Selama Kehamilan

Baca juga : Mengenal Penyakit Parkinson: Asa dan Tatalaksana di Masa Depan

Anak dengan gangguan perkembangan otak akan lebih rentan. Asa kesembuhannya hanya 20% jika dibandingkan dengan anak yang terkena epilepsi tanpa gangguan perkembangan otak.

“Jadi, kalau perkembangan anak itu normal, harusnya dia bisa tumbuh sempurna. Sekeliling 70-80% dia bisa tumbuh sempurna dan sembuh. Tetapi, kalau dia ada gangguan, ya itu yang 20% itu. Anak harus memerlukan pengobatan yang jangka waktunya lebih panjang dan menggunakan beberapa jenis obat,” jelas Irawan.

Ia juga menjelaskan, mitos terkait penanganan epilepsi seperti memasukkan kopi ke mulut anak, masukkan sendok, mengguncang tubuh anak, tidak ada rujukan dari medis. (H-2)

Cek Artikel:  Alami Baby Blues, Kunjungi Perinatal Mental Health Center

 

Mungkin Anda Menyukai