PENANGANAN bayi tabung (IVF) di Indonesia masih sangat rendah, hanya mencapai 10% dari standar global. Bayi tabung sering menjadi pilihan akhir bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak secara alami. Infertilitas atau gangguan kesuburan merupakan penyebab utama pasangan suami istri sulit memiliki keturunan.
Di Indonesia, prevalensi infertilitas mencapai 10%-15%, artinya sekitar 35 juta pasangan menikah mengalami ketidaksuburan. Tetapi, layanan IVF di Indonesia masih sangat rendah. Dokter kandungan dan ahli fertilitas endokrinologi reproduksi Budi Wiweko menyatakan bahwa saat ini hanya ada 50-60 siklus bayi tabung dari setiap 1 juta penduduk di Indonesia.
“Di dunia ada standarnya, minimal di setiap 1 juta penduduk, negara yang baik melakukan 600-700 siklus bayi tabung. Jadi artinya kita baru mengerjakan 10%,” ujar Budi dalam diskusi “IVF for Everyone” di Smart Fertility Clinic Rumah Lara Primaya Evasari, Jakarta.
Baca juga : 12 Penyebab Siklus Haid Enggak Teratur
Layanan fertilitas sangat penting mengingat angka total fertility rate di Indonesia yang cenderung menurun. Ketika ini, angka fertility rate di Indonesia adalah 2,14. Fertility rate mengacu pada jumlah anak yang dilahirkan setiap perempuan sepanjang usia reproduksi.
“Di Jakarta, total fertility rate kita 1,75. Maksudnya rata-rata perempuan di Jakarta hanya punya satu anak. Jadi, ketika kita berbicara tentang perencanaan keluarga, bukan hanya tentang kontrasepsi, tetapi juga bagaimana membantu pasangan untuk punya anak,” ungkapnya.
Kalau tidak mendapat perhatian serius, fertility rate Indonesia pada 2030 diramalkan turun ke angka 1,3. Pada 2030, sebanyak 15% penduduk Indonesia diprediksi memasuki usia lanjut atau di atas 65 tahun. Sebagai perbandingan, Singapura telah mencatatkan fertility rate di bawah 1, dan pemerintah di sana mendukung pasangan dengan membiayai program bayi tabung.
Baca juga : Bantu Kekasih Punyai Anak, Brawijaya Hospital Duren Tiga Hadirkan Fertility Center
Budi juga menekankan pentingnya beberapa hal terkait program kehamilan bayi tabung untuk memastikan keberhasilan. Pertama adalah kualitas embrio dan rahim yang harus bagus. Embrio yang berkualitas dihasilkan dari sel telur dan sperma yang juga berkualitas. Kualitas sel telur sangat bergantung pada usia, di mana pada usia 35 tahun mulai terjadi penuaan pada sel telur.
Selain itu, ada penyakit-penyakit yang bisa merusak dan mengurangi jumlah sel telur, seperti kista endometriosis atau kista cokelat, serta siklus haid tidak teratur yang mengganggu proses pematangan sel telur. Di sisi lain, kualitas sperma juga menentukan keberhasilan IVF. Sperma yang baik memiliki jumlah 15 juta per cc, dengan 32% bergerak lurus cepat, 4% berbentuk normal, dan materi genetiknya tidak boleh rusak lebih dari 26%.
Beberapa faktor yang merusak kualitas sperma termasuk terlalu sering dalam kondisi panas seperti sauna, pakaian dalam yang ketat, naik sepeda, menonton televisi lebih dari 40 jam seminggu, mengantongi handphone di celana, dan memangku laptop.
Baca juga : Ini Daftar Tes Kesuburan untuk Kekasih yang Ingin Mempunyai Anak
Pada kesempatan yang sama, Embriologis Smart Fertility Clinic Verawaty Sinurat menambahkan bahwa keberhasilan bayi tabung juga dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Proses pertama adalah pengecekan dan pemilihan sperma yang bagus. Sementara sel telur tidak bisa dipilih, sperma bisa dicek kualitasnya, termasuk kecepatan dan morfologinya.
Menurut Vera, ada dua faktor yang meningkatkan keberhasilan IVF. Pertama adalah kompetensi embriologis dalam memilih dan menyatukan sperma dan sel telur, dan kedua adalah teknologi yang digunakan. Di Smart Fertility Clinic, tahapannya meliputi metode IMSI (intracytoplasmic morphologically-selected sperm injection), yang memungkinkan pengecekan sperma hingga pembesaran 6.000 kali.
Setelah proses IMSI, selanjutnya adalah pengecekan embrio dengan inkubator timelapse yang memungkinkan pengecekan embrio hingga setiap 5 menit. Teknologi timelapse ini memungkinkan pengawasan perkembangan embrio dengan lebih akurat.
Baca juga : Layanan Bayi Tabung asal Thailand Hadir di Indonesia
Selanjutnya, teknologi PGT-A (Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy) digunakan untuk mengecek kelainan genetik pada embrio. Dengan PGT-A, tingkat keberhasilan bayi tabung bisa meningkat hingga 70%-80%.
Dokter kandungan Cepi Kokoh Pramayadi menambahkan bahwa pasangan yang mengalami infertilitas biasanya tidak langsung disarankan untuk menjalani bayi tabung. Ketika kehamilan alami sulit terjadi, pilihan pertama adalah inseminasi buatan atau intrauterine insemination (IUI), yang mendekatkan sperma dengan sel telur secara natural di rahim, meningkatkan peluang sel telur untuk dibuahi sperma.
“Penanganan awal biasanya tidak langsung bayi tabung. Bayi tabung itu pilihan terakhir ketika program secara alami belum berhasil, dan inseminasi tidak membuahkan hasil. Kelebihan inseminasi dibandingkan hubungan secara alami adalah spermanya dipilih yang paling bagus,” kata Cepi. (Z-10)