Apakah Transplantasi Ginjal Kondusif Bagi Penderita HIV Ini Hasil Penelitiannya

Apakah Transplantasi Ginjal Aman Bagi Penderita HIV? Ini Hasil Penelitiannya
Ilustrasi – Sebuah studi besar yang didanai National Institutes of Health (NIH) menunjukkan transplantasi ginjal antara donor dan penerima yang sama-sama mengidap HIV (HIV D+/R+) aman.(freepik)

PERTANYAAN mengenai keamanan transplantasi ginjal pada penderita HIV telah lama menjadi perhatian medis. Tetapi, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa transplantasi ginjal antara donor dan penerima yang sama-sama hidup dengan HIV aman dilakukan. 

Sebuah studi besar yang didanai National Institutes of Health (NIH) di Amerika Perkumpulan membuktikan hal ini bisa dilakukan. Studi itu memberikan harapan baru bagi mereka yang mengalami penyakit ginjal stadium akhir.

Hasil Studi Menjanjikan dan Kondusif

Studi ini meneliti transplantasi ginjal antara donor yang meninggal dengan HIV (HIV D+) kepada penerima yang juga mengidap HIV (HIV R+). Hasilnya dibandingkan dengan transplantasi dari donor tanpa HIV (HIV D-). 

Cek Artikel:  DPR Tak Lanjutkan Pembahasan RUU Pengawasan Obat dan Makanan

Menariknya, hasil kesehatan jangka panjang antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang sangat kecil. Dengan kata lain, transplantasi ginjal dari donor dengan HIV aman dan hasilnya setara dengan transplantasi dari donor tanpa HIV.

Dalam studi ini, sebanyak 198 pasien dengan HIV dan penyakit ginjal stadium akhir di Amerika menerima transplantasi ginjal. Hasil menunjukkan tingkat kelangsungan hidup dan fungsi ginjal setelah transplantasi sangat mirip antara penerima dengan donor HIV dan non-HIV. 

Setelah satu tahun pascaoperasi, tingkat kelangsungan hidup penerima mencapai 94% pada kelompok HIV D+/R+ dan 95% pada kelompok HIV D-/R+. Pada tahun ketiga, angkanya tetap stabil di sekitar 85-87% untuk kedua kelompok.

Cek Artikel:  Di Bulan Alzheimer Sedunia, ADI dan Alzi Mantapkan Bingungkatkan Kesadaran dan Pengurangan Stigma

Salah satu tantangan besar dalam transplantasi ginjal adalah keterbatasan organ yang tersedia. Pasien HIV sering menghadapi risiko kematian yang lebih tinggi saat menunggu organ karena akses mereka yang lebih terbatas dibandingkan dengan pasien tanpa HIV. 

Undang-Undang Kesetaraan Kebijakan Organ HIV yang diberlakukan pada 2015 membantu mengatasi masalah ini. Undang-undang tersebut memungkinkan transplantasi organ antar individu dengan HIV, meskipun saat ini masih terbatas pada lingkungan penelitian untuk mengawasi dampaknya dengan lebih hati-hati.

Keamanan Terjamin

Selama studi berlangsung, para peneliti juga mengawasi risiko spesifik, seperti kemungkinan penerima memperoleh strain HIV baru dari donor. Meskipun satu kasus penerima mungkin terpapar strain HIV berbeda, tidak ada efek klinis yang signifikan ditemukan. Secara keseluruhan, tingkat komplikasi bedah, infeksi, dan kejadian buruk lainnya hampir sama antara kedua kelompok.

Cek Artikel:  Kemenag Bangun 256 Gedung Layanan Haji dan Umrah sejak 2019

Berdasarkan bukti dari studi besar ini, transplantasi ginjal antara donor dan penerima dengan HIV aman dan layak dilakukan. Hasil ini membuka pintu untuk memperluas praktik transplantasi ginjal bagi penderita HIV, tidak hanya terbatas pada penelitian tetapi juga dalam praktik medis umum. 

Dengan demikian, pasien HIV dengan penyakit ginjal kini memiliki harapan baru untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik melalui transplantasi ginjal tanpa perlu khawatir tentang risiko kesehatan yang besar. (National Institute of Health/Z-3)

 

Mungkin Anda Menyukai