Alibi di Balik Israel Lancarkan Serangan ke Libanon

Alibi di Balik Israel Lancarkan Serangan ke Libanon
Hizbullah meluncurkan sekitar 300 roket yang menargetkan wilayah Israel yang berbatasan dengan Libanon.(Anadolu)

SERDADU Israel telah melakukan serangan udara sebagai tindakan pencegahan sebelum rencana serangan Hizbullah skala besar ke Libanon. Sementara Hizbullah meluncurkan serangan drone dan roket ke wilayah Israel utara.

Ini merupakan eskalasi signifikan dari konflik lintas batas yang sedang memanas. Media Israel melaporkan, dua pejuang Hizbullah dan seorang militan dari kelompok sekutu tewas dalam serangan di Libanon. Seorang perwira angkatan laut Israel tewas dan dua anggota militer lainnya terluka di sebuah kapal patroli di lepas pantai Israel utara yang terkena pecahan peluru dari rudal pencegat Iron Dome.

Golongan Syiah Libanon yang didukung Iran mengatakan mereka telah menggunakan drone dan lebih dari 320 roket terhadap 11 situs militer Israel sebagai fase pertama dari respons mereka terhadap kematian salah satu komandan utamanya, Fuad Shukr, dalam serangan udara Israel bulan lalu. Tetapi tidak disebutkan kapan serangan tahap kedua akan dilakukan.

Baca juga : Netanyahu Tegaskan Serangan ke Hizbullah di Libanon bukan Akhir Cerita

Hizbullah mengatakan mereka telah menyelesaikan operasinya, yang mereka klaim berhasil dan tidak terpengaruh oleh serangan udara Israel. Tetapi juru bicara Laskar Pertahanan Israel (IDF), Nadav Shoshani mengatakan serangan roket dan drone Hizbullah adalah bagian dari serangan terhadap Israel. “Serangan yang lebih besar yang direncanakan dan kami mampu menggagalkan sebagian besar serangan pagi ini,” katanya, dilansir Guardian, Senin (26/8).

Shoshani mengatakan 100 jet tempur Israel ikut serta dalam serangan dini hari tersebut, yang telah menghancurkan tabung peluncuran rudal Hizbullah, beberapa di antaranya ditujukan ke Israel tengah. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menegaskan negaranya tidak menginginkan perang skala penuh namun pihaknya akan bertindak sesuai dengan perkembangan di lapangan. Loyalp serangan rudal Hizbullah terhadap kota-kota Israel kemungkinan besar akan memicu respons besar-besaran Israel yang akan semakin mendekatkan prospek perang habis-habisan.

Cek Artikel:  Tentara Bayaran Asal India Tewas di Medan Tempur Rusia-Ukraina, Jadi Kasus Kelima

Bahkan tanpa serangan rudal seperti itu, permusuhan antara IDF dan Hizbullah pada Minggu (25/8) adalah yang paling besar sejak Oktober lalu, ketika Hizbullah menembaki pemukiman Israel di utara sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas di Gaza. Lebih dari 80 ribu warga Israel dievakuasi dari daerah perbatasan dan kedua belah pihak hampir setiap hari saling baku tembak dalam beberapa pekan terakhir.

Baca juga : Usai Bombardir Israel, Hizbullah Merasa Lega

Israel mengatakan pihaknya masih mengharapkan respons luas dari Hizbullah dan mengumumkan keadaan darurat 48 jam, yang memberikan kekuatan khusus kepada militer. Sirene terdengar di kota-kota di Israel utara, bandara Tel Aviv ditutup selama beberapa jam dan penerbangan masuk dialihkan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan para pemimpin Hizbullah dan Iran harus mengetahui bahwa tanggapan ini adalah langkah lain menuju perubahan situasi di utara. “Ini mengembalikan penduduk kami dengan selamat ke rumah mereka dan bahwa ini bukanlah akhir dari cerita,” tegasnya.

Biden awasi

Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Perkumpulan (AS), Joe Biden, sedang memantau kejadian tersebut, dan menambahkan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri tetapi AS akan terus berupaya untuk stabilitas regional. Serangan udara dan serangan roket serta drone Hizbullah terjadi pada saat AS dan sekutu regionalnya mengadakan pembicaraan dengan Israel dan Hamas yang bertujuan untuk menyetujui gencatan senjata di Gaza.

Cek Artikel:  Debat Perdana, Harris Sebut Trump Memecah-Belah Rakyat Amerika

Baca juga : Hizbullah Mentahkan Klaim Israel

Pemerintahan Biden berharap kesepakatan penyanderaan untuk gencatan senjata di Gaza akan meredakan ketegangan regional dan mengurangi kemungkinan konflik menyebar. Kegagalan yang terus-menerus untuk mencapai kesepakatan di Gaza membuat perang regional lebih mungkin terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah korban jiwa di Palestina. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 40 ribu jiwa, sementara kekerasan menyebar di Tepi Barat, didorong oleh pemukim militan Israel yang berupaya merebut tanah Palestina.

Juru bicara dewan keamanan nasional AS, Sean Savett mengatakan Presiden Joe Biden memantau dengan cermat kejadian di Israel dan Libanon. Dia telah terlibat dengan tim keamanan nasionalnya sepanjang malam. Atas arahannya, para pejabat senior AS terus berkomunikasi dengan rekan-rekan mereka di Israel.

“Kami akan terus mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, dan kami akan terus berupaya untuk stabilitas regional,” tambah Savett dalam pernyataan tertulis.

Baca juga : Ini Argumen Pemimpin Hizbullah Serang Tel Aviv dengan 320 Roket

Outlet berita Israel Ynet mengutip laporan dari Libanon yang mengatakan angkatan udara menyerang 40 sasaran. “Sebagian besar serangan terjadi di lembah-lembah [jauh dari daerah berpenduduk], dan selain warga Suriah, kami tidak memiliki korban cedera,” kata seorang sumber dalam organisasi pertolongan pertama yang bertugas di Libanon selatan, kepada Guardian.

Cek Artikel:  Badan PBB Demi Pengungsi Palestina Dilarang Beroperasi di Israel

Pejuang Hizbullah diketahui menggunakan kawasan hutan lebat di Libanon selatan untuk berlindung saat mereka melakukan serangan terhadap Israel. Netanyahu dan menteri pertahanan, Yoav Gallant, berada di ruang situasi IDF bawah tanah pada Minggu (25/8) dini hari untuk mengawasi serangan udara tersebut, dan kabinet keamanan negara itu dijadwalkan bertemu pada pukul 7 pagi, ketika Israel bersiap menghadapi kemungkinan lebih banyak serangan lintas batas.

“Hizbullah akan segera menembakkan roket, dan mungkin rudal serta UAV (drone), ke arah wilayah Israel,” kata juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari.

“Dari sebelah rumah warga sipil Libanon di selatan Libanon, kita bisa melihat bahwa Hizbullah sedang bersiap melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel, sekaligus membahayakan warga sipil Libanon. Invasi Hizbullah yang sedang berlangsung berisiko menyeret rakyat Libanon, Israel, dan seluruh kawasan, ke dalam eskalasi yang lebih luas,” kata Hagari.

Gallant berbicara dengan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin untuk memberi tahu dia tentang situasi yang sedang terjadi. “Menteri Gallant dan Menteri Austin membahas pentingnya menghindari eskalasi regional,” kata Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu menambahkan bahwa Gallant telah menekankan bahwa lembaga pertahanan Israel bertekad untuk membela warga Israel dan akan menggunakan segala cara yang mereka miliki untuk menghilangkan ancaman yang akan terjadi. Pernyataan Pentagon mengenai panggilan telepon tersebut mengatakan bahwa Austin telah menegaskan kembali komitmen kuat Amerika Perkumpulan terhadap pertahanan Israel. (I-2)

 

Mungkin Anda Menyukai