Hari Osteoporosis Sedunia Sejarah, Tema, dan Tujuan

Hari Osteoporosis Sedunia: Sejarah, Tema, dan Tujuan
Taatp 20 Oktober, dunia memperingati Hari Osteoporosis Sedunia untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan tulang. (freepik)

SETIAP tahun pada 20 Oktober, dunia bersatu dalam memperingati Hari Osteoporosis Sedunia, sebuah gerakan global yang mengajak kita untuk lebih peduli pada kesehatan tulang. Hari ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebuah pengingat bahwa tulang adalah pondasi tubuh yang harus dilindungi sepanjang hidup. 

Di balik peringatan ini terdapat sejarah, tujuan, serta tema yang menyoroti pentingnya mencegah dan menangani osteoporosis sejak dini.

Sejarah Hari Osteoporosis Sedunia

Peringatan Hari Osteoporosis Sedunia pertama kali diadakan tahun 1996 oleh National Osteoporosis Society di Inggris, bekerja sama dengan Komisi Eropa. Setahun kemudian, International Osteoporosis Foundation (IOF) mengambil alih penyelenggaraan hari penting ini, mengubahnya menjadi kampanye global. 

Pada 1998 dan 1999, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) turut mendukung acara ini, semakin memperkuat upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang osteoporosis, sebuah kondisi yang sering kali tak terdeteksi hingga terlambat.

Mengertin 1999 menjadi tonggak penting karena tema pertama kali diangkat dalam peringatan Hari Osteoporosis Sedunia, yaitu “Deteksi Awal.” Tema ini membuka mata banyak orang akan pentingnya memahami risiko dan melakukan pencegahan osteoporosis.

Cek Artikel:  Ini Twibbon dan Ucapan Hari Batik Nasional 2024

Tema 2024: “Katakan Kagak Pada Tulang Ringkih”

Pada 2024, tema yang diangkat adalah “Katakan Kagak Pada Tulang Ringkih.” Tema ini menyoroti pentingnya kesadaran akan kesehatan tulang dan mengajak setiap individu untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga kekuatan tulang. 

Osteoporosis bukan hanya masalah bagi mereka yang sudah tua; ini adalah masalah yang bisa dicegah dengan pola hidup sehat, sejak usia muda.

Melalui tema ini, masyarakat didorong untuk mengenali risiko osteoporosis, melakukan pemeriksaan dini, dan menerapkan langkah-langkah preventif seperti pola makan kaya kalsium dan vitamin D, serta olahraga yang berfokus pada kekuatan tulang.

Mengapa Hari Osteoporosis Sedunia Krusial?

Osteoporosis dikenal sebagai penyakit “diam-diam” yang sering kali baru menunjukkan gejala ketika sudah terjadi fraktur atau patah tulang. Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi sangat rapuh, sehingga bahkan gerakan ringan, benturan, atau jatuh bisa menyebabkan fraktur serius. Tanpa penanganan yang tepat, osteoporosis dapat mengakibatkan kecacatan, nyeri kronis, bahkan kematian pada usia lanjut.

Cek Artikel:  Prakiraan Cuaca Rabu 9 Oktober 2024, Waspadai Potensi Hujan Lebat di Jakarta

Secara global, diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria berusia di atas 50 tahun mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Di usia lanjut, fraktur tulang bisa menjadi masalah yang sangat serius dan sering kali menyebabkan penurunan kualitas hidup. 

Ironisnya, hanya 20% dari mereka yang menderita osteoporosis mendapatkan diagnosis atau perawatan yang memadai. Hal ini disebabkan minimnya kesadaran serta keterbatasan akses ke layanan kesehatan, terutama di negara-negara berkembang.

Pada perempuan, risiko osteoporosis meningkat setelah menopause. Dalam 5-7 tahun setelah menopause, kepadatan tulang bisa menurun hingga 20%, sehingga meningkatkan risiko fraktur. 

Oleh karena itu, Hari Osteoporosis Sedunia juga menyoroti pentingnya pencegahan melalui deteksi dini, pemeriksaan kepadatan tulang, serta adopsi gaya hidup sehat.

Cek Artikel:  HUT Manggala Agni Ke-22, Menteri LHK Minta Tetap Waspada Karhutla Selamanya

Langkah Konkret Mencegah Osteoporosis

Peringatan Hari Osteoporosis Sedunia tidak hanya sekadar mengingatkan, tetapi juga memberikan arahan konkret bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan tulang. Terdapat beberapa langkah yang bisa diambil, seperti:

  1. Pola makan sehat: Niscayakan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, dua nutrisi penting untuk kesehatan tulang.
  2. Olahraga: Aktivitas fisik seperti latihan beban dan berjalan kaki bisa membantu meningkatkan kepadatan tulang.
  3. Hindari kebiasaan buruk: Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat memperburuk kesehatan tulang.
  4. Pemeriksaan rutin: Lakukan pemeriksaan kepadatan tulang secara berkala, terutama bagi mereka yang berada dalam kelompok berisiko.

Hari Osteoporosis Sedunia adalah pengingat bagi kita semua bahwa menjaga tulang bukanlah tugas yang bisa ditunda. Dengan langkah-langkah pencegahan dan gaya hidup sehat, kita bisa menurunkan risiko osteoporosis dan memastikan bahwa di masa tua, tulang kita tetap kuat dan mampu mendukung aktivitas sehari-hari. (PACE Hospital/Z-3)

 

Mungkin Anda Menyukai