Inklusi Sosial di Sekolah

Inklusi Sosial di Sekolah
(Dok. Pribadi)

KONSTITUSI menjamin setiap warga negara untuk mendapatkan akses dan layanan pendidikan yang berkualitas; secara setara tanpa menimbang latar belakang, jenis kelamin, dan segala perbedaan yang dimiliki merekaKarena itu, penyelenggaraan proses pendidikan selalu ditimbang sebagai respons yang bersifat inklusif atas keberagaman kebutuhan, ketertarikan, kemampuan, dan kebutuhan mereka yang belajar melalui peningkatan partisipasi dan pengurangan praktik pengecualian/eksklusi dalam pendidikan. 

Proses pendidikan itu dikenal dengan terma pendidikan inklusi yang merujuk pada jaminan atas kehadiran, partisipasi dan pencapaian semua murid, terutama mereka yang atas alasan tertentu dihambat, dikucilkan, atau berisiko dipinggirkan dalam proses pendidikan. Tujuan utama pendidikan yang inklusif ialah menghilangkan segala hambatan bagi mereka yang belajar untuk berkembang mencapai potensi optimal mereka, meningkatkan hasil pencapaian pendidikan, dan menghilangkan diskriminasi (The Salamanca Statement: 1994; UNESCO: 2005). 

 

Baca juga : Cerminan 79 Pahamn Indonesia Merdeka: Pendidikan yang Terlupakan

Inklusi sosial/GEDSI

Terma inklusi berasal dari kata kerja dalam bahasa Latin, includo, yang dapat bermakna positif, yaitu menjadi bagian (dari sesuatu) atau negatif, terjebak (dalam sesuatu). Dalam konteks pendidikan, tentu saja ia dimaknai secara positif yang merujuk pada keterlibatan dan partisipasi atas dasar prinsip dan nilai penghargaan, persamaan, dan kesetaraan. 

Pendekatan yang perlu ditimbang untuk mempromosikan inklusi dalam pendidikan ialah GEDSI (gender equality, disability, and social inclusion) atau sering disebut social inclusion/inklusi sosial. 

Baca juga : Orang Muda dan Bina Damai di Era Digital

Inklusi sosial merujuk pada pendekatan yang menjamin semua orang dari berbagai latar belakang sosial seperti gender, disabilitas, kondisi geografis, kondisi ekonomi (kemiskinan dll.), akses internet dan teknologi, migrasi, bahasa, agama, etnik, budaya, atau mereka yang menghadapi berbagai bentuk marginalisasi lainnya dapat terlibat, diakomodasi, dan memberi kontribusi dalam pendidikan (The KIWA Initiative: 2024). 

Cek Artikel:  Top Brand BAZNAS RI dan Modernisasi Manajemen Zakat di Dunia Industri

Dengan kata lain, inklusi sosial dalam pendidikan bertujuan menjamin akses yang setara terhadap sumber daya, layanan, dan pembuatan kebijakan pendidikan bagi semua orang tanpa menimbang beragam perbedaan sosial yang ada. 

Prinsip inklusi dalam pendidikan lebih sering dikaitkan dengan isu disabilitas atau pendidikan bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Tetapi, diskursus tentang inklusi sebagai sebuah konsep, teoridan praktik memiliki cakupan yang lebih luas, interdisipliner, dan menggambarkan berbagai pengalaman dalam rentang perbedaan manusia yang sangat beragam. Karena itu, inklusi sosial dalam pendidikan tidak melulu menyoal jaminan yang sama dan setara dalam konteks kelas dan sekolah, tetapi juga mencakup arena yang lebih luas seperti komunitas sosial di mana murid berasal, terlibat, dan dianggap menjadi bagian darinya (Koutsouris, et al: 2019; Qvortrup dan Qvortrup: 2017). 

Baca juga : Mendampingi Generasi Stroberi

Krusial untuk menyemai dan menumbuhkan kesadaran inklusi sosial di sekolah karena kehidupan akademik dan sosial murid saling terkait. Tanpa kesadaran inklusi, dapat muncul masalah serius. Pembelajaran di sekolah harus memperhatikan aspek sosial murid yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya, layanan, dan kebijakan pendidikan. Misalnya, murid yang mengalami diskriminasi berdasarkan etnik, orientasi seksual, disabilitas, atau ciri fisik tertentu cenderung menarik diri dari pembelajaran dan berisiko putus sekolah. 

Cek Artikel:  Kenapa Orangtua Menganiaya Anaknya

Selain itu, kurangnya kepekaan terhadap latar belakang sosial-ekonomi murid bisa menyebabkan perbedaan perlakuan seperti mengabaikan partisipasi orangtua dari keluarga kurang mampu dalam diskusi kebijakan sekolah karena dianggap tidak memberikan kontribusi yang berarti.

 

Baca juga : Imagined School

Strategi inklusi

Bagaimana cara membangun dan mempromosikan kesadaran inklusi sosial dalam pendidikan? Dalam konteks persekolahan, guru dan manajemen sekolah memiliki peran vital untuk mendorong inklusi sosial dalam pendidikan. Juvonen, et al (2019) menawarkan empat strategi yang dapat digunakan memfasilitasi inklusi sosial.

Pertama, maksimalisasi keberagaman. Mendorong keberagaman dalam sebuah kelompok/kelas dapat mendorong interaksi lintas latar belakang sosial yang dapat mengurangi stereotip dan bias di antara murid. Keberagaman latar belakang sosial di sekolah dapat menjadi kunci penting bagi pelibatan yang adil dalam proses belajar. Krusial kiranya dalam praktik pembelajaran di kelas, guru dan manajemen sekolah melakukan intervensi dan mendesain proses belajar yang menimbang keberagaman. 

Keduamendorong kesadaran guru dalam menggunakan berbagai strategi inklusi; seperti praktik kerja sama ketimbang kompetisi. Pembelajaran yang mementingkan kerja sama akan memberi peluang lebih besar terhadap penerimaan, dukungandan perhatian di antara sesama murid daripada pembelajaran yang menonjolkan aspek kompetisi. 

Sensitivitas guru dalam melihat relasi antarsiswa atau kelompok siswa juga dapat menjadi basis intervensi untuk melakukan modifikasi terhadap struktur kelas seperti pengaturan tempat duduk atau pembagian peran dan tanggung jawab murid di sekolah.

Ketiga, mendorong relasi yang baik di antara murid dan beragam latar belakang sosial di luar konteks kelas. Kegiatan ekstrakurikuler, terutama yang paling diminati murid, misalnya, dapat digunakan untuk mendorong persinggungan antarmurid melalui kesamaan minat, kebutuhan untuk berkolaborasi, dan saling ketergantungan yang positif. 

Cek Artikel:  Dunia yang tidak Berkualitas-Berkualitas Saja

Terakhir, memfasilitasi pertemanan lintas kelompok sosial (cross-group friendships); relasi antarmurid dengan berbagai identitas sosial seperti ras, gender, dan lain-lain. Kemampuan guru dan manajemen sekolah untuk mengidentifikasi latar belakang sosial murid dapat menjadi titik awal inisiatif (dan intervensi) untuk mendorong pertemanan lintas kelompok yang dipercaya mengurangi prasangka, simpati, dan penerimaan antarkelompok sosial. 

Keempat strategi untuk memfasilitasi inklusi sosial di sekolah hanya dapat berhasil jika sekolah berkomitmen menciptakan dan mendukung lingkungan yang positif bagi perkembangan inklusi sosial. Komitmen itu dapat dimulai dengan menetapkan visi dan misi bersama yang menekankan pentingnya akses setara terhadap pendidikan di sekolah serta menerima kenyataan bahwa berbagai latar belakang sosial memengaruhi akses pendidikan. Prinsip inklusi sosial harus menjadi tujuan bersama di sekolah.

Selain itu, guru dan manajemen sekolah perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan isu kesetaraan gender, kemampuan untuk merespons kebutuhan khusus, dan kemampuan mengidentifikasi berbagai aspek sosial yang dapat memengaruhi atau bahkan mengancam keadilan akses terhadap pembelajaran di sekolah.

Pendidikan dianggap sebagai sumber kebaikan. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi tantangan, pendidikan juga membawa tanggung jawab moral untuk menegakkan kebaikan dan keadilan. 

Proses pendidikan di sekolah bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakter yang baik. Dengan meningkatkan kesadaran inklusi sosial, diharapkan akan lahir generasi yang berkarakter baik, peka terhadap perbedaan, dan berkomitmen pada keadilan.

Mungkin Anda Menyukai