Bagaimana Orangtua Mendampingi Anak Berkebutuhan Spesifik

Bagaimana Orangtua Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus?
Ilustrasi(Freepik.com)

ANAK berkebutuhan khusus (ABK) atau difabel hingga saat ini masih belum mendapatkan hak yang layak dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seringkali mereka harus berhadapan dengan fasilitas di ruang publik yang tidak didesain untuk bisa mengakomodasi mereka.

Hal tersebut kemudian membuat ruang gerak pun jadi terbatas. Padahal, ABK juga butuh bergaul dan punya ruang yang tidak terbatas. Agar potensi mereka pun bisa tumbuh. Orangtua dan para pendamping pun baiknya mendampingi dan mendorong mereka dalam bereksplorasi dan mengekspresikan diri.

Berikut adalah kiat untuk orangtua dan pendamping dalam memberikan pendampingan bagi Anak Berkebutuhan Spesifik yang disampaikan oleh Founder & Humas Forkesi (Lembaga Keluarga Spesial Indonesia), Nisa Rahmat. Forkesi dibentuk untuk mewadahi suara para orangtua anak berkebutuhan khusus di Indonesia.

Cek Artikel:  Cocokkah Kopi Dapat Mengganggu Kesuburan Perempuan Ini Kata Dokter

Baca juga : Perpisahan Sekolah, Ini Tips Bagi Orangtua Atasi Kesedihan Anak

“Forkesi berdiri karena kebutuhan orangtua yang merasa sendirian dan tidak ada wadah untuk curhat. Dengan adanya forum ini, kami memberikan penguatan ke mereka. Di Forkesi itu kan ABK-nya mulai dari usia anak-anak hingga remaja dan dewasa. Mereka juga punya masalah sendiri-sendiri. Nah ini yang kami bagikan ke orangtua bagaimana mendampingi mereka,” kata Nisa Rahmat kepada Media Indonesia saat dijumpai di sela acara Summer Holiday! di mal Senayan Park, Jakarta, Sabtu, (15/6/2024).

  1. Jangan Malu. 

    Kepada menjadi pendamping ABK, orangtua juga harus membuat diri mereka sehat secara mental. Sehingga dengan begitu para pendamping juga tidak akan memberikan batasan-batasan tertentu atau merasa tertekan dengan lingkungan sekitar.

    Baca juga : Asikan Masa Kanak-Kanak Bebas Ponsel Pintar di Inggris

  2. Jangan Biarkan Anak di dalam Rumah

    Menurut Nisa, para pendamping seperti orangtua perlu membawa ABK ke luar rumah, seperti halnya anak-anak lain. ABK tidak boleh dibatasi ruang geraknya, hanya memang perlu pendampingan dan pengawasan.

    “mereka justru lebih bebas kalau tidak dibatasi. Mereka akan bisa mengekspresikan talenta-talenta mereka sendiri, para orangtua dan pendamping ABK tinggal arahin aja,” kata Nisa.

    Baca juga : Tangani Individu Dewasa Autistik, LSPR Gelar Lembaga Obrolan

  3. Berikan Kesempatan

    Para pendamping juga sebaiknya memberikan kesempatan bagi ABK. Biarkan mereka mengeksplorasi yang menjadi hobi dan minat mereka. Dengan memberikan kesempatan mereka menunjukkan talenta, diharapkan penerimaan di masyarakat juga menjadi lebih terbuka.

    Menurut Nisa, salah satu tantangan yang dihadapi oleh teman-teman difabel saat ini adalah penerimaan. Terlebih bagi mereka yang telah memasuki usia dewasa dan siap bekerja. Nisa melihat saat ini belum banyak institusi swasta yang mau memberikan kesempatan bagi teman-teman difabel untuk bekerja.

    “Masalahnya yang sekarang ini mereka yang sudah di fase remaja–dewasa, mereka butuh berteman bersosialisasi, dan bekerja. Itu yang kami dukung, menggali potensi mereka. Kalau yang bisa kerja, kami carikan tempat yang bisa mengakomodasi. Meski sesederhana apapun pekerjaan itu, tapi jika diterima mereka merasa dihargai. Ketika ini di Indonesia masih kurang ruang untuk menerima mereka bekerja. Asal Mula itu di Forkesi kami selalu edukasi baik ke pemerintah maupun swasta,” kata Nisa. (H-2)

Cek Artikel:  Begini Peran Support System yang Betul Menurut Dokter Spesialis Anak

Mungkin Anda Menyukai