Survei Terbaru, Harris dan Trump Bertanding Ketat

Survei Terbaru, Harris dan Trump Bersaing Ketat
Kamala Harris (kanan) dan Donad Trump (kiri),(Tangkapan layar YouTube CNB News.)

 

 

 

Baca juga : Dua Kali Mau Dibunuh, Donald Trump Tuding Iran

SURVEI terbaru menjelang Pemilihan Presiden (pilpres) Amerika Perkumpulan menunjukkan calon presiden (capres) Partai Demokrat Kamala Harris bersaing ketat  dengan Donald Trump, capres dari Partai Republik. 

Kelebihan Harris atas Trump telah berkurang atau menghilang begitu saja dalam persaingan untuk menduduki Gedung Putih mendekati tahap akhir, menurut tiga survei yang dirilis,  Minggu (13/10).

 

Baca juga : Iran Disebut Mau Ganggu Pilpres AS

Dalam survei terbaru NBC News, calon dari Partai Demokrat dan Partai Republik mempunyai perolehan suara yang sama secara nasional, yaitu 48% menjelang pemungutan suara pada 5 November. Terdapat sebuah perubahan dari keunggulan lima poin Harris dalam survei yang sama bulan lalu.

 

Dalam survei terbaru ABC News/Ipsos, 

Baca juga : Siapa Pemilih Kamala Harris Musuh Donald Trump?

Harris memimpin 50% hingga 48% di antara calon pemilih. Partai Demokrat memimpin 52% hingga 46% dalam survei yang sama bulan lalu.

Cek Artikel:  Soal Pertukaran Tahanan Alice Gou dengan Gregor Haas, Otoritas Filipina: Bukan Eksis Permintaan Formal dari Indonesia

 

Pada survei terbaru CBS News/YouGov menunjukkan Harris naik 51% menjadi 48% di antara calon pemilih, dibandingkan dengan keunggulan empat poin pada bulan lalu.

Baca juga : Debat Perdana Trump dan Harris, Siapa yang Menang?

 

Berdasarkan angka-angka terbaru, Harris memimpin 1,4% poin dalam agregat survei utama Real Clear Polling, turun dari 2,2% pada hari Sabtu.

 

Pengabungan jumlah survei ini terjadi di tengah kekhawatiran di kalangan Partai Demokrat bahwa Harris gagal menggalang dukungan di kalangan warga Hispanik dan Afrika-Amerika, dua konstituen utama partai tersebut.

 

Meski Harris memimpin di kalangan perempuan dari semua ras, ia kesulitan membangkitkan antusiasme di kalangan laki-laki, termasuk warga Amerika keturunan Afrika dan Hispanik, yang semakin tertarik pada Trump dalam beberapa tahun terakhir.

 

Dalam survei The New York Times/Siena College yang dirilis pada hari Sabtu dan Minggu, Harris menarik dukungan dari 78% pemilih kulit hitam dan 56% pemilih Hispanik. Ini jumlah yang jauh lebih rendah daripada yang dimenangkan oleh calon dari Partai Demokrat pada pemilu tahun 2020 dan 2016.

Cek Artikel:  AS dan Tiongkok Bahas Interaksi Kedua Kepala Negara

 

Pada hari Kamis, mantan Presiden Barack Obama mengingatkan para pemilih kulit hitam karena tidak menunjukkan antusiasme yang besar terhadap pencalonan Harris seperti yang ia terima selama kampanyenya pada tahun 2008 dan 2012.

 

“Anda punya banyak alasan dan alasan, saya punya masalah dengan itu,” kata Obama pada acara kampanye di Pittsburgh, Pennsylvania, salah satu dari tujuh negara bagian yang diperkirakan akan menentukan pemilu.

 

“Karena sebagian dari hal ini membuat saya berpikir, sebagian lagi membuat saya berpikir bahwa, Anda tidak merasakan gagasan untuk menjadikan perempuan sebagai presiden, dan Anda berpikir alternatif lain dan alasan lain untuk itu,”

 

Harris dan Trump pada Minggu (13/10) terus memfokuskan kampanye mereka di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran, masing-masing mengadakan acara di North Carolina dan Arizona.

Cek Artikel:  Tersinggung dan Merasa Terhina, AOC Kecam Petisi yang Menyudutkan Rachael Gunn

 

Pada rapat umum kampanye di Greenville, Carolina Utara, Harris mengecam Trump karena menyebarkan informasi yang salah tentang tanggapan pemerintah terhadap badai yang baru-baru ini terjadi. 

 

“Masalahnya, di luar hal yang sudah jelas, adalah semakin sulitnya memberikan informasi yang dapat menyelamatkan nyawa orang-orang jika mereka dituntun untuk percaya bahwa mereka tidak dapat mempercayainya,” kata Harris.

 

“Dan itulah yang paling menyakitkan, yaitu gagasan bahwa mereka yang membutuhkan entah bagaimana yakin bahwa kekuatan-kekuatan tersebut bekerja melawan mereka sehingga mereka tidak mau mencari bantuan,”

 

Sementara itu, Trump memanfaatkan rapat umum di Prescott Valley, Arizona untuk menyerukan perekrutan 10.000 tambahan agen Patroli Perbatasan.

 

“Setelah saya menang, saya akan meminta Kongres untuk segera menyetujui kenaikan gaji sebesar 10% untuk semua agen dan bonus retensi dan penandatanganan sebesar US$10.000,” kata Trump. 

 

“Kami akan mempertahankannya,” pungkasnya. (Aljazeera/H-3)

Mungkin Anda Menyukai