UNIVERSITAS Terbuka (UT) melalui Fakultas Sains dan Teknologi (FST) menggelar The 4th International Seminar of Science and Technology (ISST) di Gedung UTCC, Pondok Cabe, Tangsel, Kamis (17/10). Seminar bertajuk ‘Innovations in Science and Technology to Realize Sustainable Development Goals‘ tersebut menghadirkan kalangan pakar dan akademisi berlangsung secara hybrid, daring, dan luring.
ISST merupakan agenda rutin FST UT setiap tahunnya yang merupakan wadah bagi sivitas akademika untuk mendiseminasikan produk akademik. Seminar ini dibuka Wakil Rektor UT Dr M Yunus, mewakili Rektor UT Prof Dr Ojat Darojat. Pada sambutannya menyampaikan apresiasi kepada FST atas diselenggarakannya The 4th ISST.
Dikatakannya, tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals ( SDGs) adalah Visi dunia dalam pembangunan untuk
perdamaian dan kemakmuran dunia dan masa depan. “Terselenggaranya seminar ini menunjukkan komitmen FST dalam mendukung tercapainya SDGs melalui berbagai temuan dan inovasi di bidang sains dan teknologi, ” kata M Yunus.
Menurut M Yunus, event ini untuk membangun kesungguhan kalangan dosen dari dalam UT dan luar UT guna menghasilkan sesuatu yang dapat meningkatkan selling poin mereka di dalam bidang keilmuan. “Cita-citanya ada kontribusi baru yang dihasilkan untuk sains dan teknologi yang makin berkembang ,makin baik sehingga memperkokoh eksistensi keilmuan dan riset di lingkungan Kemendikbudristek,” tandas M Yunus.
Tradisi baik
Mewakili Dirjen Dikti Kemendikbudristek, Prof Haris yakni Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib. Faiz menilai ISST yang digelar UT setiap tahun sebagai tradisi baik dan positif. Menurutnya, perguruan tinggi garda terdepan yang menunjukkan kemajuan suatu bangsa dan negara.
“Event tahunan ISST UT ini tentu tradisi yang baik, sekarang kita tidak dapat menghindar dari teknologi, dan teknologi itu tidak bisa kita hasilkan, tidak bisa kita gunakan kalau kita tidak mengetahui teknologi.Nah perguruan tinggi adalah garda terdepan. Jadi tidak ada negara atau bangsa yang maju, kalau perguruan tingginya tidak maju,” ujar Faiz Syuaib.
Dikatakannya lagi, untuk membangun reputasi perguruan tinggi yang baik mesti melalui capaian riset dan kemajuan teknologi terlebih dulu, baik secara kuantitas dan kualitasnya, disertai adanya informasi dan publikasi produk riset teknologi melalui pengakuan pada reputasi.
“Jadi yang tertinggi adalah reputasi. Reputasi bisa dibangun karena kita punya jumlah, kita punya kualitas, kita bisa dilihat oleh orang. Lampau berikutnya orang mengakui kita. Nah, peneliti tidak pernah tahu apa yang dilakukan oleh orang lain kalau tidak ketemu satu sama lain,” tukasnya
Dia menekankan, UT merupakan aset yang luar biasa, dari sisi sejarah, dari sisi skill, dari sisi relevansi kontemporer sekarang, Indonesia begitu luas, tidak mungkin membangun invensi atau temuan yang sama di setiap wilayah. “Dengan riset dan teknologi seharusnya masalah masalah kita dapat terselesaikan melalu teknologi pembelajaran ke depan seperti apa yang harus diteliti lebih lanjut,” ujar Faiz.
Dalam kesempatan sama, Dr. Subekti Nurmawati, Dekan FST UT menambahkan seminar ini menjadi sangat spesial karena merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian acara Dies Natalis ke-40 Universitas Terbuka.
Pada seminar ini, ISST juga meluncurkan dua buku yang merupakan hasil karya dosen-dosen di FST UT. Naskah pertama dengan judul ‘Pangan Alternatif dari Berbagai Komoditas Lelahl di Indonesia’. Naskah ini dipersembahkan bagi masyarakat agar lebih mengenal berbagai komoditas di Indonesia yang dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif.
Dengan mengenal lebih banyak komoditas lokal sebagai sumber pangan, diharapkan konsumsi pangan yang beragam semakin meningkat. Hal ini
juga tentu akan sejalan dengan penguatan ketahanan pangan di Indonesia.
Naskah tersebut terdiri atas 10 judul artikel dengan menjelaskan potensi pangan lokal dari umbi-umbian, buah dan serelia, serta serangga.
Naskah kedua berjudul ‘Strategi Agribisnis’ yang memuat tentang pembangunan pertanian, konsep agribisnis, perkembangan agribisnis, strategi pengembangan agribisnis, inovasi dalam agribisnis, masa depan agribisnis, serta bagaimana untuk siap menjadi wirausaha.
Seminar ini menampilkan pembicara dari berbagai institusi pendidikan kelas dunia yang hadir langsung di UTCC seperti George Xu dari H3C China dan Dr. Pismia Silvy, S.Si., M.Si. dari Program Studi Tetaptika, FST UT.
Selain itu hadir secara daring, Paul Burton dari Griffith University, Australia; kemudian Dr. Yury Bukhman, dari Morgridge Institute for Research, USA.
Seminar yang diselenggarakan secara hybrid ini, dihadiri sekitar 117 pemakalah, dengan 45 di antaranya hadir secara luring di gedung Universitas Terbuka Convention Centre (UTCC) dan 72 secara daring melalui media zoom dan disiarkan secara langsung channel youtube Universitas Terbuka. (S-1)