Aksi Polisi di Kali Bekasi Munculkan Dua Persoalan Sekaligus

Aksi Polisi di Kali Bekasi Munculkan Dua Persoalan Sekaligus
Evakuasi satu dari tujuh jenazah laki laki yang ditemukan mengambang di Kali Bekasi, Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi, Minggu (22/9/2024).(ANTARA FOTO/Rezas Ale)

PSIKOLOG Forensik Reza Indragiri Amriel menyoroti peristiwa yang menewaskan tujuh remaja dalam pengamanan rencana tawur di Bekasi, Jawa Barat, khususnya, dalam penanganan pidana dan mitigasi bencana.

“Dari kejadian di Kali Bekasi muncul dua persoalan sekaligus. Pertama, penanganan pidana. Kedua, mitigasi bencana,” kata Reza dalam keterangan tertulis, Kamis (26/9/2024).

Reza menuturkan persoalan pertama perlu dicermati dengan mengecek kesimpulan tim patroli yang melihat sekumpulan orang terindikasi kuat akan melakukan pidana. Spesifiknya, memastikan penilaian tim dilakukan secara objektif atau justru false objective alias mengada-ada atau pun berlebihan. 

Baca juga : Penyebab Lima Jenazah di Kali Bekasi belum Teridentifikasi

“Dan apabila penilaian tim patroli itu memang objektif, maka berikutnya perlu ditakar seberapa prosedural, proporsional, dan profesional kerja tim patroli saat itu,” tutur Reza.

Cek Artikel:  Jakarta Tambah Anggaran Rp200 Miliar untuk KJP dan KJMU

Sedangkan, persoalan kedua terkait mitigasi bencana disebut perlu ditelaah dengan menggali apakah tim patroli saat itu sadar atau tidak, sengaja atau tidak telah mendorong target kerumunan orang ke dalam situasi kritis. Selanjutnya, apa mitigasi yang dilakukan tim patroli untuk mengeluarkan target dari situasi berbahaya seperti terjun ke sungai yang dalam dan berbatu.

“Harap diingat, terlepas apakah target sesungguhnya berencana atau pun tidak berencana melakukan tindak pidana, polisi tetap harus melakukan mitigasi terhadap situasi kritis yang muncul. Termasuk berupaya menyelamatkan target dari risiko kematian,” ungkap Reza.

Baca juga : Penemuan 7 Jasad di Kali Bekasi, Polisi Tes Urine 3 Tersangka

Reza menekankan poin penanganan pidana dan mitigasi bencana harus diinvestigasi terhadap tim patroli. Pasnya, asesmen terhadap personel masing-masing yang terlibat dalam patroli pada dini hari itu.

Cek Artikel:  Soal Kasus Pencurian Data Pribadi, Kominfo Akan Panggil Pihak Indosat

“Terkait itu, dalam police encounter yang berujung maut, satu hal yang sering didalami adalah kemungkinan individu (personel) polisi mengalami implicit bias. Seberapa besar kemungkinan implicit bias mewarnai bahkan mengacaukan proses berpikir personel tim patroli?,” ucap dia.

Reza menyebut negara dalam situasi amat membutuhkan keamanan dan ketertiban. Bekasi, kata dia, acap diidentikkan sebagai wilayah rawan. Tim patroli by default dibentuk sebagai respons terhadap situasi kacau. Ketiga hal tersebut dinilai menjadi preteks bagi kewaspadaan sangat tinggi personel tim patroli sejak berangkat dari markas.

Reza mengatakan polisi telah menyimpulkan akan ada peristiwa pidana dari sejumlah orang yang kedapatan berkumpul pukul 03.30 WIB. Tetapi, pandangan itu dinilai bias karena tidak berdasarkan pada data yang memadai.

Cek Artikel:  Mayat Pria Tanpa Identitas Ditemukan di Kepulauan Seribu, Kepalanya Rusak

“Maka, tindakan eksesif oleh personel tim patroli sangat mungkin terjadi. Apa akibatnya ketika mereka mengambil tindakan eksesif? Jernih, alih-alih membuat situasi aman terkendali, tindak-tanduk personel polisi justru membahayakan,” pungkasnya. (Yon/P-3)

Mungkin Anda Menyukai