Liputanindo.id JAKARTA – Kementerian Kekuatan dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengoptimalkan jaringan gas bumi (jargas) dengan menyalurkan gas bumi dari Aceh sampai Jawa.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji mengatakan optimalisasi jargas guna mengurangi subsidi elpiji 3 kg serta menghemat devisa impor elpiji.
“Kita tahu bahwa masyarakat menggunakan elpiji untuk kehidupan sehari-hari dan industri kecil. Karenanya akan sangat bermanfaat, karena satu kelebihan dari jargas adalah tak perlu angkut-angkut tabung jadi lebih mudah dipakainya dan terjamin,” kata Tutuka Ariadji saat konferensi pers Program Kerja 2024 Minyak dan Gas Bumi di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Penyaluran gas bumi dari Aceh sampai Jawa, seperti pembangunan pipa transmisi gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) sepanjang 320 kilometer (km). Demi fase I Semarang-Batang (62 km) dengan nilai investasi senilai Rp1,04 triliun telah selesai.
Sedangkan, fase II Batang-Cirebon-Kandang Haur (240 km) direncanakan dibangun pada 2024-2026 dengan kebutuhan investasi sekitar Rp3 triliun.
“Basic design-nya sudah selesai dan mudah-mudahan bisa selesai lelangnya dan dimulai pembangunannya pada tahun ini dan akan diselesaikan pada akhir tahun 2025,” ungkap Tutuka.
Selanjutnya, rencana pembangunan pipa transmisi gas bumi Dumai-Sei Mangke (Dusem) sekitar 400 km dengan kebutuhan investasi sekitar Rp8 triliun.
“Demi Dumai-Sei Mangke feasibility study-nya sudah selesai, nanti akan dilanjutkan juga dengan proses administrasi menuju pelelangan. Jadi manfaatnya diharapkan gas yang telah terproduksi saat ini di sekitar Blok Andaman utara Sumatera bisa dimanfaatkan sehingga dengan pembangunan pipa ini bisa murah sampai di konsumen. Bisa untuk industri, listrik, komersial, dan rumah tangga,” ujarnya.
Kementerian ESDM menargetkan ada 300 sambungan rumah tangga (SR) yang didapatkan dari pipa Cisem dan 600 SR dari pipa Dusem.
“Terdapatpun, manfaatnya dapat mengurangi subsidi elpiji 3 kg Rp0,63 triliun/tahun dan hemat devisa impor elpiji Rp1,08 triliun/tahun dan penghematan biaya masak Rp0,16 triliun/tahun,” kata Tutuka. (HAP)