UMKM Berperan Krusial Bawa Indonesia Jadi Negara Maju

UMKM Berperan Penting Bawa Indonesia Jadi Negara Maju
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.(MI/M Ilham Ramadhan Avisena)

AMBISI Indonesia untuk menjadi negara maju disebut dapat terealisasi dengan mendukung sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sektor usaha itu dinilai mesti dijadikan struktur penting dalam perekonomian nasional.

“Kalau dalam konteks kita menjadi negara maju, maka kita tidak bisa lagi memperlakukan UMKM hanya sebagai buffer ekonomi, tapi harus menjadi bagian desain, bagian pertumbuhan ekonomi,” ujar Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam Kompas 100 CEO Lembaga yang disaksikan secara daring, Jumat (11/10).

Indonesia, lanjutnya, telah masuk dalam kategori kelas menengah selama 30 tahun. Itu terlampau lama dan diperlukan terobosan nyata dalam struktur perekonomian dalam negeri.

Baca juga : UMKM Muda Masa Depan Perekonomian Bangsa

Cek Artikel:  Potensi Transaksi Furnitur Indonesia di Korsel Letih Rp35 miliar

Teten mengatakan, tanpa perubahan signifikan, Indonesia berpeluang besar tetap dengan status kelas menengah. “Kalau kita tidak punya perencanaan dan eksekusi yang baik, kita gagal. Jadi kalau kita tidak bisa mengubah, menyediakan lapangan kerja berkualitas, saya yakin kita gagal jadi negara maju,” terangnya.

Indonesia juga dinilai mesti mengikuti apa yang diterapkan oleh banyak negara, yakni menjadikan UMKM sebagai pemain utama dalam struktur perekonomian. Pembiayaan lembaga keuangan ke UMKM di Korea, misalnya, telah mencapai 80% sementara Indonesia baru berkisar 20%.

Di Tiongkok, kata Teten, dukungan kepada UMKM diberikan dengan menghadirkan 200 pabrik skala menengah untuk produksi. Sedangkan Indonesia baru mampu menyediakan sekitar 15 pabrik skala menengah. 

Cek Artikel:  Asosiasi Petani Tembakau Desak Menkes Kaji Ulang RPMK

Baca juga : 82.000 Koperasi Dibubarkan pada 2014-2019

Sejatinya Indonesia saat ini memiliki momentum untuk mengembangkan UMKM dalam negeri. Itu karena sektor industri pengolahan mengalami pelambatan dalam beberapa waktu terakhir. 

“Dari sisi UMKM, kita harus intervensi, teknologi, pembiayaan kita reform supaya kita bisa melahirkan UMK yang sustain, itu jauh lebih konkret ciptakan lapangan kerja yang berkualitas,” kata Teten. 

“Karena kalau mau ulangi seperti 80-90an, relokasi pabrik padat karya, sudah tidak relevan karena sudah ada smart factory, IoT yang sangat minimum membutuhkan tenaga kerja. dari sisi produksi, efisiensi bagus, tapi dari lapangan kerja kurang bagus,” tambahnya. (J-3)
 

Mungkin Anda Menyukai