Liputanindo.id – Pihak berwenang Prancis menangkap seorang aktivis yang tergabung dalam gerakan ultra-kiri atas dugaan sabotase kereta api nasional SNCF. Dia diamankan dengan barang bukti berupa kunci akses ke tempat teknisi.
Pria itu ditahan di Oissel di Prancis utara pada Minggu (28/7) waktu setempat. Ketika diamankan pria itu kedapatan memiliki kunci akses ke tempat teknisi, peralatan, dan literatur SNCF yang terkait dengan gerakan ultra-kiri.
“Dia ditahan polisi untuk diinterogasi di Rouen, kota utama wilayah Kebiasaanndia Prancis,” kata sumber yang tidak disebutkan namanya, dikutip AFP, Senin (29/7/2024).
Dalam insiden yang menghebohkan Prancis baru-baru ini ialah sabotase yang terjadi di jaringan serta optik beberapa operator telekomunikasi di enam wilayah Prancis. Meski sabotase itu terjadi, Paris tidak terpengaruh hal tersebut.
Orang tak dikenal pada Jumat dini hari, menyerang tiga instalasi kereta api berbeda di berbagai bagian Prancis, menyebabkan kekacauan selama berhari-hari di jaringan berkecepatan tinggi itu saat Paris menjadi tuan rumah Olimpiade 2024.
Menteri Dalam Negeri Gerald Baktinin mengatakan kepada televisi France 2 bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki teori bahwa gerakan sayap kiri ekstrem berada di balik serangan tersebut.
“Layanan Prancis telah mengidentifikasi sejumlah profil yang mungkin melakukan tindakan sabotase,” katanya.
Baktinin menekankan bahwa serangan itu disengaja dan tepat sasaran. Tetapi dia tidak yakin apakah gerakan itu mewakili diri sendiri atau dikendalikan oleh orang lain.
Pada Senin pagi, semua kereta cepat di Prancis akhirnya beroperasi normal lagi setelah teknisi kereta api bekerja sepanjang waktu untuk memperbaiki kerusakan. Biaya perbaikan atas sabotase dan kerusakan itu diperkirakan mencapai jutaan euro, menurut Menteri Transportasi Patrice Vergriete.
Kabel serat optik yang membentang di dekat rel dan memastikan transmisi informasi keselamatan bagi pengemudi, seperti lampu sinyal dan titik-titik, dipotong dan dibakar dalam serangan terhadap tiga jalur utama TGV berkecepatan tinggi, di barat, utara, dan timur Prancis.
Secara keseluruhan, 800.000 orang menghadapi gangguan perjalanan karena serangan tersebut, termasuk 100.000 orang yang keretanya harus dibatalkan sepenuhnya.