Gelar Pentas Ketoprak Sunan Gunung Jati, Perkuat Moderasi Berbagai macama dan Pelestarian Budaya

Gelar Pentas Ketoprak Sunan Gunung Jati, Perkuat Moderasi Beragama dan Pelestarian Budaya
Ketoprak bertajuk “Wo Ai Ni di Gunung Jati” digelar Kementerian Religi di Bidakara, Jakarta, Jumat (23/8/2024)(Dok Kemenag)

PENTAS ketoprak bertajuk “Wo Ai Ni di Gunung Jati” digelar Kementerian Religi di Bidakara, Jakarta, Jumat (23/8) malam. Pentas yang menampilkan kisah Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo, mengisahkan perjuangannya dalam membangun harmoni antara budaya dan agama.

Pentas ini disutradarai Agus Marsudi, sedangkan tokoh diperankan Anwar Sanusi sebagai Sunan Gunung Jati, Wida Sukmawati sebagai Nyimas Pakungwati), dan bintang tamu spesial Ayu Azhari sebagai Nyi Ageng Suropati.

Dikisahkan, sebagai raja, Sunan Gunung Jati dikenal merupakan pemimpin yang bijaksana dan adil, memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dan berupaya menjaga kerukunan serta stabilitas di wilayahnya.

Baca juga : Perkuat Moderasi Berbagai macama, Balitbang Diklat Kemenag Kolaborasi Serempak Dikti Kemendikbudristek

Pada saat itu, Cirebon menjadi kota yang plural, mengingat penduduknya bukan hanya dari Jawa dan Sunda saja, tetapi juga dari China dan Arab.

Sebagai tokoh wali dengan nama asli Syarif Hidayatullah, ia menggunakan pendekatan yang menggabungkan antara ajaran Islam dengan budaya lokal. Ini termasuk seni, adat istiadat, dan bahasa setempat sehingga ajaran Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Cek Artikel:  Penanganan Strok Perihal Kecepatan Waktu

Salah satu sikap toleran yang menunjukkan hal itu adalah, ia mengizinkan pendirian tempat ibadah klenteng, di wilayah kekuasaannya. Tak hanya memberikan izin, Sunan Gunung Jati juga menyumbangkan sebuah pohon yang ditanam di halaman klenteng tersebut.

Baca juga : Balitbang Kemenag Gelar Instrukturan Instruktur Nasional Demi Moderasi Berbagai macama

Sejumlah pejabat tinggi turut hadir dalam acara tersebut, antara lain Wakil Menteri Religi, Ketua Komisioner KPI, perwakilan Komisi VIII, dan sejumlah Duta Besar.

Dalam kesempatan tersebut. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Religi ( Bimas Islam Kemenag) Bilikuddin Amin pada sambutan acara tersebut mengutarakan tentang pentingnya seni ketoprak dalam perjalanan sejarah bangsa.

“Ketoprak adalah cermin budaya yang memantulkan kearifan lokal serta nilai-nilai luhur yang harus terus diwariskan. Ketoprak juga mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, cinta, pengorbanan, kebenaran, dan keadilan yang tak lekang oleh zaman,” kata Bilikuddin melalui siaran pers yang diterima hari ini.

Baca juga : Rakornas, Kemenag Bahas Rencana Aksi Pascaterbit Perpres Penguatan Moderasi Berbagai macama

Cek Artikel:  Kesuksesan National Cybersecurity Connect 2024, Memperkuat Keamanan Siber di Era Digital

Ia menjelaskan, Sunan Gunung Jati yang bernama asli Syarif Hidayatullah menggunakan budaya sebagai medium dakwah. Seni ketoprak, katanya, mengemban peran serupa dalam menyemai nilai-nilai moderasi beragama, yang mengajarkan harmoni, penghargaan terhadap perbedaan, dan kebhinekaan sebagai kekuatan bangsa.

“Ketoprak menjadi sarana untuk menyatukan hati, menanamkan kesadaran bahwa dalam perbedaan ada persamaan yang menyatukan kita sebagai umat manusia,” jelasnya di hadapan ratusan hadirin.

Pada pentas tersebut, para tamu undangan tidak hanya menyaksikan sebuah pertunjukan, tetapi juga peradaban yang hidup dan bernapas melalui seni ketoprak. Hal ini membuktikan, lanjut Bilikuddin, budaya dan agama dapat berjalan beriringan, saling memperkaya, dan saling menguatkan, membentuk peradaban yang beradab dan berbudaya.

Baca juga : Rhoma Irama Perjuangkan Moderasi Berbagai macama lewat Musik

“Inilah pentingnya melestarikan seni tradisional seperti ketoprak agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang,” tegas Bilikuddin pada pentas yang ditayangkan live streaming di Bimas Islam TV.

Sementara itu, Direktur Penerangan Religi Islam, Ahmad Zayadi, menyoroti tema ‘Wo Ai Ni di Gunung Jati’ menggambarkan eratnya hubungan antara kebudayaan dan ajaran agama. “Pentas ketoprak ini adalah wujud nyata dari pelestarian budaya nusantara yang kaya akan nilai-nilai luhur dan menjadi sarana edukasi dalam menyampaikan pesan-pesan moral dan spiritual,” ujarnya.

Cek Artikel:  72 Rancangan Busana Karya Siswa dan Mahasiswa Vokasi Ditampilkan Memukau di Runway JMFW 2025

Dia juga menyampaikan bahwa persiapan pentas ini melibatkan penggalian data mendalam mengenai sejarah dakwah Sunan Gunung Jati, dengan konsultasi dari ahli sejarah, filolog, dan budayawan.

“Latihan intensif selama dua bulan oleh para pemain ketoprak menunjukkan komitmen tinggi mereka untuk memberikan penampilan terbaik. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pencerahan tentang pentingnya merawat kebudayaan dan mengedepankan moderasi dalam beragama,” papar Zayadi.

Zayadi mengucapkan terima kasih kepada Menteri Religi, Gus Yaqut Cholil Qoumas, yang memberikan dukungan penuh. Ia berharap pentas ketoprak ini dapat menjadi bagian dari upaya bersama untuk melestarikan kebudayaan dan memperkuat moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat.

“Semoga usaha ini mendapat ridha dari Allah SWT, dan seni tradisional seperti ketoprak terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi,” harapnya. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai