Air, Sanitasi, dan Higienis WASH

Air, Sanitasi, dan Higienis (WASH)
(Dok. Pribadi)

KITA tentu ikut berbangga hati dengan penunjukan Ibu Retno Marsudi sebagai Utusan Spesifik Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk isu air dunia. Disebutkan bahwa penunjukan Ibu Retno Marsudi bertujuan menggalang kemitraan dan upaya bersama memajukan agenda air global, termasuk tindak lanjut dari hasil Konferensi Air PBB 2023, dan akan berperan dalam mempersiapkan proses-proses global menuju Konferensi Air PBB 2026.

Ibu Retno Marsudi akan mulai bekerja sebagai utusan khusus untuk isu air pada 1 November 2024 setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Menteri Luar Negeri RI dalam beberapa hari mendatang ini. Selain apresiasi di bidang diplomasi internasional, maka penunjukan ini akan punya peran penting bagi kesehatan umat manusia di dunia.

Kita ketahui bahwa salah satu masalah amat penting kesehatan dan kesejahteraan masyarakat ialah jaminan ketersediaan air bersih, sanitasi, dan higienis, yang istilah bahasa Inggrisnya ialah water, sanitation and hygiene yang biasa disingkat WASH. Terpaksa meminum air tidak sehat jelas punya dampak buruk pada kesehatan dan menimbulkan penyakit seperti diare dan lain-lain.

Baca juga : Teknologi Pipa KRAH Dukung Percepatan Realisasi Air Minum dan Sanitasi Kondusif

Kontaminasi bahan kimia pada air juga terus menimbulkan masalah kesehatan, baik pencemaran bersumber alamiah (natural in origin) seperti arsenik dan fluorida, atau karena bahan antropogenik seperti nitrat. Bukti ilmiah menunjukkan, memperbaiki pelayanan kesehatan melalui program air minum bersih sehat dan juga sanitasi akan dapat secara dramatis memperbaiki derajat kesehatan masyarakat.

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain dalam bentuk sumber air yang bersih, pemipaan air bersih, dan penanganan air limbah.

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan, lebih dari 2 miliar penduduk dunia hidup dalam negara yang mengalami masalah dalam penyediaan air, istilah resminya adalah water-stressed countries. Ironisnya pula, masalah ini dapat saja terus membesar, baik karena perubahan cuaca (climate change) maupun pertumbuhan penduduk.

Baca juga : Perbaikan Lingkungan dan Sanitasi untuk Kurangi Stunting

Cek Artikel:  Peran Krusial Kolegium Penyamaranteran Spesialis yang tak Mungkin Dimungkiri

Data WHO lain menunjukkan, setidaknya ada 1,7 miliar penduduk dunia meminum air yang terkontaminasi dengan sekresi tinja. Pencemaran ini jelas punya dampak kontaminasi mikrobiologik dan punya risiko kesehatan amat besar. Air minum yang tercemar mikrobiologik akan dapat menularkan berbagai penyakit, seperti diare, kolera, disentri, demam tifoid, dan polio, serta diperkirakan menyebabkan sekitar 505.000 kematian akibat diare di dunia setiap tahunnya.

Jaminan air bersih untuk minum yang sehat setidaknya harus tersedia di satu lokasi yang ditentukan, selalu tersedia bila dibutuhkan masyarakat, dan bebas dari berbagai jenis kontaminasi. Data ilmu kedokteran dan kesehatan menunjukkan, kecukupan ketersediaan air sehat akan mewujudkan praktik higiene dan kebersihan yang baik, dan ini akan mampu mencegah tidak hanya penyakit diare, tetapi juga infeksi saluran napas.

Secara umum ketersediaan air bersih, sanitasi, dan higienis juga berperan penting dalam pengendalian beberapa penyakit tropik terabaikan (neglected tropical diseases), seperti trakoma, kecacingan, dan skistosomiasis. Spesifik untuk kecacingan, bentuknya adalah infeksi cacing atau soil transmitted helminth (STH) yang juga terjadi akibat akses sanitasi yang tidak aman. WHO memprediksi, 1 dari 4 orang di dunia terinfeksi STH. Langkah penyebaran STH biasanya lewat telur STH yang ada pada tinja penderita STH yang kemudian mencemari tanah.

Baca juga : Gibran Blusukan di Jakarta, Ini Respons Heru Budi

Cek Artikel:  Mudik ke Etika Bernegara

Dalam hal ini dapat disampaikan bahwa pada 29 Januari 2024 telah dikeluarkan Instruksi Presiden RI No 1/2024 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik. Inpres ini diterbitkan dalam rangka pemenuhan hak dasar masyarakat untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan penyakit dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan masalah air minum.

Penerbitan Inpres No 1/2024 ini tentu harus dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan. Dan, untuk itu perlu ditindaklanjuti dengan pedoman yang lebih jelas dan rinci agar penyelenggaraan kegiatannya dapat terlaksana dengan efektif, akuntabel, serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pada Mei 2024, UNICEF bersama Kementerian PPN/Bappenas juga telah menerbitkan ‘Rencana Teknokratik Peta Jalan Air Minum dan Sanitasi Kondusif. Arsip ini bertujuan memberikan penjabaran target, kebijakan, dan strategi dalam upaya mencapai akses air minum dan sanitasi aman.

Baca juga : Sanitasi dan Air Minum yang Layak di Indonesia Baru Mencapai 10%

Data sanitasi kesehatan oleh WHO per 22 Maret 2024 menunjukkan, ada sekitar 57% penduduk dunia (4,6 miliar orang) sudah menggunakan pelayanan sanitasi yang cukup baik. Sebaliknya, lebih dari 1,5 miliar penduduk dunia masih belum mendapat pelayanan sanitasi yang standar, termasuk belum ada akses ke jamban yang memadai. Dari 1,5 miliar orang ini, ada 419 juta penduduk bumi yang masih buang air besar (BAB) di sembarang tempat.

Demi Indonesia, data Badan Pusat Tetaptik (BPS) Desember 2023 menunjukkan sebanyak 4,20% rumah tangga di Indonesia tidak memiliki fasilitas BAB. Dengan kata lain, sekitar 4 dari 100 rumah tangga di Indonesia tidak menggunakan atau tidak punya fasilitas tempat BAB. Kementerian Kesehatan menyebutkan, negara kita menargetkan 15% akses sanitasi aman pada 2024.

Cek Artikel:  Cermin Retak Sosialisasi Politik

Data lain dari WHO menunjukkan, di 2020 ada 44% air limbah rumah tangga di dunia dibuang tanpa penanganan yang baik sehingga mencemari lingkungan. Juga disampaikan bahwa setidaknya 10% penduduk dunia mengonsumsi makanan yang mendapat aliran irigasi dari air limbah yang tidak terjamin.

Jeleknya sanitasi akan berpengaruh buruk pada kesejahteraan manusia, serta berdampak pula pada perkembangan sosial ekonomi, gangguan kesehatan mental seperti kegelisahan dan anxiety, serta berkurangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan. Dapat pula disampaikan bahwa buruknya sanitasi serta terbatasnya air bersih akan punya dampak juga pada kejadian stunting serta resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR).

Akses sanitasi yang aman dan higienitas yang memadai adalah salah satu fondasi penting untuk menjaga kesehatan masyarakat. Dunia dan kita semua harus terus bekerja keras untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yakni pada tahun 2030 mencapai akses ke sanitasi dan higienitas yang memadai dan merata untuk semua, juga mengakhiri buang air besar sembarangan, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta mereka yang berada dalam situasi rentan.

Berbagai masalah air dan sanitasi di dunia yang dibahas di atas tentu menjadi tantangan dan ruang lingkup kegiatan bagi Ibu Retno Marsudi sebagai Utusan Spesifik Sekjen PBB untuk urusan air. Kita semua berharap dan mendoakan suksesnya tugas beliau, demi nama bangsa dan demi kesehatan serta kesejahteraan masyarakat dunia. Selamat bertugas, Ibu Retno Marsudi.

 

Mungkin Anda Menyukai