Arbain Rambey Meneladani Jakob Oetama

KECERIAAN Arbain Rambey tiba-tiba luruh. Setelah sejenak berhenti bicara, matanya mulai berkaca-kaca. Perlahan ia mengingat kembali pertautannya dengan pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama yang wafat pada 9 September 2020 lalu. Ia menangis kala itu.

Arbain mengisahkan, kenangan bersama Jakob Oetama membentang sepanjang hampir 30 tahun pengabdiannya di Kompas. Baginya, Jakob Oetama ialah sosok panutan yang tidak saja mengayomi, tetapi juga memiliki kearifan dan jiwa sosial yang sangat tinggi.

“Pak Jakob itu bukan cuma bos koran, dia benar-benar wartawan, tulisannya bagus. Saya simpan disket yang berisi tulisan-tulisannya. Dan, siapa pun yang minta tolong, kalau soal materi, selama dia punya pasti dia kasih.” pujinya.

Cek Artikel:  Ribuan Siswa SD di Tangerang Divaksinasi

Arbain menceritakan secara lengkap momen-momen penting kebersamaannya dengan tokoh pers nasional itu saat berbincang dengan saya dalam program Diksi (Percakapan dan Cerminan) yang tayang di kanal Youtube Media Indonesia. Di samping itu, ia juga menyampaikan berbagai pandangan tentang fotografi yang melambungkan namanya.

Kini, Arbain sudah purnabakti. Dedikasinya di Kompas  berakhir sejak 31 Oktober 2019. Pengabdian yang menggoreskan beribu catatan berharga. Catatan tentang prestasi, kesetiaan, keberanian, dan ‘kenakalannya’.

Beritawan berkode Arb itu mengawali karier sebagai reporter pada 1 Mei 1990, lalu beralih jadi wartawan foto dan lima tahun kemudian dipercaya sebagai redaktur foto. Ia mengakhiri karier dengan kembali menjadi wartawan foto. Selama 10 tahun ia mengasuh rubrik tetap ‘Klinik Fotografi Kompas’. Arbain juga pernah menjadi host program fotografi di Kompas TV.

Meski sudah pensiun, langkahnya sebagai orang penting dalam perkembangan fotografi Indonesia belum mencapai garis finis. Ia terus menyusuri jalan untuk mencapai tujuan.

Cek Artikel:  Perayaan Tri Kudus Waisak 2566 BE2022

Di sela-sela kesibukannya menebar ilmu fotografi, saat ini Arbain tengah menyusun buku foto jurnalistik berdasarkan praktik sehari-hari seperti yang selama ini ia jalani. Arbain berharap buku itu kelak menjadi bagian dari sumbangsihnya pada perkembangan fotografi Indonesia.  “Hidup itu, saya cuma ingin berguna, itu saja.” tegasnya. (Hariyanto)

Mungkin Anda Menyukai