Candu Teknologi, Perlu Pendekatan Berbeda untuk Pahami Gen Z

Candu Teknologi, Perlu Pendekatan Berbeda untuk Pahami Gen Z
Ilustrasi(Freepik)

GENERASI Z atau sering disebut Gen Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Gen Z yang saat ini mulai memasuki usia kerja atau angkatan kerja menjadi generasi yang melek teknologi. Rata-rata generasi ini sangat paham dengan teknologi dan bahkan disebut candu teknologi dibandingkan generasi sebelumnya.

Influencer, podcaster, youtuber dan tiktokers Oza Rangkuti mengatakan bahwa gen Z memang berbeda dengan generasi milenial atau pun boomers. Kecanduan pada teknologi membuat generasi ini melakukan segala hal untuk bisa terkenal atau yang sering disebut viral di media sosial.

“Kadang-kadang gen Z juga suka halalkan segala cara untuk FYP gitu, yang saya sebagai tiktoker kurang setuju juga ya. Saya termasuk yang berjuang memberantas malaikat maut challenge di TikTok,” ujarnya dalam acara Talk Show Naker Fest 2024 dengan tema Gen Z Candu Teknologi dan Detox Digital, Sabtu (24/8).

Baca juga : Transformasi Museum, Mendekatkan Aspek Budaya kepada Generasi Muda

Gen Z juga sering dikatakan generasi lembek atau tempe lantaran tidak bisa bertahan pada suatu pekerjaan. Banyak pengusaha justru mengeluh katika merekrut gen Z dan mereka hanya bertahan 1-2 bukan kerja.

Cek Artikel:  Menteri LHK Tekankan Krusialnya Jaga Standarisasi Pengelolaan Lingkungan

Meski demikian, Oda mengatakan bahwa tidak semua gen Z bisa dikatakan lembek atau mental tempe. Dengan berbagai perkembangan, dan generasi ini lahir di era teknologi maju, sudah seharusnya perusahaan memahami mental gen Z.

“Kita gak bisa menggeralisir semuanya lembek ada yang lembek ada yang tidak. Gen Z itu jangan kita benci tapi harus dirangkul,” kata dia.

Baca juga : Putra Anies Baswedan Sebut Gen Z Sangat Mau Perubahan

Oza menyerahkan agar gen Z yang melek teknologi bisa menggunakannya dengan baik dan secara positif. Begitu pula perusahaan bisa melakukan pendekatan berbeda ketika ingin merekrut gen Z.

CEO PT. Alpha Karya Mechatronics Reza Pahlevi yang juga peraih medali emas Asian Skills Competition 2014 menyebut bahwa gen Z merupakan generasi yang kurang sabar. Mereka ingin cepat-cepat mendapat hasil dari apa yang mereka lakukan saat ini.

Menurutnya, gen Z memiliki kelemahan di aspek sosial. Meski aktif di media sosial, mereka justru kalah ketika membangun networking di dunia nyata. Sehingga, para gen Z yang sebenarnya memiliki soft skill di bidang teknologi yang cukup mumpuni justru drop ketika harus mempraktikkannya.

Cek Artikel:  Prakiraan Cuaca Jawa Barat, Kamis 5 September 2024 Sebagian Area Berpotensi Hujan

Baca juga : Gen Z Rentan Alami Gangguan Kulit Gatal

“Yang jadi masalah di gen Z ini, dia tuh kurang sabar untuk menunggu momen-momen itu. Karena dari pengalaman dan pengamatan saya gen Z ini jago di sosial media tapi tidak ahli di sosial kehidupan nyata,” ucapnya.

Reza pun mengakui bahwa di perusahaannya, dia menerapkan pendekatan yang berbeda untuk para gen Z. Demi meningkatkan skill sosial, para gen Z diberi pelatihan hingga mendorong mereka untuk bisa bersosialisasi dengan banyak orang.

“Kita banyakin praktiknya, banyak ketemu orang dan berbicara depan orang banyak,” kata dia.

Baca juga : Z Fest Wadahi Kreativitas Anak Muda Generasi Z

Marketing Communications Manager Advance Digital, Mico Destrianto menambahkan bahwa pihaknya banyak merekrut gen Z sebagai karyawan. Hal itu tidak terlepas dari kemampuan mereka di bidang teknologi digital.

“Di Advance Digital erat banget dengan gen Z karena gen Z sendiri dari segala sektor bekerja di Advance Digital. Pabrik kita di Semarang itu 70% gen Z, di marketing juga,” kata Mico.

Cek Artikel:  10 Tips agar Ruangan Tetap Wangi dan Nyaman

Advance Digital ingin terus mendukung gen Z melalui berbagai program pelatihan. Bekerja sama dengan Kemnaker, perusahaan ingin membekali pelaku usaha muda berbasis digital.

Sementara itu, Asri Windusari dari Balai Instrukturan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Surakarta menyebut banyak gen Z yang mengikuti kelas-kelas pelatihan. Demi bisa memahami generasi ini, dia menggunakan pendekatan yang sama layaknya gen Z.

“Gen Z itu menjadi siswa kami untuk pelatihan dan lain-lain. Bagaimana cara kita berkomunikasi adalah bicara dengan bahasa mereka. Misalnya, apa nih yang lagi tren kita masuk dari situ,” kata dia.

Di BPVP, pihaknya juga berupaya menciptakan lingkungan yang nyaman bagi gen Z. Hal ini untuk membentuk mental mereka dan mempersiapkan mereka ketika akan masuk ke dunia kerja nanti.

“Menciptakan suasana pelatihan yang nyaman bagi mereka. Mereka tidak merasa seperti kita yang sudah dibentuk mentalnya. Mental itu perlu dibangun,” tandasnya. (Z-8)

Mungkin Anda Menyukai