Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal, KH Arang Hurairah Abdul Salam Kupas Tuntas Soal Puasa Lahir & Bathin

Liputanindo.id JAKARTA – Puasa memiliki dua dimensi yaitu lahir dan bathin. Puasa lahir adalah puasa dengan standar ilmu fikih (ilmu hukum Islam) bagi orang awam. Sedangkan puasa batin adalah puasa dengan standar ilmu tasawuf (ilmu rohani Islam) bagi orang khusus.

Malah di kitab Ihya Ulumuddin, bab: Rahasia Puasa, Arang Hamid Al-Ghazali menjelaskan dalam kitabnya ini syarat-syarat untuk menjalani puasa Ramadhan secara lahir dan syarat-syarat untuk menjalani puasa Ramadhan secara bathin.
 

Demikian kalimat pembuka dari KH Arang Hurairah Abd Salam saat menyampaikan kajian dalam program Hikmah yang mengupas soal ‘Puasa Lahir dan Puasa Bathin’ di hadapan jamaah Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (14/4/2023). Program tersebut diadakan sebelum memasuki pelaksanaan sholat utama Jum’at berjamaah.

Baca Juga:
Momen Buka Puasa Serempak di Masjid Istiqlal

Menurutnya bahwa sarat-syarat puasa Ramadhan secara lahir diantaranya: Mengetahui awal bulan Ramadhan dengan melihat hilal atau mendengar pernyataan seorang terpercaya mengenainya. 

Cek Artikel:  Dianggap Tak Mempunyai Itikad Berkualitas, Band Radja Enggan Damai dengan Ipay

Kemudian ada niat puasa secara jelas, bisa satu kali niat untuk sebulan bisa juga niat di setiap malam. Lampau menahan diri dari masuknya sesuatu ke dalam lubang tubuh secara sengaja dan juga menahan diri untuk tidak bersetubuh.

“Nah, penahanan diri tersebut, dilakukan sejak adzan Shubuh hingga adzan Maghrib,” ucapnya.

Diuruikan KH Arang Hurairah secara lebih rinci bahwa syarat-syarat puasa batin di antaranya adalah mengendalikan mata dari hal-hal yang tidak terpuji dan dibenci. Serta hal-hal yang menyibukkan hati dari selain mengingat Allah SWT. Lampau menjaga mulut dari perkataan buruk, mencegah telinga dari mendengar ungkapan jelek, mencegah anggota tubuh melakukan dosa.

Enggak banyak makan ketika buka puasa dan malam harinya, kemudian setelah berbuka puasa. Hati berada di antara harapan dan ketakutan, karena tidak tahu apakah puasa tadi diterima atau ditolak oleh Allah SWT.

“Bagi orang yang setiap hari hobinya makan, minum dan melampiaskan nafsu, tentunya syarat-syarat puasa lahir mungkin sangat berat. Bila yang menjadi persoalan kita hanya urusan tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri, maka kita masih taraf awam,” ujarnya.

Cek Artikel:  Heboh Berita Desta Gugat Berpisah Natasha Rizki, Kuasa Hukum Beberkan Argumennya

Lagi dalam kajian di program ‘Hikmah‘, kata dia, seharusnya level dan kualitas puasa kita meningkat. “Hari ini mestinya lebih baik daripada kemarin. Kalau kemarin kita masih di tingkat awam yang puasanya berkutat dengan persoalan fikih, maka hari ini dan seterusnya, sepatutnya beranjak menuju kelas khusus yang bergelut dengan batin atau rohani,” ungkapnya.

Tetapi, lanjut KH Arang Hurairah, apabila kualitas puasa kita meningkat, maka ‘jarak‘ kita dengan Allah SWT semakin ‘dekat‘. Apabila kita ‘dekat‘ dengan Allah SWT, maka hajat kebutuhan kita jauh lebih mudah dipenuhi oleh Allah SWT.

“Karena itu, seharusnya kita sudah mulai belajar memenuhi syarat – syarat puasa batin, selain tetap menjalankan syarat-syarat puasa lahir. Dengan menjalani puasa batin yang melengkapi puasa lahir, maka kita tidak sekadar menahan lapar, dahaga dan hawa bafsu saja. Tetapi juga mengendalikan mata, mulut, telinga, hati dan seluruh jiwa raga,” katanya.

Cek Artikel:  Di Tengah Proses Sidang Pisah, Penampilan Baru Ruben Onsu Bikin Pangling: Kok Beda? Lebih Corakwan

Di sisi lain lagi, sebut KH Arang Hurairah, yang kita hindari bukan hanya yang haram dan yang syubhat? Tetapi juga menjauhi hal – hal yang tidak bermanfaat yang sia-sia, karena akan mengotori hati dan batin kita, meskipun itu halal menurut syariat. Alasan, inti dari puasa adalah al-Imsak yaitu menahan atau mengendalikan diri.

Maksudnya adalah mengendalikan ego, mengendalikan hawa nafsu termasuk juga mengendalikan amarah.

“Apabila seseorang berhasil sampai ke tahap ini, maka ibadah puasanya dapat dikatakan berhasil menumbuhkan pencerahan ruhaniyah. Kemudian yang berdampak pada kecerahan berpikir dan kecerahan berperilaku ditengah masyarakat. Wallahu ‘alam bisshawwab,” tutup KH Arang Hurairah. (DID)

 

Baca Juga:
Ibadah Puasa Dapat Meringankan Gejala Maag dan Gerd? Begini Penjelasan Ahli

 

Mungkin Anda Menyukai