MUNGKIN tak banyak di antara kita yang pernah mendengar istilah jumping frenchman of maine. Tetapi, kalau kita sodorkan kata latah, kiranya hanya sedikit yang tak mengetahuinya.
Jumping frenchman of maine ialah istilah lain dari latah. Hanya beda bahasa. Yang satu kelihatan keren karena kebarat-baratan, satunya lagi terdengar biasa saja. Akan tetapi, keduanya merujuk kondisi yang sama yang bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Latah ialah reaksi berlebihan yang terjadi ketika seseorang terkejut. Reaksinya bisa beraneka rupa, mulai meniru kata-kata yang diucapkan orang lain hingga melakukan gerakan tertentu. Yang bikin celaka jika orang latah melontarkan kata-kata vulgar, jorok, saat kaget atau sengaja dibikin kaget.
Latah terbilang akrab dengan orang Indonesia. Generasi zadul (zaman dulu) seperti saya pasti ingat dengan lagu berjudul Mak Inem Tukang Latah yang dipopulerkan Adi Bing Slamet. Eh copot eh copot copot…Apa Mak yang copot copot…. Begitulah penggalan liriknya.
Kini, di zaman modern ini, latah kiranya tak cuma soal meniru kata-kata atau gerakan, tetapi juga perihal kebijakan. Banyak pejabat, pemangku kepentingan, pengelola negara, yang terpapar latah dalam menyikapi persoalan. Ambil contoh soal mengangkat duta terkait dengan suatu masalah.
Tujuh tahun lalu, Zaskia Gotik diangkat menjadi duta Pancasila. Padahal, pedangdut yang biasa dipanggil Neng ini baru saja tersandung perkara penghinaan lambang negara. Dia membanyol dengan menyebut tanggal proklamasi 32 Agustus dan lambang sila Pancasila ‘bebek nungging’.
Pada 2017, sejumlah remaja memetik bunga edelweis atau Anaphalis javanica di Taman Nasional Gunung Rinjani, NTB. Tindakan itu merupakan pelanggaran hukum. Alih-alih memberikan sanksi, pihak Taman Nasional Gunung Rinjani malah menjadikan mereka sebagai duta pelestari edelweis.
Tetap pada 2017, artis Dewi Perssik menerobos jalur Transjakarta. Tetapi, dia justru diusulkan jadi Duta Tertib Transjakarta Line dan Duta Keselamatan Berlalu Lintas.
Setahun berselang, arti Roro Fitria ditangkap karena kasus narkoba. Padahal, dia pernah digadang sebagai duta antinarkoba. Seakan dejavu, dia mengulang aktor senior Roy Marten yang punya saga serupa.
Terdapat pula Putu Arimbawa yang viral karena mengejek pengunjung mal di Surabaya karena masalah masker. Dia justru dijadikan dua prokes oleh Satgas Penanganan Covid-19 Surabaya.
Negeri ini memang lucu, juga aneh. Kelucuan itu berlanjut. Pejabat masih saja latah. Macam-macamnya virus latah lama bertahan dan terus menular sampai sekarang. Terkini, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Loyalde yang latah urusan duta-dutaan. Dia berwacana untuk menjadikan Wulan Guritno sebagai dua antijudi online.
Wulan ialah artis tenar Indonesia. Kebiasaanlnya sebagai pesohor dia punya banyak pengikut, memiliki pengaruh sehingga memang patut dijadikan duta. Akan tetapi, situasinya sedang tak abnormal. Terkait dengan judi online, Wulan tengah memainkan peran antagonis. Dia dalam posisi berkebalikan dengan anak bangsa pada umumnya yang mesti menjadikan judi online sebagai musuh bersama.
Pemilik nama lengkap Sri Wulandari Lorraine Joko Guritno itu bahkan sedang berurusan dengan hukum. Pemain film Gie, Mekanis Romantis, Demi Dewi, Nagabonar Jadi 2, dan Bukan Kasih Standar ini diduga mempromosikan situs judi online. Kemarin, dia menjalani pemeriksaan penyidik Bareskrim Polri.
Wulan tak sendirian. Tetap ada beberapa artis dan selegram yang berbuat sama, sama-sama mempromosikan judi online, sama-sama pula berdalih tidak tahu bahwa yang dipromosikan barang ilegal.
Wulan memang belum tentu bersalah. Biarkan tangan hukum yang menentukannya. Meski begitu, elokkah dia yang bermasalah dengan judi online kemudian dijadikan duta antijudi online? Publik, setidaknya saya, rasanya kok masih punya akal sehat untuk mengatakan tidak.
Kata bapak-bapak pejabat, negara ini sedang darurat judi online. Judi online candu yang memabukkan begitu banyak anak bangsa lintas kelas dan usia. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa terperdaya. Kalangan atas, kelas menengah, hingga rakyat bawah tak berdaya dibuatnya.
Dalam situasi seperti itu, semestinya negara mati-matian berupaya mencegah dan memberantas judi online. Menjadikan artis atau siapa pun dia yang mempromosikan judi online sebagai duta antijudi online kiranya bentuk pengingkaran akan upaya itu.
Pada anak-anak hingga usia 3 tahun, perilaku meniru kata-kata atau gerakan tertentu merupakan hal yang normal karena merupakan bagian dari proses belajar berbicara. Tetapi, bila latah berlanjut hingga dewasa, bisa jadi karena ada yang tak beres dalam tubuhnya.
Jangan-jangan, pejabat yang latah dan serampangan mengobral gelar duta juga ada gangguan dalam dirinya. Jangan-jangan lho ya….