Sering Dianggap Sama, Apa Sih Perbedaan Antara Psikolog dan Psikiater

Sering Dianggap Sama, Apa Sih Perbedaan Antara Psikolog dan Psikiater?
Perbedaan antara psikolog dan psikiater(Dok. Freepik)

KESEHATAN mental merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini, peran seorang psikolog dan psikiater sangat dibutuhkan. Kedua profesi tersebut dapat membantu orang dengan masalah mental secara profesional. 

Meski bergerak dalam bidang yang sama, kedua profesi tersebut memiliki peran dan wewenang berbeda dalam merawat pasien. Hal ini masih banyak yang belum diketahui orang-orang.

Lampau, apa sebenarnya perbedaan antara psikolog dan psikiater?

Baca juga : Bunuh Diri Dianggap Sebagai Jalan Keluar dari Masalah Hidup yang Kompleks

Siapa Psikiater?

Dillansir dari American Psychological Association, seorang psikiater belajar untuk mendapatkan gelar medis di bidang kesehatan mental, baik untuk memperoleh gelar MD (doktor kedokteran) atau DO (doktor kedokteran osteopatik).

Setelah lulus dengan salah satu gelar tersebut, mereka mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi untuk menjalankan praktik di bidang mereka di negara bagian yang dipilih.

Cek Artikel:  Menteri PPPA ASEAN Hadapi Maraknya Kekerasan Seksual Anak di Ranah Daring

Mereka kemudian diharuskan untuk melanjutkan praktiknya selama minimal empat tahun di rumah sakit di bawah pengawasan dokter senior. Psikiater juga harus memperbarui sertifikasi praktik mereka setiap 10 tahun. 

Baca juga : Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober, Apakah Itu dan Bagaimana Sejarahnya?

Siapakah Psikolog?

Seorang psikolog menempuh program pascasarjana di bidang kedokteran selama empat atau enam tahun untuk meraih gelar PhD (doktor filsafat) atau PsyD (doktor psikologi).

Mereka juga akan diminta untuk menyelesaikan ujian guna memperoleh lisensi di negara bagian yang dipilih untuk menjalankan praktik secara profesional.  

Analisa

Dikutip dari Kenalan Keluarga, saat melakukan diagnosis, psikolog mempersilahkan kliennya untuk bercerita mengenai masalah yang dihadapi. Kemudian, psikolog mempersilahkan klien untuk melakukan cognitive behavioural test guna melihat perilaku dan emosional.

Cek Artikel:  Imigrasi Jemput Bola Pendataan Biometerik WNA

Baca juga : Gen Z Rentan Terkena Gangguan Mental, Apa Penyebabnya?

Tes tersebut bergantung pada masalah yang dimiliki klien. Model tes seperti kuesioner, tes IQ, hingga neuropsikologi guna melihat perkembangan kognitif dan memori. Apabila gangguan mental semakin parah, psikolog akan merekomendasikan Anda untuk kontrol lebih lanjut dengan psikiater. 

Psikiater umumnya melakukan diagnosis gangguan kejiwaan secara lebih medis. Psikiater akan mempelajari semua gejala yang dialami pasien, memeriksa riwayat gangguan kesehatan yang dialami, obat-obatan yang dikonsumsi, dan hasil diskusi dengan pasien.

Karena pemeriksaannya lebih medis, psikiater juga dapat memberikan rekomendasi obat-obatan atau jenis terapi untuk proses penyembuhan.

Baca juga : PR Mendikbud Baru: Kembangkan Kecerdasan Emosional Mahasiswa agar Tak Gampang Depresi

Cek Artikel:  Manfaat Sedimen atau Pasir Laut bagi Masyarakat Pesisir

Psikolog tidak bisa melakukan diagnosis gangguan mental pada seseorang. Tetapi, psikolog dapat membantu menurunkan intensitas gejala yang dialami oleh pasien, dengan rekomendasi pola hidup lebih sehat.

Sementara psikiater atau dokter spesialis kejiwaan, mereka mampu mengidentifikasi gangguan mental yang lebih kompleks. Misalnya, bipolar, gangguan kecemasan, anorexia nervosa, depresi, dan skizofrenia.

Pengobatan yang Diberikan

Perbedaan paling mencolok antara psikiater dan psikolog adalah jenis pengobatan yang diberikan.

Psikiater, sebagai dokter spesialis kejiwaan, dapat memberikan rekomendasi terapi dan meresepkan obat-obatan.

Tetapi, psikolog tidak dapat meresepkan obat-obatan. Psikolog hanya dapat memberikan rekomendasi terapi dan latihan. Kepada terapi yang direkomendasikan juga sebatas kegiatan dan aktivitas, semisal meditasi, menulis jurnal, olahraga, dan melatih sugesti serta pola pikir. (Z-10)

Mungkin Anda Menyukai