Pengaruh Domino Tenabang

KABAR dari mulut ke mulut via media sosial hingga mencuat di media mainstream bahwa Pasar Tanah Abang sepi pembeli atau pengunjung menjadi atensi publik. Omzet pedagang di pasar legendaris itu anjlok, dari 50% hingga 80%. Bahkan, sudah banyak yang menutup kios. Alhasil, pasar grosir terbesar se-Asia Tenggara itu lengang. Tak sedikit yang sedih dan menangis melihat fakta yang membuat miris tersebut.

Ribuan pedagang kain dan pakaian jadi terpukul dengan kondisi minimnya pembeli. Mereka bukannya tak mau beradaptasi dengan zaman yang mengharuskan jualan di media sosial (Tiktok Shop), tetapi usaha mereka gagal menarik konsumen karena harga yang ditawarkan pedagang dianggap masih mahal oleh konsumen.

Wajar jika dagangan mereka masih dianggap mahal kalau dibandingkan dengan yang lain karena mereka memiliki kewajiban harus membayar sewa kios, gaji karyawan, bayar listrik, kebersihan, keamanan, dan sebagainya.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki menyambangi Pasar Tenabang, sebutan warga Betawi untuk pasar tersebut. Teten mendengarkan langsung keluhan pedagang. Mereka menuntut Tiktok Shop ditutup. Pedagang merasa diperlakukan tidak adil dengan kehadiran platform digital tersebut, terutama dengan kehadiran produk-produk impor yang melenggang bebas sehingga mengobrak-abrik pasar mereka (predatory pricing).

Cek Artikel:  Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

Dalam sebuah obrolan dengan keponakan di Karawang, Jawa Barat, pekan lalu, dia mengaku kini bekerja di agensi Tiktok. Berdasarkan penuturannya memang dahsyat buka lapak di platform social commerce yang berasal dari Tiongkok itu karena bisa melejitkan kuantitas penjualan dengan harga rendah. Produk-produk yang dia jual semuanya impor dari Tiongkok.

Dia dan teman-temannya bisa meraup penjualan jutaan rupiah hanya dengan berjualan 2-3 jam saja tanpa terbebani dengan berbagai macam pengeluaran yang harus dibayarkan agensinya kepada pihak eksternal. Bayangkan, jika menjual di toko konvensional, seperti Pasar Tenabang. Dalam kondisi saat ini seharian belum tentu mendapatkan pembeli.

Pemerintah tak bisa membiarkan Pasar Tenabang dan pasar grosir lainnya terkapar dan gulung tikar karena akan berdampak sangat luas kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Tanah Air. Industri tekstil, baik yang skala besar, menengah, maupun kecil, kini sudah hancur. Mereka terpaksa menghentikan produksi, mem-PHK karyawan, dan menutup usaha.

Cek Artikel:  Kemerdekaan dan Peradaban

Para pelaku industri tekstil limbung menghadapi serbuan produk-produk dari ‘Negeri Layar Bambu’ yang dijual secara murah melalui Tiktok Shop. Selain dijual secara online, produk Tiongkok pun dijual secara offline dengan harga sangat miring.

Serbuan produk pakaian dari Tiongkok dan beberapa negara lain tak hanya yang legal, yang pakaian selundupan pun masuk tidak terbendung sehingga pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri menjerit.

Data Badan Pusat Tetaptik menunjukkan sepanjang 2022 impor pakaian bekas (thrifting) mencapai 26,22 ton, atau mencapai US$272.146 yang setara dengan Rp4,21 miliar. Birui volume impor pada 2022 tersebut melonjak 227,75% jika dibandingkan dengan volume pada 2021 yang mencapai 8 ton. Arus impor pakaian bekas terus mengalir tak tersentuh oleh sejumlah regulasi yang mengatur hal tersebut.

Cek Artikel:  Kolonialisme Ekonomi

Kini, seiring dengan terempasnya penjualan para pedagang, seperti di Pasar Tenabang, pemerintah melarang Tiktok Shop. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan akan meneken Revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 50 Pahamn 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan melalui Sistem Elektronik.

Dalam permendag yang baru, media sosial (medsos) akan dilarang berjualan. Zulhas menegaskan social commerce hanya diperbolehkan memfasilitasi promosi barang atau jasa. Mendag menyampaikan hal itu seusai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.

Langkah pemerintah menyiapkan regulasi untuk menyelamatkan UMKM patut diapresiasi. Hanya saja, penanganannya harus menyeluruh dari hulu hingga hilir. Kalau Tiktok Shop dilarang, masih banyak saluran online lainnya yang bisa digunakan untuk memukul produk dalam negeri. Terlebih ada perubahan perilaku konsumen yang bergeser dari belanja luring ke daring. Menarik pesan dari fisikawan Stephen Hawking bahwa “Kecerdasan adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.” Tabik!

Mungkin Anda Menyukai