Ini Langkah Nikita Willy Sembuhkan Trauma Makan pada Anak

Ini Cara Nikita Willy Sembuhkan Trauma Makan pada Anak
Nikita Willy(Instagram @nikitawillyofficial94)

AKTRIS Nikita Willy membeberkan sejumlah cara untuk menghadapi anaknya saat mengalami trauma makan di rumah.

“Kita semua tahu kalau proses makan itu ada di meja makan, jadi kalau peraturan di rumah saya, kita biasa makan di meja dan anak di high chair, andai anak mau turun dari kursi, itu artinya proses makan selesai,” kata Nikita, dikutip Selasa (25/6).

Nikita menuturkan anak pertamanya, Isa, sempat mengalami trauma makan usai melakukan perjalanan panjang bersama kakek dan neneknya di Jepang.

Baca juga : Nikita Willy Ungkap Perjuangannya sebagai Ibu di Era Digital

Selama berada di sana, Isa diceritakannya diberikan banyak camilan enak.

Kalau kakek atau neneknya berhasil menyuapi Isa, mereka bahkan menyanyikan sebuah lagu dan memuji sang cucu. Alhasil setelah kembali ke tanah air, anaknya selalu menangis setiap duduk di kursi makan.

Cek Artikel:  Waspada Anak Mudah Lelah, Bisa Jadi Penyakit Jantung Bawaan

“Akhirnya anak saya jadi trauma, saya tahu karena setiap didudukan di high chair, dia menangis, dia benci makan,” kata Nikita.

Baca juga : Distraksi Perangkat Elektronik saat Anak Makan, Ini Akibat Tak baiknya

Akhirnya untuk menghilangkan trauma makan pada sang anak, Nikita melakukan reset week, sebuah cara untuk mendekatkan kembali makanan dengan anak selama satu minggu.

Nikita menjelaskan dalam waktu tersebut ia kembali mempelajari menu-menu makanan yang dapat membuat Isa tertarik untuk makan.

“Kemudian saya kembali ke jendela makan anak, jadi setelah dua setengah sampai tiga jam itu saya hanya kasih makan. Saya tidak suruh dia untuk makan, hanya berdiri di sampingnya,” ucapnya.

Baca juga : Berproses Menjadi Seorang Ibu, Nikita Willy Belajar Kendalikan Emosi

Nikita mengaku tidak memberikan komentar apapun agar sang anak tidak semakin trauma, dan fokus memastikan bahwa Isa makan.

Cek Artikel:  Kenali Gejala Autisme pada Anak untuk Penanganan Cermat

Menurut dia, Isa akan makan saat dirinya merasa lapar sebagaimana manusia pada umumnya.

“Alhamdulillah, ini berhasil karena dia mengikuti rasa laparnya, jadi saat dia lapar, dia makan tanpa henti,” kata dia.

Baca juga : Tips dan Strategi untuk Orangtua Hadapi Kebiasaan Makanan Anak

Menanggapi hal tersebut, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan penyakit Metabolik IDAI, Titis Prawitasari, mengatakan anggota keluarga seperti kakek dan nenek memang sering kali secara tidak sengaja berperan sebagai distraktor pada waktu makan anak.

Hal ini perlu mendapat perhatian lebih melalui penanaman disiplin dan edukasi yang permisif. 

Selain anggota keluarga, hal lain yang dapat mendistraksi anak ketika makan adalah gawai dan aktivitas orangtua yang dilakukan di sekitar meja makan.

Cek Artikel:  Dukungan Teknologi untuk Tumbuh Kembang Anak Shopee, Anissa Aziza, dan Brand Lelahl Kazel Bagikan 4 Tipsnya

“Sering kali anak duduk di high chair, kita (orangtua) berkeliling, makanya anak tidak ada contoh. Jadi bukan hanya gadget, tapi orang di sekelilingnya bisa mendistraksi, belum kalau tinggal di pinggir gang ada suara telolet, teriakan tukang ketoprak dan lain sebagainya,” ujar Titis.

Titis menganjurkan kepada seluruh ibu yang memiliki anak untuk mencegah terjadinya trauma makan lewat konsistensi penerapan pola makan, termasuk lebih sabar dalam mempraktikkannya kepada anggota keluarga lain.

Selain itu, Titis juga menyarankan supaya waktu makan anak tidak diberikan dalam waktu yang panjang.

“Niscayakan anak itu bukan makan harus di belakang, sunyi, senyap. Makan is makan, jadi tidak usah panjang-panjang durasinya. Cukup 20-30 menit it’s ok, kalau sudah kenyang kita sudahi, nanti kasih lagi begitu dia lapar,” pungkasnya. (Ant/Z-1)

Mungkin Anda Menyukai