Ikatan Dokter Indonesia, Semakin Matang dan Mengakar

Ikatan Dokter Indonesia, Semakin Matang dan Mengakar
Dr Zul Asdi, Sp.B, M.Kes,M.H, Admin Lembaga Komunikasi IDI Ketua Purna IDI Daerah Riau(Dok. Pribadi)

SELAMAT Ulang Pahamn KE-73 Ikatan Dokter Indonesia. IDI sudah berurat berakar, dikenal bukan hanya di kalangan insan kesehatan, namun juga hampirseluruh komponen masyarakat Indonesia. Sejarah mencatat, banyak sekali peran dokter Indonesia dalam perkembangan kemajuan berbagai bidang, bukan hanya bidang kesehatan dan dunia kedokteran. Mulai dari bidang sastra, dirgantara, pendidikan, pers, politik, dan banyaklagi, baikitu oleh dokter maupun mahasiswa kedokteran Stovia.
Paling tidak ada tiga tonggak sejarah kebangkitan bangsa dimana dokter Indonesia berperan di dalamnya.

Pertama, gerakan mahasiswa Stovia yang didorong oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo dalam membentuk organisasi Budi Utomo yang dikenal sebagai pengerak “Kebangkitan Bangsa”. Kedua, dalam bidang pendidikan, Suryadi Suryaningrat, mahasiswa kedokteran Stovia yang mendirikan Taman Siswa sebagai cikal kebangkitan pendidikan di Indonesia. Beliau dikenal juga dengan nama Ki Hajar Dewantara.

Ketiga, kesadaran perjuangan bangsa Indonesia melalui partai politik yang dikenal dengan “IndischePartij”, didirikan oleh tiga serangkai Dr.Danudirja Loyalbudi, dr.Cipto Mangungkusumo dan Suryadi Suryaningrat, yang bertujuan Indonesia merdeka.

Bentuk kecintaan dokter Indonesia sebagai anak bangsa sudah teruji, contohnya pada waktu wabah Pes merebak di Kota Malang. Terbukti hanya dokter Indonesia yang mau terjun ke lapangan, bukan dokter Belanda atapun bukan dokter asing lainnya. 

Cek Artikel:  Berkah dan Doa Masyayeh Lirboyo untuk Kekasih Anies-Muhaimin di Pilpres 2024

Begitu juga pada waktu wabah cacar merebak, bukan dokter Belanda yang turun mengobati, namun tenaga kesehatan anak bangsa sendiri, disebut waktu itu dengan mantri cacar. Yang terbaru, pada waktu wabah covid-19 merebak dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan seluruh tenaga kesehatan “bertungkuslumus” berjuang untuk masyarakatnya dan berkorban segalanya termasuk nyawa.

Dalam perjalanan 73 tahun Ikatan Dokter Indonesia, sudah banyak sumbangsih organisasi kepada masyarakat, bersama pemerintah membangun berbagai program kesehatan, edukasi dan sebagai konsultan kebijakan Pemerintah. Dalam menjalankan fungsinya mengawal profesi, IDI memang ketat mengawal etika kedokteran dan nilai-nilai luhur profesi kedokteran yang ditanamkan sejak dalam bangku kuliah.

Etika kedokteran adalah roh profesi yang tidak mungkin dilepaskan dari organisasi profesi, suka atau tidak. Banyak sekali nilai-nilai luhur profesi yang diajarkan, diantara adalah altruisme yang sering diulang-ulang dalam perkuliahan dari para guru bidang kedokteran, nilai ini juga termaksuk di dalam sumpah dokter Indonesia.

Cek Artikel:  Diriku Ingin Hidup 50 Pahamn Tengah

Safiri-nilai di atas pada akhir-akhir ini mengalami ujian, tantangan dari maraknya “Bisnis Bidang Kesehatan”. Maraknya bisnis bidang kesehatan global dengan jaringan perusahaan, regulasi, produk bidang kesehatan, mau tidak mau “menggerus” nilai-nilai yang disebutkan di atas. 

Di sisilain, perkembangan “Iptekdok’ ini berdampak positif bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi tantangan bagi IDI agar tetap bisa tegak berdiri mempertahanka nnilai-nilai tersebut.
Kritikan kepada dokter Indonesia dan IDI, ada pendapat yang mengatakan dokter Indonesia akhir-akhir ini semakin pragmatis, terjebak dalam masalah teknis medis di seputar ruang praktiknya saja.

Dokter dianggap cenderung diam atau terlambat merespon hal-hal di luar dunia kedokteran, berbeda dengan contoh dokter Indonesia seperti yang disebutkan dalam sejarah. Dokter “mengeluh” dalam diam atas regulasi yang kurang pas atau tidak pas, karena mereka adalah pelaksana langsung di lapangan “melihat” apa yang tidak dilihat pengambil kebijakan. Hal ini tampak bagaimana dokter dan tenaga kesehatan lainnya “berteriak merespons” proses pembuatan UU Kesehatan baru-baru ini.

73 tahun usia IDI, dengan berbagai peran dan riak gelombang yang dilalui, membuat IDI tumbuh semakin kuat, semakin eksis, sampai ke akar rumput, dan dicintai lebih dari dua ratus ribu dokter Indonesia. Eksisnya organisasi profesi dokter yang baru, tidak mengganggu eksistensi IDI. 

Cek Artikel:  Swasembada Ikan

IDI ada dalam hati dokter dan masyarakat Indonesia, segenap upaya pelemahan potensi IDI, tidak hanya merugikan dokter namun juga masyarakat Indonesia terutama dalam bidang kesehatan.

Tantangan ke depan bagaimana IDI tetap menjalankan perannya untuk kesehatan masyarakat, sebagai mitra pemerintah, kolaborasi dalam mendukung program kesehatan.

Tantangan bagi IDI dan dokter Indonesia meningkatkan ilmu dan teknologi kedokteran mengikuti perkembangan kesehatan dunia.
Tantangan bagi IDI untuk tetap hadir di tengah-tengah masyarakat, peduli akan regulasi, berperan aktif dalam memberikan masukan atau malah dalam proses pembuatan, sebagai konsultan maupun anggota legislatif.

Tantangan bagi IDI dan dokter Indonesia tidak hanya bangga dengan sejarah dokter Indonesia, namun mampu mempertahankan dan reaktualisasi nilai-nilai yang dicontohkan pendahulu dokter Indonesia sesuai perkembangan zaman.

Selamat ulang tahun Ikatan Dokter Indonesia. Dokter untuk bangsa. Satu IDI terus maju.

Mungkin Anda Menyukai