PENELITIA terbaru menunjukkan remaja dari zaman es (Paleolitik) sekitar 25.000 tahun lalu mengalami pubertas dengan cara yang mirip dengan remaja saat ini.
Studi yang dipublikasikan pada Kamis (12/9) dalam Jurnal Evolusi Orang memberikan wawasan baru mengenai waktu pubertas pada remaja Pleistosen. Termasuk mengatasi kesenjangan pengetahuan tentang bagaimana manusia purba tumbuh dewasa.
Tim peneliti, termasuk Dr Jennifer French dari Departemen Arkeologi, Ilmu Klasik, dan Ilmu Mesir Antik di Universitas Liverpool, menganalisis tulang dari 13 manusia purba berusia antara 10-20 tahun. Tim peneliti juga menemukan tanda-tanda khusus yang mengindikasikan tahap pubertas, sehingga memungkinkan penilaian perkembangan mada remaja mereka.
Baca juga : Khawatir Payudara Membesar pada Remaja Pria? Yuk Simak Penjelasan Dokter Anak Ini
Sebagian besar individu dalam sampel penelitian memasuki masa pubertas pada usia 13,5 tahun, dan mencapai masa dewasa penuh antara usia 17 dan 22 tahun. Hal ini menunjukkan remaja zaman es ini memulai masa pubertas pada waktu yang sama dengan remaja di negara-negara maju dan modern.
Teknik untuk menilai kemajuan masa remaja dikembangkan penulis utama Profesor Mary Lewis dari Universitas Reading. Teknik Lewis mengevaluasi mineralisasi gigi taring dan pematangan tulang tangan, siku, pergelangan tangan, leher, dan panggul untuk mengidentifikasi tahap pubertas yang dicapai individu saat kematian mereka.
“Ini adalah pertama kalinya metode estimasi tahap pubertas saya diterapkan pada fosil Paleolitik dan ini juga merupakan aplikasi tertua dari metode lain, analisis peptida yaitu untuk estimasi jenis kelamin biologis,” katanya.
Baca juga : Ini Manfaat Susu Kambing untuk Pertumbuhan Remaja
Sementara itu, penelitian sebelumnya yang dilakukan rekan penulis arkeolog, Jennifer, dan paleoantropolog Dr April Nowell dari Universitas Victoria (UVic), Kanada, menilai remaja sebagai kelompok sosial tertentu pada Periode Paleolitik Atas. Kemudian pnelitian yang dipublikasikan pada Kamis itu melanjutkan penelitian sebelumnya dengan menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Lewis.
April mengatakan, “Dengan menganalisis area tertentu pada kerangka, kami menyimpulkan hal-hal seperti menstruasi dan suara seseorang yang pecah. Penelitian kami membantu memanusiakan para remaja ini dengan cara yang tidak dapat dilakukan hanya dengan mempelajari peralatan batu.”
Sementara Jennifer mengatakan, “Remaja di masyarakat zaman es tidak menjadi fokus penelitian khusus sampai kami mulai mengerjakan topik ini. Tetapi, seperti yang ditunjukkan penelitian ini, penelitian yang berfokus pada kelompok sosial ini dapat memberi tahu kita banyak hal tentang kondisi kesehatan dan kehidupan pada periode ini, serta tentang peran khusus remaja dan pengalaman menjadi remaja puluhan ribu tahun yang lalu.”
Baca juga : Orangtua Bisa Jadi Sahabat Obrolan Anak Begitu Pubertas
Di samping itu, salah satu dari 13 kerangka yang diteliti adalah “Romito 2,” seorang remaja yang diperkirakan berjenis kelamin laki-laki dan merupakan individu pertama yang diketahui mengidap dwarfisme. Penelitian baru tentang penilaian pubertas ini memberikan informasi lebih lanjut tentang kemungkinan penampilan fisik Romito 2 dan peran sosialnya.
Karena ia berada dalam fase pubertas, suaranya akan menjadi lebih dalam seperti pria dewasa dan ia akan bisa menjadi seorang ayah. Tetapi, ia mungkin masih tampak cukup muda dengan rambut wajah yang halus. Dengan tinggi badan yang pendek, penampilannya akan lebih mirip anak-anak, yang dapat memengaruhi cara pandang masyarakat terhadapnya.
“Informasi spesifik tentang penampilan fisik dan tahap perkembangan remaja zaman es yang diperoleh dari studi pubertas kami memberikan sudut pandang baru untuk menafsirkan penguburan dan perlakuan terhadap mereka saat meninggal. Kami berharap dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang kehidupan remaja zaman es dan peran sosial mereka,” ujar Jennifer. (news liverpool/Z-3)