Ajarkan Edukasi Seks pada Remaja secara Hormon dan Pola Pikir

Ajarkan Edukasi Seks pada Remaja secara Hormon dan Pola Pikir
Ilustrasi.(freepik.com)

EDUKASI seks pada remaja diperlukan untuk bisa memperkenalkan hal baru dalam hidupnya agar berhati-hati, menjaga, dan berlaku secara bijak. 

“Kalau sudah remaja sebenarnya sudah agak terlambat. Hanya saja jika memulai edukasi seks pada remaja, terutama masa pubertas harus diingatkan anak harus tahu bahwa hati-hati akan merasakan rasa terangsang merupakan sesuatu yang normal,” kata Psikolog dan seksolog klinis Zoya Amirin dalam dialog Kemencast, Selasa (8/10).

Zoya menjelaskan tanda seksual sekunder atau pubertas hanya terjadi satu kali yang biasanya adanya perubahan fisik yang sangat drastis dari anak-anak ke masa remaja. Pada anak perempuan terjadi menstruasi, ketika sudah mengalami menstruasi berarti anak sudah aktif secara seksual. “Aktif secara seksual bukan berhubungan seks, dalam konteks ini aktif secara seksual artinya anak sudah mampu untuk bisa hamil. Berarti dia sudah matang alat reproduksinya,” jelasnya.

Cek Artikel:  BPKH Naikkan Distribusi Safiri Manfaat Jemaah Haji Tunggu Jadi Rp4,4 Triliun Pada 2025

Kalau anak laki-laki itu adalah mimpi basah, artinya dia sudah memiliki sperma yang matang. Bagi laki-laki tugas orang tua sebenarnya memberikan seks edukasi yang baik  agar tidak melakukan pelecehan seksual. Ia menekankan sebenarnya bukan hanya tugas sekolah, tapi juga orang tua punya kontribusi sama-sama untuk membantu anak memahami masa pubertas menjadi perubahan dari anak-anak menjadi dewasa.

Sementara perubahan dari pola pikir menurutnya susah dan gampang karena sebenarnya anak sampai usia 12 tahun cara berpikirnya masih praktis dan konkret, jadi belum cukup baik untuk membedakan baik, buruk, benar, atau salah. “Eksis satu alasan, kenapa usia 18 tahun baru dianggap secara hukum dewasa, dan boleh menikahnya itu 21 tahun, karena 21 sampai 25 tahun, itu adalah penyempurnaan dari Korteks prefrontal (PFC),” ujar dia.

Cek Artikel:  Perusahaan Pers Bisa Kelola Iklan Pemerintah dan Swasta Demi Selamatkan Industri Media

PFC itu adalah otak manusia, dimana ini letaknya sebagai executive judgment jadi kemampuan seorang individu mengelola informasi menjadi baik, buruk, benar, atau salah terproses dari 21-25 tahun. “Secara hukum, 18 itu dianggap sudah dewasa, dan dianggap sudah bisa memberikan perhatian, ini sebenarnya berpengaruh dengan pola pikir itu, kemampuan executive judgementnya makanya harus kita bedakan, antara anak-anak dan orang dewasa,” pungkasnya. (S-1)

 

Mungkin Anda Menyukai