Pemangkasan Fed Fund Rate Beri Angin Segar bagi Perekonomian Nasional

Pemangkasan Fed Fund Rate Beri Angin Segar bagi Perekonomian Nasional
Ketua The Fed Jerome Powell(Instagram/FederalReserveBoard)

Pemangkasan suku bunga acuan Amerika Perkumpulan (AS) fed funds rate/FFR yang diprediksi akan segera terjadi membawa angin segar bagi Indonesia. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter Bank Indonesia (BI) Juli Budi Winantya menuturkan penurunan FFR akan berdampak pada imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Perkumpulan (AS) alias US Treasury dengan tenor 2 atau 10 tahun yang turun. Dampaknya, investor bakal berbondong-bondong masuk ke pasar negara lain untuk mencari hasil imbal yang lebih menarik. Hal ini memicu pelemahan dolar AS.

“Dengan melemahnya dolar AS ke mata uang negara lain, akan ada arus modal asing yang masuk ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia,” ungkap Juli dalam media gathering BI di Bali, Jumat (23/8).

Cek Artikel:  Harga Emas Antam Mandek di Rp1,42 Juta pada Selasa 27 Agustus 2024

Dengan adanya tren pelemahan dolar AS, Juli menyebut dorong aliran modal asing ke negara berkembang akan cenderung meningkat. Menyaksikan perlemahan data aktivitas ekonomi AS dengan tren inflasi yang turun, dan angka pengangguran yang tinggi, BI memperkirakan terjadi penurunan suku bunga acuan AS sebanyak dua kali di tahun ini. Yakni, terjadi pada September dan di November atau Desember 2024 dengan masing-masing penurunan 25 basis poin (bps).

Baca juga : Siapapun Presiden AS yang Terpilih, Dolar masih tetap Perkasa

“Sekarang dengan inflasi yang trennya menurun, lebih cepat ke target jangka panjangnya, lalu ada penganguran yang meingkat, semakin confirm di kuartal 3 itu mulai siklus penurunan FFR dan berlanjut di kuartal IV 2024,” terangnya.

Cek Artikel:  2028, Layanan ITSK Diproyeksikan Naik ke 100 Produk

Pelemahan dolar AS pun membuat mata uang seperti rupiah menguat dalam. Juli menyebut pada Selasa, (20/8) rupiah perkasa menjadi Rp15.430 per dolar AS. Penguatan mata uang garuda ini diaggap penting untuk pertumbuhan ekonomi nasional dengan dapat mengendalikan nflasi dari imported Inflation atau kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu negara akibat kenaikan harga barang impor. Serta,dari sisi stabilitas sistem keuangan.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan skenario penurunan suku bunga acuan atau BI Rate terjadipada triwulan IV tahun ini. Begitu ini BI masih mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25%. Pertimbangan penurunan tersebut melihat pperkembangan suku bunga acuan AS.

Baca juga : Rupiah Menguat saat Pasar Tunggu Kebijakan Etnis Merekah AS

Cek Artikel:  Banyak Adonan Tangan Bikin Peremajaan Sawit Rakyat Terkendala

“Kami masih akan tetap melihat ruang terbuka penurunan BI rate pada triwulan IV 2024,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2024 di Kantor BI, Jakarta, Rabu (21/8).

Kepada triwulan III 2024, Perry menuturkan pihaknya masih fokus penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah dengan penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen

Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Etnisk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

“Jadi perferensi kami secara fundamental rupiah masih akan cenderung menguat,” imbuhnya. (Ins)

Mungkin Anda Menyukai