Menkop Teten Masduki Khawatir Aplikasi Temu Hancurkan UMKM di Indonesia

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki khawatir aplikasi Temu akan menghancurkan bisnis UMKM di Indonesia. Hal itu disampaikan Teten di DPR RI pada Juni 2024 lalu.

Model bisnis aplikasi tersebut membuka peluang konsumen langsung berhubungan dengan pabrik. Model bisnis seperti ini akan membuat bisnis distribusi hingga retail kewalahan.

“Ini yang saya khawatir ya ada satu lagi satu aplikasi digital cross border yang akan saya kira akan masuk ke kita dan ini lebih dahsyat daripada TikTok karena ini menghubungkan factory (pabrik) langsung kepada konsumen,” kata Teten.
 
“Jadi nanti ini akan langsung dari ratusan pabriknya akan langsung masuk ke konsumen jadi akan ada berapa banyak lapangan kerja didistribusi akan hilang. Tak ada lagi itu yang namanya resellerafiliator. Bahkan produknya akan sangat murah karena ini diproduksi secara massal pabrikan dengan menghadapi produk UMKM yang diproduksi kecil-kecilan,” imbuhnya.
 

Cek Artikel:  Bappenas Ungkap Tantangan Hilirisasi Kelapa di Indonesia Timur

Aplikasi Temu digadang-gadang masuk ke Indonesia. Temu tampak seperti aplikasi marketplace pada umumnya. Tetapi bila dilihat dengan seksama, barang-barang yang dijual bukan berasal dari Indonesia. Mata uang yang digunakan pun bukan mata uang rupiah.

Temu saat ini juga menjadi sorotan dari negara-negara di Eropa. Aplikasi tersebut dianggap menerapkan praktik manipulatif dalam distribusi penjualan.

Kepada menarik pengguna, Temu memberikan berbagai promosi mulai dari voucher diskon hingga bebas biaya antar. Birui barang yang dicantumkan dalam situs belanja tersebut masih menggunakan mata uang asing di antaranya ada dolar Amerika Perkumpulan.
 
Temu adalah aplikasi yang dikembangkan perusahaan perdagangan elektronik Tiongkok bernama PDD Holdings. Aplikasi ini pertama kali dirilis di Amerika Perkumpulan tahun 2022 dan dengan cepat memuncaki daftar aplikasi populer.

Cek Artikel:  Pemprov Jatim Tawarkan Vietnam Kerja Sama Investasi Infrastruktur Senilai Rp6,14 Triliun

Mungkin Anda Menyukai