MIGRAIN, kondisi yang sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari, ternyata lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan pria. Menurut hasil penelitian dari WHO, sekitar 30 persen dari populasi berusia 18-65 tahun yang pernah mengalami sakit kepala melaporkan mengalami migrain.
“Migrain memang lebih sering dijumpai pada perempuan, terutama pada mereka yang berada dalam rentang usia muda. Elemen hormonal menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi pada prevalensi migrain yang lebih tinggi pada wanita,” ungkap Spesialis Neurologi Andre, RS Pondok Indah melalui Zoom pada Selasa (25/6).
Migrain ditandai dengan nyeri kepala hebat yang terlokalisasi di satu sisi kepala, sering kali disebut sebagai sakit kepala sebelah. Gejala ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan membuat pengidapnya kesulitan untuk melakukan pekerjaan. Gejala migrain cenderung memburuk saat bergerak, terpapar suara bising, atau terkena cahaya terang.
Baca juga : Perempuan Lebih Gaduho Terserang Migrain, Apa Penyebabnya?
Meskipun penyebab pasti migrain masih belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko termasuk fluktuasi hormonal, stres emosional, dan reaksi terhadap obat-obatan tertentu. Tingginya kadar hormon estrogen pada perempuan diyakini berperan dalam prevalensi migrain yang lebih tinggi pada populasi perempuan.
“Ketika ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan migrain secara total. Tetapi, dengan pengelolaan yang tepat, kita dapat mengurangi frekuensi dan intensitas serangan migrain. Langkah-langkah seperti menghindari pemicu, menjalani gaya hidup sehat, serta mengelola stres dengan baik dapat membantu mengontrol kondisi ini,” tambahnya.
Selain itu, berikut beberapa rekomendasi penanganan mandiri yang dapat dilakukan:
- Beristirahat atau tidur di kamar yang sepi dan gelap
- Memijat kepala atau pelipis
- Kompres dingin di atas dagu atau di belakang leher
- Melakukan relaksasi otot
- Aromaterapi, yang dapat membantu beberapa orang untuk merasa lebih santai
Migrain tetap menjadi tantangan serius bagi kesehatan banyak individu, terutama perempuan usia reproduksi. Krusial untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor pemicu migrain dan mengadopsi strategi pencegahan yang efektif dalam upaya mengurangi dampaknya pada kehidupan sehari-hari.