Human Rights Watch Israel Guna Fosfor Putih Ancam Libanon

Human Rights Watch: Israel Pakai Fosfor Putih Ancam Libanon
Pengeboman Israel yang masif di Libanon.(Al Jazeera)

HUMAN Rights Watch menyatakan bahwa penggunaan fosfor putih secara luas oleh Israel di Libanon selatan mengancam warga sipil. Selain berisiko besar pada keselamatan jiwa, mineral itu juga berkontribusi pada pengungsian.

Mohammad Hammud, 70-an, sedang berada di rumah bersama istrinya di desa perbatasan selatan Libanon ketika pengeboman Israel terjadi. Kali ini serangannya berbeda. “Kebakaran terjadi di depan rumah, tercium bau aneh, kami kesulitan bernapas,” ujarnya melalui telepon dari desanya, Hula, kepada TRT World dilansir Rabu (9/10).

“Kami mengira itu bom biasa. Tetapi ketika tim tanggap darurat tiba, mereka memberi tahu kami bahwa itu fosfor dan membawa kami ke rumah sakit,” sebutnya.

Baca juga : Israel Perluas Serangan Darat di Libanon

Militer Israel dan gerakan Hizbullah yang kuat di Libanon hampir setiap hari saling baku tembak sejak serangan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023 yang belum pernah terjadi terhadap Israel. Libanon menuduh Israel menggunakan fosfor putih dalam serangan yang menurut pihak berwenang telah merugikan warga sipil dan lingkungan. 

Bahaya fosfor putih

Fosfor putih adalah suatu zat yang terbakar jika terkena oksigen dan digunakan untuk membuat tabir asap dan menerangi medan perang. Tetapi amunisi juga dapat digunakan sebagai senjata pembakar dan menyebabkan kebakaran, luka bakar yang parah, kerusakan pernafasan, kegagalan organ, dan bahkan kematian. 

“Penggunaan fosfor putih secara luas oleh Israel di Lebanon selatan menempatkan warga sipil pada risiko besar dan berkontribusi terhadap pengungsian warga sipil,” kata Human Rights Watch dalam laporan yang dirilis Rabu.
Badan pengawas hak asasi manusia tersebut mengatakan pihaknya memverifikasi penggunaan amunisi fosfor putih oleh pasukan Israel di 17 kota, Libanon selatan, sejak Oktober, termasuk lima kota yang diduduki secara tidak sah di wilayah pemukiman padat penduduk.

Cek Artikel:  Bapak Pelaku Penembakan di Sekolah Georgia Ditangkap, Didakwa 14 Tuduhan, Apa Saja?

Baca juga : Kitab Cerita Anak Sebarkan Doktrin Libanon Punya Israel

Militer Israel mengatakan pada Oktober bahwa prosedurnya mengharuskan peluru fosfor putih tidak digunakan di daerah padat penduduk, dengan pengecualian tertentu. “Ini mematuhi dan melampaui persyaratan hukum internasional,” katanya dalam pernyataan. Dia menambahkan bahwa tentara tidak menggunakan peluru semacam itu untuk tujuan menargetkan atau membakar sesuatu.

Kantor Berita Nasional resmi Libanon telah berulang kali melaporkan pengeboman fosfor Israel di Libanon selatan, termasuk dalam beberapa hari terakhir bahkan terkadang menyebabkan kebakaran. Badan tersebut mengatakan peluru fosfor jatuh di antara rumah-rumah warga di Hula pada 28 Januari setelah artileri musuh menargetkan desa tersebut. 

Hammud mengatakan dia dan istrinya, berusia 60-an, dirawat di rumah sakit dekat Mais al-Jabal setelah serangan hari itu. Mereka mendapatkan perawatan termasuk oksigen. 

Baca juga : Hizbullah Dukung Parlemen Libanon Letih Gencatan Senjata dengan Israel

Rumah sakit mengatakan bahwa empat warga sipil, dua di antaranya perempuan, dirawat di perawatan intensif karena kurang oksigen dalam tubuh dan sesak napas parah akibat fosfor putih, termasuk seorang pria berusia 70-an dan seorang wanita berusia 60-an. 

Cek Artikel:  Gali Potensi Kerja Sama, Indonesia Gelar Side Events di IAF ke-2 di Bali

Kementerian Kesehatan Libanon telah mencatat 173 orang menderita paparan bahan kimia akibat fosfor putih sejak Oktober. Tetapi angka ini tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil.

Para dokter di tiga rumah sakit lain di Libanon Selatan mengatakan telah merawat orang-orang yang mengalami gejala pernapasan akibat paparan fosfor putih. 

Baca juga : PBB: 250 Ribu Orang Tinggalkan Libanon ke Suriah

Brian Castner, penyelidik senjata untuk tim krisis Amnesty International, mengatakan penggunaan fosfor putih di wilayah yang dihuni oleh warga sipil dapat merupakan serangan tanpa pandang bulu dan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional. “Apabila warga sipil terluka atau terbunuh, itu bisa menjadi kejahatan perang,” katanya.

Penjaga perdamaian dari Laskar Sementara PBB di Libanon juga mendeteksi ada fosfor putih di dalam lokasi mereka.

Permusuhan lintas batas telah menewaskan lebih dari 450 orang di Libanon, sebagian besar dari mereka ialah pejuang tetapi juga termasuk 88 warga sipil. Israel mengatakan 14 tentara dan 11 warga sipil tewas di sisi perbatasannya. 

Amnesty International tahun lalu mengatakan pihaknya memiliki bukti penggunaan fosfor putih yang melanggar hukum oleh Israel di Libanon selatan antara 10 dan 16 Oktober tahun lalu. “Serangan pada 16 Oktober di desa Dhayra harus diselidiki sebagai kejahatan perang karena serangan tanpa pandang bulu tersebut melukai sedikitnya sembilan warga sipil,” kata Amnesty pada saat itu. 

Cek Artikel:  MA India Perintahkan Pembentukan Gugus Tugas Dokter Nasional, Ini Tugasnya

Gedung Putih menyatakan keprihatinannya atas laporan bahwa Israel menggunakan fosfor putih yang dipasok AS dalam serangan di Libanon. Beirut menyampaikan keluhan kepada PBB bahwa penggunaan fosfor putih oleh Israel membahayakan kehidupan sejumlah besar warga sipil yang tidak bersalah dan menyebabkan degradasi lingkungan yang meluas, karena praktik Israel membakar kawasan hutan di Libanon. 

Penggunaan fosfor putih juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani Libanon Selatan yang mendapati lahan pertanian mereka terbakar dan beberapa di antaranya khawatir akan potensi kontaminasi tanah hingga tanaman. 

Tamara Elzein, sekretaris jenderal Dewan Penelitian Ilmiah Nasional Libanon, mencatat hanya ada sedikit literatur tentang pengeboman fosfor putih berdampak pada tanah. Organisasi tersebut merencanakan pengambilan sampel ilmiah secara luas untuk menilai kontaminasi apa pun, tetapi menunggu gencatan senjata untuk mengirimkan timnya dan melakukan peninjuan tersebut.

Antoine Kallab, direktur asosiasi Pusat Konservasi Alam Universitas Amerika di Beirut, mengatakan kurangnya data menyebabkan kepanikan dan beberapa petani berusaha keras untuk melakukan pengujian. “Krusial bagi kita melakukan pengukuran sesegera mungkin untuk memahami apakah penembakan fosfor putih menimbulkan risiko umum terhadap kesehatan masyarakat, ketahanan pangan dan ekosistem itu sendiri,” pungkasnya. (TRT World/Z-2)

Mungkin Anda Menyukai