Negosiasi Pembebasan Sandera Berjalan Rumit, Netanyahu: Eksis yang Luwes Dilakukan dan Tak

Liputanindo.id – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negosiasi pembebasan sandera dengan Hamas sangat rumit. Netanyahu menegaskan Israel siap menghadapi ancaman apa pun.

“Israel siap menghadapi ancaman apa pun, baik secara defensif maupun ofensif,” kata Netanyahu, dikutip Anadolu, Senin (19/8/2024).

Lewat, kata Netanyahu, negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas berjalan dengan sangat rumit. Menurut Netanyahu, negosiasi itu ada yang bisa dilaksanakan dan tidak bisa dilakukan.

“Kami melakukan negosiasi dan bukan skenario di mana kami hanya memberi dan memberi. Eksis hal-hal yang dapat kami fleksibelkan dan ada hal-hal yang tidak dapat kami fleksibelkan, yang akan kami tegaskan. Kami tahu cara membedakan keduanya dengan sangat baik,” tegasnya.

Cek Artikel:  Senator AS Salahkan Iran atas Kematian Enam Tawanan Israel

Israel telah bersiap menghadapi reaksi dari Iran dan Hizbullah sebagai tanggapan atas pembunuhan baru-baru ini terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan pemimpin militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.

“Di samping upaya besar yang kami lakukan untuk memulangkan para sandera, kami berpegang pada prinsip-prinsip (dari rencana 27 Mei) yang telah kami tetapkan, yang sangat penting bagi keamanan Israel,” tegasnya.

Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya menuntut agar Israel mematuhi persyaratan yang telah disepakati sebelumnya sesuai dengan proposal yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden. Hamas dan faksi-faksi Palestina menolak untuk melanjutkan negosiasi dan memilih untuk melaksanakan kesepakatan yang sudah dilakukan sebelumna.

Cek Artikel:  Israel Lakukan 12 Serangan Udara di Beirut dan Bekaa Valley Libanon

Berdasarkan prinsip 27 Mei, yang dirujuk Netanyahu, prinsip itu melibatkan proposal kepada para mediator Mesir, Qatar dan AS untuk mengendalikan Koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah di perbatasan Gaza-Mesir.

Sementara itu, putaran perundingan terakhir berakhir di Doha pada hari Jumat tanpa terobosan, tetapi proposal baru dibangun “di atas area kesepakatan” dan menjembatani kesenjangan yang tersisa dengan cara yang memungkinkan “implementasi kesepakatan dengan cepat.”

Mungkin Anda Menyukai