WHO Penyebaran Virus Cacar Monyet tidak seperti Covid-19

WHO: Penyebaran Virus Cacar Monyet tidak seperti Covid-19
Petugas kesehatan menyosialisasikan penyakit cacar monyet kepada masyarakat di Puskesmas Kedaung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/11/2023).(ANTARA/SULTHONY HASANUDDIN)

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, virus mpox atau cacar monyet yang ditularkan melalui kontak kulit tidak sama penularannya dengan virus Covid-19 yang ditularkan melalui udara, dan keduanya tidak menyebar dengan cara yang sama.

Direktur Departemen Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO, Maria Van Kerkhove baru-baru ini berbicara tentang virus mpox selama program yang diadakan di media sosial X dengan ketua tim Manajemen Kasus Dirikut Kantor Regional WHO untuk Afrika, Otim Patrick Ramadan.

Kerkhove mengatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak menemukan kesamaan situasi perkembangan virus korona dengan cacar monyet.

Baca juga : WHO Kembali Tetapkan Mpox Sebagai Kegawatdaruratan Mendunia, Ini Gejalanya

“Kami tidak melihat situasi yang sama terjadi,” kata Kerkhoveaid, mengutip Anadolu, Jumat (23/8).

“Siapa pun bisa tertular mpox, jika anda melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi. Tetapi, itu tidak berarti semua orang akan tertular mpox,” imbuhnya.

Cek Artikel:  Tuberkolusis hingga Rokok, Masalah Kesehatan Paru Harus Mendapat Perhatian Spesifik dari Pemerintah Mendatang

Kerkhoveaid menyebutkan, Penularan virus SARS-CoV-2 melalui udara yang cepat dan efisien, yang menyebabkan penyebaran covid-19 secara global. Hal itu menyoroti perbedaan signifikan dalam cara virus ini beroperasi dibandingkan dengan virus lainnya.

Baca juga : WHO Sarankan Vaksinasi Terarah Kepada Atasi Wabah Cacar Monyet 

“Terdapat banyak hal yang dapat kita lakukan dengan informasi yang tepat, dengan menghentikan transmisi dengan berbagai cara,” ungkap dia.

Menurut WHO, Mpox adalah penyakit virus yang dapat menyebar melalui kontak langsung serta melalui permukaan yang terkontaminasi seperti seprai, pakaian dan jarum.

Sementara itu, Patrick Ramadan menegaskan bahwa mpox dapat menyerang siapa saja.

Baca juga : Perubahan dan Tantangan Mpox: Evolusi, Penyebaran, dan Tindakan Mendunia

“Kami melihat penularan di tingkat masyarakat yang berdampak pada anak-anak, namun kami juga melihat orang dewasa yang juga terkena dampaknya,” tutur dia.

Cek Artikel:  TEDxLSPR 2024, Stories of Impact Bertukar Narasi tentang Kesehatan Mental

“Ketika ini, di kawasan Afrika, kita mengalami wabah aktif di 13 negara, dan di 13 negara ini, kita melihat banyak orang terdampak.”

“Menyebut 30 persen kasus di Burundi dan negara tetangga Republik Demokratik Kongo, tempat wabah tersebar luas, ditemukan pada mereka yang berusia di bawah 18 tahun, ini mengkhawatirkan.”

Baca juga : WHO: Cacar Monyet Bukan lagi Darurat Kesehatan Mendunia

Ramadan menekankan bahwa vaksinasi merupakan sarana kesehatan masyarakat tambahan untuk membendung virus mpox, dan dia menyesalkan bahwa jumlah vaksin yang tepat tidak dapat dicapai di Afrika.

Mengingat bahwa WHO saat ini merekomendasikan penggunaan vaksin MVA-BN dan LC16 terhadap mpox, Ramadan menegaskan pentingnya vaksinasi yang ditargetkan bagi mereka yang berisiko dan berisiko tinggi penularan.

Minggu lalu, WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional dan kontinental.

Cek Artikel:  Masuk Tahap Penjurian, Pemenang Lomba Foto Pesta Rakyat DBL Segera Diumumkan

Menurut angka terbaru CDC Afrika, sebanyak 17.541 kasus mpox dan 517 kematian sejauh ini telah dilaporkan dari 13 negara Afrika.

Republik Demokratik Kongo, episentrum wabah saat ini, menyumbang 96 persen dari semua kasus dan 97 persen dari semua kematian yang dilaporkan sepanjang 2024.

Kongo telah mencatat 16.700 kasus mpox yang terkonfirmasi atau diduga, termasuk lebih dari 570 kematian.

Afrika Selatan mencatat 24 kasus terkonfirmasi, termasuk tiga kematian, dan Kamerun mencatat lima kasus terkonfirmasi, termasuk dua kematian.

Burundi melaporkan lebih dari 100 kasus, sementara Nigeria memiliki 39 kasus, Liberia memiliki lima kasus, Rwanda memiliki empat kasus, Pantai Gading dan Uganda masing-masing memiliki dua kasus, dan Kenya memiliki satu kasus terkonfirmasi. (Z-6)

Mungkin Anda Menyukai