Indonesia Minta Komunitas Global Desak Israel Hentikan Kekerasan di Gaza

Indonesia Minta Komunitas Internasional Desak Israel Hentikan Kekerasan di Gaza
Kondisi di Gaza.(Al Jazeera)

INDONESIA terus mendukung seruan internasional yang menginstruksikan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Jalur Gaza, Palestina. Ini disampaikan terkait setahun agresi Israel itu. 

“Kita akan terus-menerus melakukan desakan dan engambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengingatkan bahwa akar permasalahannya adalah penyelesaian isu Palestina,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Roy Soemirat, Minggu (6/10).

Dia menambahkan Menteri Luar RI pada Sidang Majelis Lumrah PBB ke-79 pada Sabtu (28/9) menyatakan bahwa Libanon menjadi Gaza baru bagi Israel. Oleh karena itu, Indonesia akan terus mendorong seluruh pihak dan komunitas internasional untuk terus mendesak Israel menghentikan tindakan kekerasan.

Baca juga : Biaya Genosida Gaza Terlalu Tinggi, Krisis Ekonomi Israel Memburuk

“Beberapa hari terakhir, Israel melakukan serangan masif, skala yang sangat besar kepada Libanon. Ini menunjukkan bahwa yang dikhawatirkan akan dapat terus terjadi. Konflik Gaza akan meluas ke seluruh wilayah sekitar,” sebutnya.

Dia menambahkan bahwa yang menjadi perhatian ialah mengupayakan agar negara-negara yang belum mengakui Palestina agar segera memberikan pengakuan terhadap Palestina. “Kita yakin bahwa pengakuan negara Palestina saat ini akan memberikan pengaruh besar terhadap dinamika di kawasan, khususnya terkait penyelesai konflik di palestina,” sebutnya.

Cek Artikel:  Enam Metode Maksimalkan Pengalaman Umrah di Mekah

Selain itu, pihaknya mendorong keanggotaan Palestina di PBB. Terlebih, untuk pertama kali Palestina dapat bergabung dengan negara anggota PBB yang lain pada sesi ke-79 sidang Majelis Lumrah PBB tahun ini.

Baca juga : Setahun Genosida Israel di Gaza, 814 Masjid dan 3 Gereja Hancur

“Kita menyambut baik perkembangan terakhir Palestina dapat duduk bersama dengan negara anggota PBB yang lain, tentu dengan batasan hak dan kewajiban. Itu juga masih terus dipertanyakan oleh Dewan Keamanan PBB,” lanjutnya.

Dalam Sidang ke-79 Majelis Lumrah  PBB yang berlangsung sepanjang September lalu, katanya, isu Palestina dan agresi Israel ke Jalur Gaza serta konflik di Timur Tengah menjadi topik utama. “Hal ini akan memberikan dampak perbedaan mengenai status nilai tawar Palestina di hadapan negara-negara anggota PBB yang lain. Kita akan terus mendorong agar mereka dapat memperoleh kedudukan status yang sama di PBB,” terangnya.

Cek Artikel:  Tembus 19.710 Kasus, Kongo Akan Terima Vaksin Mpox Tahap Pertama 5 September

Diketahui, para pemimpin dunia juga menyampaikan kecaman kepada Israel dan desakan agar peperangan di Timur Tengah dihentikan dari mimbar Majelis Lumrah PBB tersebut.

Baca juga : Israel Serang Sekolah Gaza saat Salat Subuh, Indonesia Mengutuk Palestina Tuntut AS

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dengan tegas mengungkapkan kemunafikan Israel di hadapan sidang pada 28 September. “Kemarin PM Netanyahu menyatakan, Israel ingin damai. Israel mendamba perdamaian. Apa benar? Bagaimana mungkin kita akan percaya pernyataan itu?” kata Menlu merujuk pada pidato yang disampaikan Netanyahu sehari sebelumnya.

“Kemarin, saat dia di sini, Israel melakukan serangan udara besar-besaran terhadap Beirut yang belum pernah terjadi. PM Netanyahu ingin perang berlanjut,” ujar Retno pada Debat Lumrah High-Level Week Sidang Majelis Lumrah PBB ke-79 pada Sabtu (28/9). 

Cek Artikel:  Soal Tuduhan Terlibat Ledakan Pager di Lebanon, Hungaria: Perusahaan Itu Perantara Perdagangan

Retno juga mendorong negara-negara Member Tetap Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan konkret menghentikan pelanggaran hukum internasional oleh Israel dan kekebalan Israel dari hukum tersebut. “Mandat DK PBB adalah untuk menciptakan perdamaian, bukan melanggengkan perang atau bahkan mendukung pelaku perang itu sendiri,” sebutnya.

Ia mendorong kepemimpinan tanpa hegemoni, yaitu suatu kepemimpinan global yang nyata dan memandu tindakan bersama dengan mendengarkan kepentingan semua pihak, memajukan kolaborasi dan harapan.​ Dalam hal ini, ia mengusulkan tiga prioritas kunci. Pertama, memajukan perdamaian melalui perdamaian yang inklusif. Kedua, memastikan masa depan yang berketahanan dengan tercapainya kesejahteraan bersama. Ketiga, membangun jembatan guna memastikan kolaborasi global.

Ketiga hal ini telah dilaksanakan Indonesia melalui kiprah di dunia internasional. Sejarah membuktikan bahwa Indonesia selalu menyuarakan kepentingan negara-negara Mendunia South, antara lain melalui penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Selama 10 tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan kepemimpinan yang solutif dalam merespons permasalahan global. (Z-2)

Mungkin Anda Menyukai