Pertusis, yang dikenal sebagai batuk rejan, adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernapasan dan paru-paru.
Gejalanya meliputi batuk rejan, pilek, demam, serta kelelahan. Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Anggraini Alam menyatakan, jika pertusis tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kelumpuhan pada saluran pernapasan, sehingga batuk tidak efektif mengeluarkan dahak akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri penyebabnya.
“Bakteri ini memiliki lima jenis racun yang dapat menyebabkan saluran pernapasan kita menjadi lumpuh, sehingga tidak mampu mengeluarkan dahak. Akibatnya, bakteri terus berkembang dan dahak semakin menumpuk,” ungkap Anggraini dalam sebuah diskusi kesehatan yang diselenggarakan oleh IDAI, Jumat (23/8).
Baca juga : Kenali Jenis Batuk, Waspada Apabila Kerap Terjadi pada Malam Hari
Anggraini menjelaskan bahwa batuk yang diakibatkan oleh pertusis bukanlah batuk ringan biasa, tetapi batuk yang berlangsung berbulan-bulan, dikenal sebagai batuk 100 hari.
Gejala ini umumnya dialami oleh bayi di bawah usia satu tahun, yang seringkali disertai batuk hingga wajah memerah.
Dalam kondisi yang lebih parah, gejala tersebut bisa mengakibatkan henti napas, perdarahan di mata, infeksi paru, serta kejang akibat tekanan dari batuk yang terus menerus.
Baca juga : Lonjakan Kasus TB Terjadi Karena Minim Deteksi
Sayangnya, menurut Anggraini, diagnosis pertusis seringkali baru ditegakkan setelah batuk berlangsung selama tiga minggu tanpa henti, sehingga pasien biasanya sudah berada pada tahap lanjut penyakit.
“Apabila ada batuk yang berkepanjangan dengan demam yang tidak terlalu tinggi, disertai pilek, kemungkinan besar itu adalah pertusis. Terlebih lagi jika batuk disertai muntah. Penanganan segera sangat penting untuk mencegah kondisi semakin memburuk,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anggraini menjelaskan bahwa penyakit pertusis berkembang melalui tiga tahap. Tahap pertama menyerupai batuk pilek biasa yang sering tidak diwaspadai.
Baca juga : Penyebab Terbentuknya Dahak di Tenggorokan dan Metode Menghilangkannya
Tahap kedua adalah ketika batuk semakin parah dan berlangsung berbulan-bulan, sering disertai muntah. Tahap penyembuhan juga memerlukan waktu yang cukup lama.
Pada tahap kedua, gejala pada anak sering kali didiagnosis sebagai TBC atau alergi, yang dapat menyebabkan perkembangan paru-paru terganggu.
Batuk hebat juga bisa menyebabkan patah tulang, hernia menjadi lebih parah, serta anak mengalami kekurangan gizi.
Baca juga : Obat OTC Dapat Menjadi Pilihan Redakan Gangguan Ringan Batuk
“Pada akhirnya, kita bisa mendapati anak yang enggan makan dan minum, mengalami kekurangan gizi, perdarahan otak, kekurangan oksigen, kejang-kejang, hingga kerusakan otak yang bisa berujung pada kematian,” kata Anggraini.
Kepada penanganan terbaik, Anggraini menyarankan agar segera mencari perawatan medis di fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan obat yang bisa mengurangi racun dari bakteri pertusis dan menekan penularan serta mengatasi batuk. Ia juga menekankan pentingnya memperbanyak minum air.
Selain itu, pemeriksaan lebih lanjut perlu segera dilakukan jika anak mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh, guna menegakkan diagnosis lebih dini. (Z-10)