TENAGA layanan perpustakaan berperan penting sebagai garda terdepan dalam memastikan keberhasilan perpustakaan. Dibutuhkan langkah strategis dalam menghadapi perubahan dan tuntutan masyarakat terhadap layanan perpustakaan untuk menjadi lebih modern, responsif, dan inovatif.
Sekretaris Penting Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), Joko Santoso mengatakan pustakawan memiliki peran sebagai seorang pendongeng atau pencerita. Menurutnya, pustakawan bukan sekadar penyedia informasi, tetapi juga seorang pencerita yang mampu memantik diskusi dan memberikan pengetahuan melalui narasi.
“Pustakawan dapat menyampaikan kisah-kisah inspiratif yang bukan hanya relevan dalam dunia sastra, tetapi juga dalam bidang bisnis, hukum, kedokteran, dan Pendidikan dan lainnyaz Keberhasilan atau kegagalan perpustakaan sangat bergantung pada pustakawan,” ungkapnya di Jakarta pada Kamis (3/10).
Baca juga : Komisi X DPR RI Setujui Pagu Indikatif Perpusnas Sebesar Rp721,1 Miliar
Joko mengatakan dengan mengedepankan tutur atau cerita, hal itu dapat menjadi peranan penting dalam mempromosikan koleksi perpustakaan.
“Melalui narasi yang menarik, pustakawan dapat membuat pengunjung tertarik pada buku yang mungkin sebelumnya kurang diminati,” katanya.
Lebih lanjut, Joko menyinggung bahwa di beberapa negara, perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai sarana peminjaman buku, tetapi juga ‘meminjamkan’ manusia merujuk pada konsep human library. Dikatakan ini adalah wujud nyata bagaimana perpustakaan berkembang tidak hanya secara fisik, tetapi juga melalui interaksi manusia.
Baca juga : Desy Ratnasari Harap Eksis ‘Obat’ untuk Atasi Tantangan Literasi Baca Indonesia
“Perpustakaan menyelenggarakan acara di mana para pembaca dapat meminjam pustakawan yang berfungsi sebagai buku terbuka dan melakukan percakapan yang biasa tidak dapat mereka akses,” jelasnya.
Atas dasar itu, Joko menegaskan pustakawan memiliki peran penting yang tidak bisa digantikan oleh teknologi.
“Pustakawan yang mampu bercerita dengan baik dapat menghidupkan koleksi perpustakaan, menciptakan pengalaman yang mendalam bagi pengunjung,” tegasnya.
Baca juga : Baru 5,6% Perpustakaan di Indonesia yang Kantongi Akreditasi
Puteri Indonesia DKI Jakarta 3 2023 Karisha Alifputri menjelaskan pesatnya perkembangan pengguna sosial media di Indonesia kini mencapai hampir 180 juta, sehingga penting untuk mendekatkan literasi melalui peran sosial media dalam menyebarkan informasi, khususnya di kalangan anak muda.
“Bisa kita bayangkan, jika infrastruktur internet dapat menjangkau pelosok negeri, maka angka pengguna ini akan semakin meningkat dan potensi untuk mendistribusikan informasi berkualitas pun akan lebih besar,” katanya.
Karisha menjelaskan penyebaran informasi dan advokasi literasi dapat memanfaatkan berbagai platform media sosial, seperti facebook, youtube, instagram dan TikTok, sehingga perpustakaan bisa berperan aktif di sini.
Baca juga : Menumbuhkan Minat Baca Dengan Gerakan PM
“Mungkin kita sering melihat TikTok sebagai hiburan, tapi sebenarnya platform ini memiliki potensi besar untuk menarik minat anak muda datang ke perpustakaan,” tambahnya,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting menyampaikan bahwa perpustakaan saat ini dituntut untuk terus berinovasi dan memperkuat kolaborasi guna menghadapi perubahan di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
“Perhimpunan Komunikasi ini hadir untuk meningkatkan kolaborasi dan koordinasi antar tenaga layanan perpustakaan, agar dapat memberikan layanan yang relevan dan berkualitas kepada masyarakat,” ungkapnya. (Dev/M-4)