Smelter terbaru milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur telah beroperasi. (Foto: Dok. Freeport Indonesia)
Gresik: Smelter terbaru milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur telah resmi beroperasi. Sejak diresmikan pada September 2024, smelter tersebut sudah memproduksi katoda tembaga hingga saat ini.
PT Freeport Indonesia menyelesaikan pembangunan produksi smelter terbaru di Gresik, Jawa Timur pada September 2024. Produksi smelter kedua Freeport diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Peresmian tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pihak dari direksi PT Freeport Indonesia, Freeport McMoRan, dan sejumlah menteri dari Kabinet Indonesia Maju.
Smelter ini memiliki kapasitas input sebesar 1,7 juta ton konsentrat tembaga. Smelter kedua dari PT Freeport Indonesia merupakan smelter single line terbesar yang ada di dunia.
Kini, smelter terbaru Freeport sudah beroperasi dan memulai produksi katoda tembaga. Dengan beroperasinya Smelter ini, menjadikan Freeport Indonesia sebagai perusahaan tambang tembaga terintegrasi dari hulu hingga hilir terbesar di dunia.
“Dari tambang tembaga bawah tanah terbesar di dunia, di Papua, dimurnikan di Smelter single line tembaga terbesar di dunia. Menjadikan Freeport Indonesia sebagai perusahaan tambang tembaga terintegrasi hulu hilir terbesar di dunia,” kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas.
Smelter ini berperan penting mewujudkan fondasi hilirisasi mineral tembaga yang mendorong terciptanya nilai tambah, menumbuhkan beragam industri turunan dan membuka kesempatan lapangan kerja masyarakat.
“Hari ini kami telah mencapai sejarah penting dalam perjalanan menjadi perusahaan tambang tembaga terintegrasi dari hulu ke hilir,” kata Tony.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas. (Foto: Dok. Freeport Indonesia)
Sebelumnya, Tony Wenas juga mengungkapkan nilai tambah utama dari smelter kedua tersebut saat acara peresmian. Menurutnya, smelter ini memiliki nilah tambah, yakni menyuplai ketersediaan katoda tembaga di dalam negeri agar dapat mendukung kemajuan industri. Smelter ini disebut dapat menghasilkan 600-700 ribu katoda tembaga.
“Smelter ini menghasilkan katoda tembaga yang menjadi bahan baku pabrik kabel, mobil listrik, dan lain sebagainya. Jadi inilah nilai tambah yang paling besar yaitu pembentukan ekosistem dari renewable energy dan kendaraan listrik,” kata Tony Wenas.
Meski proses refinery tembaga tidak terlalu banyak mengubah nilai jual, produksi smelter ini mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. “Dari segi proses refinery dari konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga nilai tambahnya tidak terlalu besar. Meski demikian, yang lebih penting adalah itu ketersediaan katoda tembaga di dalam negeri,” imbuh Tony.
Smelter baru tersebut diperkirakan dapat memproduksi 1 juta ton tembaga yang terdiri dari 650 ribu ton oleh PT Freeport dan 350 ribu ton oleh PT Smelting. Selain katoda tembaga, PT Freeport Indonesia juga memproduksi emas, perak, platinum, dan palladium dari smelternya.