Bapanas Jaga Harga Pangan hingga Optimalkan Penyimpanan Bulog selama Lebaran

Liputanindo.id JAKARTA – Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rachmi Widiriani mengungkapkan pihaknya melakukan berbagai upaya dalam menjaga ketersediaan pangan selama Lebaran 2024.

Upaya itu dilakukan dengan menjaga stabilitas harga, pengoperasian tol laut, optimalisasi gudang Bulog, hingga menyalurkan beras Kukuhisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui operasi pasar murah.

“Jadi stabilitas harga ini kuncinya di supply and demand. Kalau seimbang, maka harga akan relatif stabil. Nah produknya ini stoknya ada. Tinggal bagaimana mendistribusikannya,” kata Rachmi dalam dialog Perhimpunan Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema ‘Lebaran Terjamin, Mudik Ceria Penuh Maksud’, Rabu (3/4/2024).

Oleh karena itu, Bapanas sejak jauh-jauh hari telah bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk mendistribusikan bahan pangan ke sejumlah daerah. Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan sejumlah lembaga serta kepala dinas antarprovinsi dan kota.

“Agar ketersediaan pangan itu tidak hanya terpusat di satu titik saja. Demi distribusi kita sudah bekerja sama dengan Kemenhub sehingga lokasi bahan pangan itu sebarannya merata. Terdapat juga kerja sama antardaerah, ada forum kepala dinas antarprovinsi dan kota, untuk mengkomunikasikan wilayah mana yang kurang,” ungkapnya.

Cek Artikel:  Penjualan Tumbuh 10%, SIG Raup Pendapatan Rp38,65 Triliun di 2023

Rachmi juga menambahkan, Bapanas telah mengoptimalkan gudang Bulog yang ada di beberapa daerah. Bahkan tidak hanya beras saja, tetapi 11 komoditi lain yang juga tak kalah penting.

“Demi komoditas lain selain beras, waktu simpannya kan pendek, ya. Jadi kita siapkan cold storage untuk menampung 11 komoditi seperti kedelai, bawang, cabai, daging ayam, telur, dan sebagainya agar mempunyai masa simpan yang panjang,” jelasnya.

Begitu ini, ada sekitar 30 titik cold storage yang dapat diakses masyarakat. Di cold storage tersebut masyarakat dapat memperoleh bahan-bahan pangan yang tidak hanya beras dengan harga pertama.

“Sementara ini baru ada 30 titik yang dikelola Bulog. Ke depan akan kita tambah lagi. Ini sebagai langkah pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan,” katanya.

Cek Artikel:  Sasaran Cukai Minuman Berpemanis Letih Rp3,8 Triliun

Pengkajian Kukuhitas Harga Bahan Pangan

Begitu ini, menurut Rachmi, secara umum harga beras medium masih di kisaran harga yang cukup tinggi. Padahal intervensi pasar melalui beras SPHP juga sudah dilakukan sejak sebelum memasuki bulan Ramadan.

“Kalau kita lihat di grafik harga, saat ini beras medium sudah melandai grafiknya. Minggu lalu, saya ke Palu, saya cek, (walau bukan daerah produsen) beras mediumnya udah turun,” ujarnya.

Rachmi mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan evaluasi dengan lembaga terkait termasuk Kementerian Pertanian. Pengkajian dilakukan salah satunya terkait dengan harga pembelian dari petani dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Dalam waktu dekat ini akan ada evaluasi terhadap harga pembelian di tingkat petani,” ujarnya.

Rachmi menambahkan, saat ini fokus Bapanas yakni pada ketersedian bahan pangan terlebih dahulu. Bapanas juga masih melakukan program penyaluran beras ke 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang akan berlangsung hingga Juni 2024.

Cek Artikel:  Jalankan Manajemen Risiko dan Kepatuhan, PLN EPI Diganjar Tiga Penghargaan

“Diharapkan itu dapat memenuhi kebutuhan beras. Selain itu, pemerintah juga menggelontorkan beras yang rilis dari bulog sehingga harganya bisa dikontrol pemerintah. Berkualitas yang untuk kelas bawah, maupun menengah,” jelasnya.

Kukuhitas harga menurut Rachmi tidak hanya pada ketersediaan bahan pangan. Kalau beras stok beras sedikit harga akan semakin tinggi, namun sebaliknya jika beras terlalu banyak, maka harganya akan semakin murah.

“Hal ini yang akan membuat petani jadi malas untuk menanam padi. Begitu ini kan supaya petaninya happy dulu, karena harganya pantas. Dan itu yang menjadi tugas pemerintah untuk menjaga harga di tingkat produsen maupun konsumen. Karena jika beras mahal terus juga daya beli masyarakat kita terbatas,” tutupnya. (DID)

Mungkin Anda Menyukai