Liputanindo.id – CEO Meta, Mark Zuckerberg, menuduh Amerika Perkumpulan memberi tekanan kepada platform media sosial untuk menyensor konten COVID-19 tertentu selama pandemi. Mark mengklaim tekanan itu juga dikeluarkan oleh Gedung Putih selama berbulan-bulan.
“Pada tahun 2021, pejabat senior dari Pemerintahan Biden, termasuk Gedung Putih, berulang kali menekan tim kami selama berbulan-bulan untuk menyensor konten COVID-19 tertentu, termasuk humor dan satir, dan mengungkapkan banyak rasa frustasi dengan tim kami ketika kami tidak setuju,” kata Mark, dikutip Reuters, Selasa (27/8/2024).
Lampau, kata Mark, tekanan yang diberikan pemerintah AS itu membuat Meta membuat keputusan akhir untuk menghapus konten dan bertanggung jawab atas perubahan kebijakan COVID-19 di bawah tekanan.
“Saya yakin tekanan pemerintah itu salah dan saya menyesal bahwa kami tidak lebih vokal tentang hal itu,” tegasnya.
Selain itu, Mark juga menyadari keputusan itu mengorbankan standar konten mereka karena tekanan yang diberikan. Mark pun menegaskan bila di masa depan terjadi hal serupa, dia akan dengan tegas melawan segala bentuk tekanan yang muncul.
Imbas dari tekanan tersebut, Mark pun memutuskan untuk menarik dana tambahan untuk mendukung infrastruktur elektoral melalui Chan Zuckerberg Initiative, organisasi filantropisnya. Mark menjelaskan bahwa sumbangan itu dianggap menuntungkan satu pihak.
“Tujuan saya adalah bersikap netral dan tidak memainkan peran apa pun atau bahkan tampak memainkan peran. Jadi saya tidak berencana untuk memberikan sumbangan serupa pada siklus ini,” tegasnya.