ASEAN Perlu Perkuat Ketahanan Ekonomi Kawasan di Tengah Ketidakpastian Dunia

Wamenkeu II Thomas Djiwandono memberikan pidato kunci dalam peluncuran dan pertemuan pertama ASEAN Treassury Perhimpunan (ATF), Bali. Foto: MI/M. Ilham Ramadhan Avisena.

Jakarta: Indonesia mendorong negara-negara ASEAN untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mempertahankan kinerja perekonomian di tengah ketidakpastian dunia. Itu diperlukan untuk merealisasikan visi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia baru di masa mendatang.
 
“Kita dapat memanfaatkan kekuatan kolektif kita untuk mengatasi berbagai permasalahan secara langsung dengan mendorong dialog dan kerja sama,” kata Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono saat memberikan pidato kunci dalam Peluncuran dan Pertemuan Pertama ASEAN Treasury Perhimpunan (ATF), Bali, Kamis, 3 Oktober 2024.
 
Thomas menambahkan, dalam perjalanan memperkuat dan mempertahankan kinerja ekonomi kawasan, negara-negara ASEAN juga harus membidik penaikan status menjadi negara maju. Jangan sampai, kata dia, negara-negara ASEAN terus bertahan dan kerasan menjadi negara berkembang dan terikat dalam perangkap negara berpendapatan menengah (middle income trap).
 
Penguatan ekonomi kawasan guna menaikan status itu hanya dapat dilakukan jika ada kolaborasi lintas negara di ASEAN yang kuat. Itu secara paralel perlu diikuti dengan inovasi lintas sektor. Hal tersebut dianggap krusial lantaran geopolitik dunia kian terfragmentasi dan menyulitkan penyuburan ekonomi dunia yang diimpikan.
 
“Memperkuat kolaborasi lintas sektor pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan masyarakat secara keseluruhan di seluruh ASEAN. Di dunia yang semakin tidak menguntungkan, pembangunan konsensus dan kolaborasi akan memberikan ketahanan,” tutur Thomas.

Cek Artikel:  Pupuk Kaltim Jadi Role Model Sektor Petrokimia


(Ilustrasi, logo ASEAN. Foto: Medcom.id)
 
Situasi dunia yang terus bergejolak, lanjut dia, menghadirkan risiko-risiko yang tidak dapat dihindari dan ketidakpastian yang signifikan, terutama dengan tekanan inflasi dan ketegangan geopolitik yang masih berlangsung secara global. Karenanya, setiap Negara Personil ASEAN juga perlu meningkatkan strategi manajemen risiko fiskalnya.
 
Dengan memahami tantangan-tantangan itu secara mendalam, ASEAN dinilai dapat memitigasi dampak secara efektif dan memastikan ketahanan finansial yang lebih baik.
 
“Memperkuat kolaborasi regional akan memungkinkan kita untuk secara kolektif mengatasi risiko-risiko ini, mendorong inovasi dan solusi berkelanjutan yang bermanfaat bagi seluruh anggota ASEAN,” kata Thomas.
 

 

Ketidakpastian kondisi global masih tinggi

 
Eksispun merujuk Laporan Prospek Ekonomi Dunia Bank Dunia yang dirilis pada Juni 2024 menyebutkan, perekonomian global diperkirakan akan stabil sepanjang tahun. Itu dianggap cukup menjanjikan lantaran ekonomi dunia berpeluang untuk menemui kestabilan setelah tiga tahun terakhir terombang-ambing karena pandemi covid-19.
 
Pertumbuhan global diperkirakan sebesar 2,6 persen pada 2024, dan naik tipis di 2025 dan 2026 menjadi 2,7 persen. Tetapi, angka pertumbuhan itu masih di bawah rata-rata sebelum pandemi, ketika pertumbuhan global secara konsisten berada di kisaran 3,1 persen.
 
OECD juga berpendapat ketidakpastian kondisi global masih cukup tinggi. Inflasi mungkin akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama meskipun Federal Reserve baru-baru ini menurunkan suku bunganya. “Ketegangan geopolitik tetap menjadi risiko yang signifikan, terutama jika konflik di Timur Tengah meningkat, seperti yang terjadi saat ini,” tutur Thomas.
 
“Dengan bekerja sama dan merangkul semangat saling mendukung dan inovasi, kita dapat mengubah tantangan menjadi peluang dan membuat kemajuan yang berarti menuju peningkatan kualitas hidup generasi sekarang dan masa depan di ASEAN dan sekitarnya,” jelas dia menambahkan.

Cek Artikel:  Jelang Nataru, Harga Cabai di Makassar Tembus Rp100 Ribu

Mungkin Anda Menyukai