Banyak Negara Nyontek Program Prakerja RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Arsip Kemenko Perekonomian

Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan keberhasilan program Kartu Prakerja.

 

Dia menyebut, program itu telah mendapatkan banyak penghargaan dan bahkan dilirik negara-negara lain untuk direplikasi di negara mereka.

 

Selama lima tahun terakhir, program ini telah bermanfaat bagi 18,9 juta rakyat Indonesia.

 

“Kartu prakerja itu adalah sebuah kegiatan awal untuk selalu belajar. Memang pas kelas sekolah tidak banyak masyarakat kita yang melakukan pelatihan. Seperti yang masuk dalam survei Kartu Prakerja, hampir lebih dari 90 persen penerima tidak pernah mendapatkan atau mengikuti pelatihan pas kelas sekolah, dimanapun tingkatannya. Jadi sebetulnya moral of the story-nya adalah lifelong learning selalu dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan zaman, perubahan teknologi, dan kita berada pada periode dimana inovasi dan disrupsi sangat deras, apapun sektornya,” ujar Airlangga dalam Temu Alumni Kartu Prakerja yang digelar di Graha Sawala Kemenko Perekonomian, seperti dikutip dari laman Ekon, Kamis, 3 Oktober 2024.

Cek Artikel:  Bikin Ngiler! Habis Jadi Presiden, Segini Fulus Pensiunan Jokowi

 

Tak kurang dari 150 alumni Kartu Prakerja dari 38 provinsi hadir dalam pertemuan tersebut. Para alumni yang hadir tersebut mewakili para penerima Kartu Prakerja yang tersebar di 514 kabupaten/kota di Indonesia.
 


Ilustrasi Program Prakerja. Foto: Arsip Prakerja

Program Kartu Prakerja menjangkau secara luas

 

Tak hanya menjangkau secara luas, salah satu program andalan Kemenko Perekonomian ini juga inklusif karena diikuti oleh perempuan, anak muda, keluarga miskin, purna PMI, penyandang disabilitas, maupun yang tinggal di daerah 3T.

 

Airlangga mengatakan bahwa tidak ada institusi pendidikan manapun yang dapat melakukan pelatihan kepada 18,9 juta dalam waktu sekitar empat tahun.

 

Program Kartu Prakerja juga terbukti membantu mengatasi tantangan yang ada dalam tenaga kerja di Indonesia.

 

“Tentu salah satu tantangan ke depan adalah the future of work. Tantangan ke depan adalah berubahnya demand, berubahnya pasar kerja, berubahnya pekerjaan. Nah, itu menentukan bahwa generasi muda ini perlu punya fleksibilitas untuk menata karir baru, job switching, maupun pembukaan pekerjaan-pekerjaan yang akan ada di depan. Sehingga tentu sangat butuh informasi yang ada di Kartu Prakerja dalam bentuk informasi. Jadi, on demand job dan on demand requirement itu sangat diperlukan, dan satu-satunya program yang bisa tailor made on demand sesuai dengan keinginan adik-adik semua itu tersedianya di Kartu Prakerja,” jelas Airlangga.

Cek Artikel:  Harga Emas Terbang Rp12 Ribu pada Sabtu 21 September 2024

 

Airlangga pun mengeklaim, Kartu Prakerja telah berhasil menjangkau seluruh masyarakat hingga ke pelosok negeri serta telah mendapatkan apresiasi dan berbagai penghargaan.

 

Ia menyebutkan, Kartu Prakerja diapresiasi oleh ADB, UNDP, Bank Dunia, Ratu Maxima dari Belanda, dan Ekonomi Amerika Jeffrey Sachs.

Kemudian Kartu Prakerja juga terpilih sebagai SDG Action yang dipresentasikan di Markas Besar PBB pada tahun 2023 dalam rangkaian SDG Summit karena study menunjukkan bahwa 8 dari 17 pilar SDG diakselerasi oleh Kartu Prakerja.

 

Selain itu, Kartu Prakerja juga memperoleh penghargaan dari UNESCO yaitu Wen Hui Award tahun 2020-2023, yang merupakan penghargaan pertama yang diperoleh oleh Indonesia setelah 12 tahun kompetisi tersebut dilakukan.

Cek Artikel:  Mentan Amran: Lahan Rawa Pandai Tanam Padi di Merauke 44,7 Ribu Ha

Dalam penghargaan tersebut Prakerja dianggap sebagai inovasi pendidikan yang terpuji se-Asia Pasifik. Kemudian, Prakerja juga dinilai telah mencapai Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Level 5, dan baru saja Kartu Prakerja juga memperoleh penghargaan GovCyber Inovator karena dorongan terhadap cyber security.

 

“Menuju Indonesia emas kita tetap membutuhkan pelatihan sebagai bagian daripada pendidikan. Di berbagai negara sudah ada berbagai Kementerian langsung yang menangani pelatihan dan reskilling dan upskilling. Jadi, ini adalah sebuah prasarana yang diperlukan untuk mengurangi gap antara mereka yang baru lulus pendidikan dengan demand side daripada pekerjaan,” uangkap Airlangga.

Mungkin Anda Menyukai