Pertanian Organik Prinsip, Manfaat, dan Potensi Besar bagi Ketahanan Pangan Indonesia

Pertanian Organik: Prinsip, Manfaat, dan Potensi Besar bagi Ketahanan Pangan Indonesia
Ilustrasi – Pertanian organik merupakan sistem produksi yang memanfaatkan bahan alami tanpa zat kimia sintetis, yang bertujuan menjaga kesehatan ekosistem dan menghasilkan pangan berkualitas. (MI/Widjajadi)

PERTANIAN organik adalah sistem produksi pertanian yang komprehensif dan terintegrasi. Pertanian organik yang secara alami meningkatkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem, sehingga dapat menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

Secara sederhana, pertanian organik memanfaatkan bahan alami tanpa menggunakan zat kimia.

Di Indonesia, terdapat berbagai jenis tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan dengan metode ini, seperti padi, hortikultura (sayuran, buah-buahan, bunga, dan tanaman obat seperti brokoli, kubis merah, dan jeruk), tanaman perkebunan (kopi, teh, kelapa), serta rempah-rempah.

Baca juga : Indonesia Raih Kesuksesan Swasembada Beras Tiga Mengertin Berturut-turut

Prinsip dasar pengolahan pertanian organik meliputi kesehatan, ekologi, keadilan, dan perawatan.

Sejarah Pertanian Organik

Pertanian organik bukanlah ide yang baru. Prinsip-prinsipnya telah diterapkan selama ribuan tahun oleh berbagai komunitas di seluruh dunia. 

Tetapi, perkembangan modern pertanian organik muncul dari gerakan yang lahir pada abad ke-20, yang dipicu kekhawatiran terhadap peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida sintetis dalam pertanian konvensional, yang terbukti merugikan lingkungan dan kesehatan manusia.

Baca juga : 6 Negara Dengan Sektor Pertanian Maju di Dunia

Prinsip Pertanian Organik

1. Prinsip Kesehatan

Peran pertanian organik, baik dalam proses produksi, pengolahan, distribusi, maupun konsumsi, adalah untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ekosistem serta organisme, mulai dari yang terkecil di tanah hingga manusia. 

Cek Artikel:  Perpanjangan PPN DTP Beri Kepastian, Begitunya Pengembang Injak Gas

Secara khusus, tujuan pertanian organik adalah menghasilkan makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi untuk mendukung kesehatan preventif dan kesejahteraan, sambil menghindari penggunaan pupuk, pestisida, obat hewan, dan bahan tambahan yang dapat membahayakan kesehatan.

2. Prinsip Ekologi

Prinsip ini berakar pada pemahaman pertanian organik beroperasi dalam sistem ekologi yang hidup. Produksi harus berlandaskan pada proses ekologi dan daur ulang. 

Baca juga : Melindungi Lahan Pertanian, Strategi Pemerintah Menghadapi Ancaman di Indonesia

Kesehatan dan kesejahteraan dicapai melalui ekosistem spesifik, seperti tanah yang subur untuk tanaman pangan, ekosistem pertanian untuk hewan, dan lingkungan perairan untuk ikan.

3. Prinsip Keadilan

Keadilan diartikan sebagai kesetaraan, rasa hormat, dan pengelolaan bersama yang adil antara manusia dan makhluk hidup lainnya. 

Prinsip ini menekankan perlunya hubungan yang adil di antara semua pihak yang terlibat dalam pertanian organik, termasuk petani, pekerja, pengolah, distributor, dan konsumen. Pertanian organik harus meningkatkan kualitas hidup semua pihak dan berkontribusi pada kedaulatan pangan serta pengentasan kemiskinan, sambil menyediakan pasokan makanan berkualitas dalam jumlah yang memadai.

Baca juga : Mengapa Generasi Muda Enggan Bertani? Tantangan dan Upaya Regenerasi di Sektor Pertanian Indonesia

Cek Artikel:  Sandiaga Uno Berharap Pemerintahan Baru Lanjutkan Pengembangan Wisata

4. Prinsip Perawatan

Prinsip ini menekankan pentingnya kehati-hatian dan tanggung jawab dalam pengelolaan serta pengembangan teknologi di pertanian organik. 

Ilmu pengetahuan diperlukan untuk memastikan praktik pertanian organik yang sehat dan ramah lingkungan, tetapi pengetahuan praktis, kearifan yang terakumulasi, serta pengetahuan tradisional juga sangat penting sebagai solusi yang telah terbukti efektif.

Manfaat Pertanian Organik

Beberapa keuntungan dari pengembangan pertanian organik meliputi:

1. Kesehatan

Menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi, sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan praktik pertanian organik dapat meningkatkan hasil sayuran hingga 75% dibandingkan dengan pertanian konvensional. Selain itu, produk organik mengandung vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi.

2. Lingkungan

  • Kualitas Tanah: Mempertahankan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sangat penting dalam pertanian organik. Oleh karena itu, pengelolaan tanah dilakukan untuk meminimalkan erosi, meningkatkan bahan organik, dan mendorong keberagaman biologi. Kesuburan tanah ditingkatkan tanpa pupuk kimia sintetis dengan teknik seperti Rotasi tanaman, tumpang sari, dan integrasi tanaman dengan ternak.
  • Penghematan Daya: Studi menunjukkan sistem produksi organik memanfaatkan 50%–80% energi minyak untuk setiap unit pangan dibandingkan sistem konvensional, meskipun hal ini tidak berlaku untuk semua jenis produksi sayuran dan buah.
  • Kualitas Air: Menjaga kualitas air adalah upaya penting dalam pertanian berkelanjutan. Polusi air tanah dan air permukaan oleh nitrat dan fosfat umum terjadi di area pertanian. Residu pupuk dan pestisida serta bakteri seperti Escherichia coli sering terdeteksi di sistem perairan.
  • Kualitas Udara: Pertanian organik berkontribusi pada pengurangan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Bukan menggunakan pupuk nitrogen sintetis berarti tidak ada emisi nitrogen oksida. Selain itu, penggunaan minyak bumi yang lebih sedikit juga mengurangi emisi karbon dioksida. Pertanian organik berfungsi sebagai penyimpan karbon dioksida melalui peningkatan bahan organik tanah dan penutupan permukaan tanah dengan tanaman penutup.
  • Pengelolaan Limbah: Praktik pertanian organik mengurangi limbah dengan mendaur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami, dan limbah pertanian lainnya diolah menjadi sumber nutrisi dan bahan organik.
  • Keanekaragaman Biologi: Pertanian organik tidak hanya menghindari pestisida sintetis, tetapi juga menciptakan keanekaragaman hayati. Praktik seperti rotasi tanaman dan konservasi tanah membantu menyediakan habitat yang sehat bagi berbagai spesies, dari mikroorganisme hingga hewan besar. Pertanian organik tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetik atau produk transgenik karena alasan keamanan lingkungan dan kesehatan, serta potensi risiko terhadap integritas spesies.
Cek Artikel:  30 Perusahaan Antre IPO hingga Akhir Mengertin

(Ifoam organics international/DPMG Banda Aceh/Z-3)

Mungkin Anda Menyukai