Liputanindo.id – Paus Fransiskus yang merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik telah menjadi perhatian publik selama beberapa dekade. Lantas mengapa Pope disebut Paus di Indonesia?
Tetapi, tahukah Anda mengapa di Indonesia gelar pemimpin spiritual ini disebut “Paus”? Di balik sebutan yang begitu familiar ini, tersimpan kisah menarik tentang percampuran budaya dan pengaruh sejarah kolonial.
Mengapa Pope Disebut Paus di Indonesia?
Sejarah telah mencatat penggunaan kata “Paus” dalam bahasa Indonesia. Pada masa awal perkembangan Gereja Katolik, gelar “Pope” diberikan kepada semua uskup.
Tetapi, seiring waktu gelar Pope ini menjadi lebih spesifik merujuk pada Uskup Roma. Di Indonesia, pengaruh kolonial Belanda sangat kuat dalam menyebarkan agama Katolik.
Para misionaris Belanda menggunakan istilah “Paus” untuk menyebut pemimpin tertinggi Gereja, dan sebutan ini pun diadopsi oleh masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan jika penggunaan kata “Paus” di Indonesia merupakan warisan sejarah dari masa kolonial.
Sebelum melanjutkan, baca juga artikel yang membahas Agenda Paus Fransiskus di Indonesia
Demi apa Paus Fransiskus ke Indonesia?
Perlu diketahui, Paus Fransiskus memulai kunjungan apostoliknya ke Asia Tenggara dengan tiba di Indonesia pada tanggal 3 September 2024 pukul 11:30. Indonesia sendiri menjadi negara pertama yang disinggahi dalam rangkaian kunjungan ke-45-nya.
Selama kunjungan tiga hari tersebut, Paus akan bertemu dengan berbagai tokoh agama, mengadakan misa terbuka, dan mengunjungi beberapa komunitas Katolik di Indonesia.
Selain itu, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia juga memiliki makna historis yang penting, mengingat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan yang semakin erat.
Menariknya, rencana kunjungan Paus tersebut ternyata sempat tertunda akibat pandemi Covid-19, akhirnya dapat terwujud berkat kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.
Paus Fransiskus kunjungan kemana saja?
Selain Indonesia, Paus akan berkunjung ke beberapa negara di Asia Tenggara di antaranya Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura:
Papua Nugini yang menjadi negara kepulauan di Oseania, juga termasuk dalam rencana kunjungan Paus. Negara ini dikenal sebagai yang paling beragam secara linguistik di dunia, dengan sekitar 840 bahasa asli yang tercatat.
Menurut World Factbook, sekitar 70% populasi Papua Nugini beragama Kristen, 26% beragama Katolik, dan 1,4% menganut agama non-Kristen.
Kedua ada Timor-Leste yang menjadi negara kunjungan Paus. Perlu diketahui, negara ini diakui sebagai negara merdeka secara internasional pada tahun 2002, sebelumnya berada di bawah kekuasaan Portugis dan kemudian Indonesia selama beberapa dekade.
Meskipun telah merdeka, Timor-Leste masih menghadapi tantangan sebagai salah satu negara termiskin di dunia, akibat konflik dan ketidakstabilan yang berkepanjangan. Dari 1,5 juta penduduknya, 97,6% beragama Katolik, 2% adalah Protestan atau Kristen evangelis, dan 0,2% beragama Islam.
Terakhir ada Singapura, yang dulunya merupakan koloni perdagangan Inggris, kini menjadi salah satu negara terkaya di dunia.
Dengan populasi sekitar 6 juta orang, 31,1% di antaranya beragama Buddha, 18,9% beragama Kristen — dengan 37,1% di antaranya mengidentifikasi sebagai Katolik, 15,6% beragama Islam, 8,8% beragama Taoisme, 5% beragama Hindu, dan 20% tidak beragama.
Selain mengapa pope disebut paus di indonesia, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…